Share

Aku Pergi

“Jadi kamu sudah mendengar semuanya?” tanya Emran.

Pelan Widuri menarik napas sambil menganggukkan kepala. Entah mengapa juga dia sangat jujur kali ini. Melihat reaksi Widuri, Emran hanya tersenyum miring sambil melipat tangannya di depan dada.

“Syukurlah kalau kamu tahu. Apa yang aku lakukan hari ini karena permintaan Mawar. Dia memintaku berlaku adil padamu, meski sesungguhnya aku tidak ingin.”

Widuri menarik napas panjang sambil mengangkat kepala dan melihat Emran penuh kebencian.

“Aku juga tidak meminta. Jadi aku rasa kamu tidak perlu repot-repot melakukannya.”

Emran berdecak sambil menggelengkan kepala.

“Aku mau tidur, ngantuk. Kamu tidur di kamarmu sendiri saja!!” Widuri langsung nyelonong masuk kamar dan menutup pintu kamarnya dengan bunyi bedebam.

Helaan napas panjang keluar dari mulut Emran, kemudian tak lama terdengar langkah kaki berlari turun ke lantai satu.

“Harusnya aku tidak menerima perjodohan ini jika akhirnya begini. Aku hanya menjadi orang ketiga di hubungan mereka.”

Widuri langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana. Ia tidak tahu berapa lama ia menangis yang pasti dia langsung tertidur setelah itu.

Keesokan paginya, Widuri tidak melihat Emran. Mobilnya juga sudah tidak ada di garasi. Widuri lebih lega seperti itu sehingga dia tidak perlu bingung bersikap saat bertemu dengannya. Widuri berangkat ke kantor mengendarai motor maticnya. Ia ingin melupakan kejadian kemarin.

Sore harinya saat pulang ke rumah, Widuri tidak mendapati mobil Emran. Bahkan sampai larut malam, mobilnya tidak datang. Kemudian tak lama ada pesan masuk datang dari Mawar yang mengatakan kalau mereka berdua pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Widuri tidak peduli dan tidak menjawab pesan Mawar. Bukankah hal seperti itu sering mereka lakukan berdua tanpa sepengetahuannya. Itu hal yang biasa. Mengapa juga Mawar kini mengirim pesan padanya? Apa dia ingin pamer kalau berhasil menguasai suami mereka sepenuhnya?

“Akh ... aku tidak mau seperti ini terus. Aku harus pergi dari sini. Mungkin lebih baik jika aku tidak ada di sini,” gumam Widuri.

Widuri ingat saat di kantor tadi ada rekan kerjanya yang membicarakan tempat kost dekat kantor. Rekan kerjanya itu dimutasi keluar kota sementara ia baru saja membayar uang kost selama satu tahun ke depan. Rekan kerjanya berencana mencari orang yang mau mengganti uang kost dan menempati tempat kostnya.

Dengan mantap, Widuri melakukan panggilan ke rekan kerjanya itu.

“Selvi, aku rasa aku tahu siapa yang berminat mengganti tempat kostmu. Apa bisa kalau mulai besok ditempati?” tanya Widuri begitu panggilan terhubung.

Dia tampak terdiam sambil tersenyum dan menganggukkan kepala. Sepertinya dia sudah menemukan jalan keluar untuk permasalahannya. Widuri tidak peduli dengan tanggapan kedua orang tua dan mertuanya. Mungkin sudah saatnya Emran berterus terang tentang pernikahan keduanya itu. Widuri tidak sanggup menutupinya lagi.

Esok harinya, Widuri membawa semua barang-barangnya meninggalkan rumah Emran. Dia bahkan meletakkan kunci pintu rumah di bawah keset. Dia tidak mau kembali ke sini. Dia ingin mengakhiri semuanya dan sendiri itu saja.

Lima hari berselang, Widuri sudah tinggal di tempat yang baru, yaitu kost dekat tempat kerjanya. Dia bahkan tidak memberi kabar berita ke Emran dan Mawar. Widuri sengaja mengganti nomor ponselnya. Anggap saja ini bukti sikap tegasnya atas perlakuan mereka selama ini. Memangnya hanya Emran yang bisa berkuasa, Widuri juga bisa melakukannya.

Sore itu, Emran dan Mawar tiba di rumah. Mereka tersenyum ceria, turun dari mobil sambil membawa masuk barang-barang. Selain ada urusan kerja di luar kota, Emran juga sengaja memanfaatkan waktunya untuk berbulan madu dengan Mawar. Setiap saat bersama istri keduanya itu selalu membuat Emran bahagia.

“Mas, Widuri belum pulang, ya? Aku kasih oleh-olehnya nanti saja, ya,” ujar Mawar.

Mereka sudah berada di dalam rumah dan membongkar barang bawaan.

“Iya. Palingan bentar lagi. Kalau kamu lelah, istirahat saja. Biar aku yang memberikannya nanti.”

