Share

Episode 08

"Belagu banget kamu, seharusnya kamu wanita beruntung di nikahi putra ku dari wanita di luaran sana mengantri untuk menjadi istrinya."

"Kenapa gak wanita itu saja yang di jadikan mantu untuk memberikan keturunan buat, nyonya. kenapa harus saya."

Mama Linda mulai geram dengan sikap mantunya terus saja melawan omongannya di tambah keras kepalanya tak mau mengandung benih dari Devan.

"Karena kamu sudah di jual oleh Paman mu sendiri." ucap Mama Linda mengingatkan apa yang sudah terjadi.

"Tapi saya tak menerima uang tersebut, Nyonya. Sepeserpun saya tak menerima uang tersebut." elak Laura.

"Itu bukan urusan ku, yang terpenting kamu harus bisa memberikan ku cucu atau tidak--,"

"Atau tidak apa?" tanya Laura menanti perkataan selanjutnya yang di gantung oleh ibu mertuanya.

"Kamu akan menyesal seumur hidup tak menuruti kemauan kami." setelah menakuti Laura mama Linda pun bergegas pergi. Ia biarkan mantunya itu untuk memikirkan penawaran yang ia tawarkan tadi. Tidak apa mengeluarkan uang banyak asal dirinya dengan cepat mendapatkan seorang cucu.

Laura menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskan dengan kasar, lagi lagi dirinya terus di sudutkan agar cepat memberikan seorang cucu.

Kenapa harus dirinya?

Masih ada satu mantu kesayangan mereka kenapa harus dirinya. Laura pernah melihat dan mendengar perdebatan antara istri pertama dan ibu mertuanya tentang keturunan.

Ia masih belum paham apa yang terjadi di rumah ini, dengan alasannya menginginkan keturunan darinya.

Dengan langkah gontai Laura masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar sedikit segar, rasanya ia mulai memikirkan untuk pergi dari rumah ini dengan segera.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan Laura sedang memikirkan cara untuk pergi dari sini agar tak ketahuan oleh orang di rumah ini. Semakin lama dirinya tinggal di sini semakin membuatnya muak dengan orang di rumah ini.

Tak ada kenyamanan yang kini ia rasakan hanya tekanan dan paksaan dari semua orang, hingga dirinya pun bangun untuk membukakan siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

Menampakkan seorang yang ia hindari sedang menatapnya dengan tatapan tajam, tak ada kelembutan, perhatian yang di berikan Devan untuknya sebagai istri melainkan paksaan, hinaan dan cacian yang terlontar dari mulutnya.

"ada apa?" tanya ku tak sabar ingin segera beristirahat. Ia tak ingin lebih lama bersama dengannya.

"Aku akan tidur di sini malam ini." ucap Devan dengan dinginnya mengatakan hal itu.

Laura terkejut mendengar perkataannya, ia takut suaminya itu melakukan hal yang ia hindari agar tak mengandung anaknya.

"Kenapa?" tanya Devan sepertinya tahu apa yang di pikirkan oleh ku.

"Gak apa-apa." jawab ku dengan malas.

"Jangan di kunci sebentar lagi aku akan masuk." ucap Devan lagi pergi dari kamar ku. Entah kenapa hatinya merasakan takut luar biasanya setelah pria arogan itu akan tidur dengannya.

.

.

.

"Sayang. Jangan pakai perasaan di saat kamu melakukan kewajiban mu padanya. Ingat, aku di sini sedang menunggu mu. Sebenarnya--," ucap Nasya mulai tak rela harus berbagi suami dengan madunya. Walaupun pernikahan itu hanya sementara tapi Nasya merasa ketakutan akan nasibnya kedepan. Ia takut suaminya itu tertarik dengan wanita lebih muda darinya lebih fresh di bandingkan dengannya.

"Kamu tak perlu khawatir setelah rencana kita sudah selesai kita akan bahagia dengan keluarga kecil kita, dan Papah tak akan terus mendesak kita setelah kita memberikan cucu sesuai keinginannya." ucap Devan menenangkan sang istri seperti sedang gundah karena rencananya mulai berjalan.

"Janji jangan pakai perasaan, aku takut, Mas." cemas Nasya mulai ketakutan, takut suaminya itu tertarik pada madunya lebih muda darinya.