Mawar mengangguk sambil tersenyum. Hampir lima hari mereka keluar kota, mungkin Emran juga merindukan istri pertamanya itu. Siapa tahu dia juga ingin menghabiskan waktu dengan Widuri.

“Ya udah, aku istirahat dulu ya, Mas.” Mawar sudah beranjak ke kamar dan dijawab dengan anggukan Emran.

Kali ini Emran sengaja menunggu kedatangan Widuri di ruang tengah sambil menonton tv. Jam masih menunjukkan pukul empat sore, masih satu jam lagi Widuri pulang. Bisa jadi dia sampai di rumah pukul enam. Biasanya Widuri tidak pernah makan di rumah dan selalu menghabiskan waktu makan malam di luar.

Karena lelah, Emran menunggu kedatangan Widuri sambil tiduran di sofa. Ternyata tak sengaja dia malah terlelap. Emran terbangun saat mendengar ponselnya berdering kencang. Emran melihat ada nama ibunya di layar ponsel.

“Ada apa, Bu?” tanya Emran dengan suara serak. Ia baru saja terjaga dari tidurnya.

[“Emran, apa Widuri baik-baik saja? Sudah lima hari ini ponselnya tidak aktif. Dia tidak sakit, kan?”]

Emran terkejut mendengar pertanyaan ibunya. Nyonya Sari, ibunya memang sangat menyayangi Widuri bahkan menganggap Widuri lebih dari sekedar anak mantu.

“Iya, dia baik-baik saja kok, Bu. Memang dia sedikit sibuk beberapa hari ini. Nanti deh aku kasih tahu suruh nelepon Ibu,” bohong Emran. Sesungguhnya dia juga tidak tahu apa yang sedang dialami Widuri kali ini. Dia juga tidak bertemu dengannya selama lima hari ini.

[“Gak usah. Gak usah disuruh telepon. Akhir pekan Bapak dan Ibu mau ke sana. Kamu libur, ‘kan?”]

Sontak Emran terjingkat kaget dan langsung duduk di sofa. Ia terlihat bingung, berulang meraup wajahnya degan kasar.

“Iya, aku libur, Bu. Widuri juga.”

[“Ya sudah. Sampai ketemu di sana saja.”] Emran hanya mengangguk dan belum sempat menjawab saat Nyonya Sari sudah mengakhiri panggilannya.

Emran menarik napas panjang sambil melihat jam di dinding. Sudah pukul setengah sepuluh malam

“Astaga!! Aku ketiduran. Pasti Widuri sudah datang.”

Emran segera bangkit, meraih paper bag berisi buah tangan yang sudah disiapkan Mawar kemudian berjalan menuju lantai dua ke kamar Widuri. Emran menghentikan langkahnya di depan kamar Widuri kemudian perlahan dia mengetuk pintu.

Sekali, dua kali tidak ada jawaban dari dalam kamar. Emran menarik napas panjang sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Masa sudah tidur, sih,” gumamnya.

Maunya Emran turun kembali ke lantai satu dan berniat memberi buah tangannya besok pagi saja. Namun, entah kenapa tangan Emran tiba-tiba menyentuh handle pintu dan membukanya. Emran mengerjapkan mata saat melihat keadaan kamar yang gelap dan terlihat sunyi tak berpenghuni.

“Widuri!! Kamu sudah tidur?” Emran melangkah masuk begitu saja. Bukankah ini juga kamar istrinya pasti tidak masalah jika dia masuk begitu saja.

Emran meraba saklar lampu di belakang pintu dan tak lama seluruh ruangan kamar terlihat jelas. Emran terperangah kaget saat melihat tidak ada Widuri di sana. Bahkan kamarnya terlihat rapi. Emran panik, lalu berjalan cepat menuju kamar mandi. Di sana tidak ada Widuri.

Matanya sudah beredar melihat meja rias yang kosong tanpa ada alat make up Widuri berjajar di sana. Kemudian dia melangkah menuju lemari dan kembali terperanjat saat melihat tidak ada satu pun baju istrinya di sana.

Setengah berlari, Emran turun ke lantai satu berjalan cepat keluar rumah memeriksa garasi. Wajahnya langsung gusar saat melihat tidak ada motor matic istrinya di sana. Tangan Emran sudah merogoh ponsel di kantong celananya dan langsung menghubungi nomor Widuri.

Namun, dia kembali kecewa saat tahu nomor ponsel Widuri tidak dapat dihubungi. Emran menarik napas panjang sambil mengacak rambutnya. Matanya masih beredar ke sana ke mari seakan mencari sosok Widuri di luar sana. Kemudian sebuah tanya lirih keluar dari bibirnya nan seksi.

“Kamu di mana, Widuri?”  

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
kelimpungan sendiri
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
walou pun kelak dia mencari Widuri itu hanya takut sama ortunya aja
goodnovel comment avatar
Ririn Khalimi
bagus widuri, hrs berani bersikap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status