"Tak usah khawatir aku mencintaimu lebih dari apapun."

Nasya percaya akan cinta suaminya begitu besar, ia yakin setelah masalah cepat berlalu dirinya akan merasakan kebahagiaan abadi bersama suami dan anak.

Demi melancarkan rencananya Nasya pun mengambil serbuk untuk di berikan pada suaminya.

"Apa ini?" tanya Devan belum paham.

"Itu obat perangsang, Mas," ucap Nasya memberikan obat tersebut tak menjelaskan kegunaannya. Suami itu sudah tahu kegunaan obat tersebut tanpa ia menjelaskan dengan detail.

Devan dengan ragu mengambil obat tersebut, ia tak ingin istri kecilnya itu merasakan efek dari obat tersebut.

"Ayo ambil, Mas. Ini adalah cara ampuh untuk mendapatkan keturunan dengan ampuh. Laura sepertinya keras kepala tak mau melakukannya dengan keadaan sadar."

Devan pun mengambilnya menimbang apa yang di katakan sang istri, ia juga sependapat dengan Nasya karena istri kecilnya itu begitu keras kepala.

Dengan langkah tegap Devan melangkah menuju kamar istri keduanya sambil membawa susu coklat bercampur obat yang di berikan istrinya pertama. Ia akan mencobanya semoga berjalan dengan lancar.

Satu ketukan dua ketukan tak ada sahutan untuk membukakan pintu tersebut hingga Devan berulangkali mengetuk pintu tersebut sampai sang empu membukakan pintunya untuk dirinya.

Dari sekian lamanya barulah Laura membuka pintu tersebut dengan wajah dongkol nya. Ia takut jika suaminya itu meminta hak nya sebagai suami.

Devan masuk kedalam kamarnya tersebut lalu meletakkan minuman yang di buat oleh di atas nakas samping ranjang.

"Itu susu baik untuk mu, agar lebih segar." ucap Devan memulai obrolan dalam keheningan dalam kamar.

Laura yang mematung dekat ranjang merasa was-was mendengar pertuturan dari suaminya tersebut.

"Kenapa melamun? Apa kamu tak suka dengan susu coklat?" tanya Devan, istri keduanya itu terdiam seribu bahasa.

Aneh.

Laura yang cerewet selalu membantah perkataan kini diam seperti anak kucing imut.

"Saya mau tidur." tolak Laura, ia ingin segera tidur tak mau melakukan apapun termasuk yang dirinya pikirkan saat ini.

"Tidur,"

"Berikan hak ku, setelah itu kamu boleh tidur sepuasnya setelah kamu mengandung anak ku."

Perkataan suaminya itu lagi lagi dirinya hanya di jadikan mencetak anak saja tanpa memperdulikan perasaannya. sakit, sebagai seorang istri yang di nikahi hanya karena ingin mendapatkan keturunan saja tanpa melihat serapuh apa hatinya saat ini.

"Kenapa harus melibatkan aku dalam rumah tangga ini? Suruh istri mu saja yang mengandung anak mu." kekeh Laura terus saja mengelak untuk memberikan rahimnya di jadikan sebagai mencetak anak.

"Jika keadaan istri ku baik-baik saja aku tak akan membiarkan kamu masuk kedalam rumah tangga ku ini." jawab Devan menarik tangan Laura agar duduk di sampingnya.

"Duduk,dan habiskan susu tersebut." titah Devan dengan tatapan tajam.

Laura ketakutan, ia pun meraih minuman itu yang di sodorkan oleh suaminya.

Dengan terpaksa ia meminum minuman tersebut walaupun hanya sedikit. Tak ada kecurigaan yang ia pikirkan saat ini dengan sikap suaminya terus memaksa.

Satu detik, dua detik dan selanjutnya setelah minuman itu ia minum lalu ia letakkan kembali di atas nakas. tiba-tiba ia merasakan gelagat aneh dalam tubuhnya.

"Kenapa dengan tubuh ku." batin Laura tak mungkin mengatakan sejujurnya tentang perasaan berdebar hebat.

"Kamu kenapa?" tanya Devan pura-pura tak tahu dengan apa yang di rasakan oleh istri keduanya.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa tubuh ku panas ya??..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status