Setelah di periksa secara insentif dokter itu pergi setelah Kenan menyuruhnya lalu menatap dengan tajam agar temannya tak memberitahukan kepada siapapun termasuk keluarganya jika dirinya sedang menyembunyikan perempuan yang ia kenal juga. Kenan menatap kearah Laura masih tak sadarkan diri dengan selang infus masih berjalan, ia merasa kasihan dengan wajah pucat nya. "Aku akan menolong mu, entah kenapa aku begitu perduli terhadap mu." gumam Kenan, tak biasanya ia perduli terhadap seorang wanita kecuali keluarganya. ponselnya berbunyi ia pun keluar untuk mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Pah?" ucap Kenan. "Di mana kamu? Cepat pulang sekarang." titah Papah Agatha langsung mematikan panggilan sepihak. Kenan pun membuang napasnya ia mendengar suara Papahnya sepertinya ada sesuatu di rumah itu sampai dirinya di suruh pulang sekarang juga. Sampai di rumah Kenan pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Papahnya yang tadi menghubunginya. "Papah di mana, BI?" tanya Kenan tak m
"Janin itu masih hidup, kamu tak perlu khawatir saya yang akan menjaganya." sahut seorang pria baya berada di ambang pintu sedang menatap kearah Laura. "Tuan," tunduk pelayan itu pamit untuk keluar dari kamar majikannya. Tatapan Laura bingung dengan adanya pria baya tak ia kenal sama sekali tapi pernah melihatnya entah di mana? "Saya Agatha, ayahnya Kenan." ucapnya Papah Agatha tahu dengan tatapan wanita itu sepertinya bingung dengan keberadaannya. Ia datang kerumahnya Kenan tanpa sepengetahuannya karena ingin tahu keadaan istri dari putranya Devan. Laura hanya mengangguk pelan, ia takut dengan tatapan pria baya sedang menatapnya dengan intens. "Gimana keadaan mu?" tanya Papah Agatha ingin tahu keadaan mantunya itu. "Saya baik, Tuan." jawab Laura merasa mencekam berada di dalam kamarnya yang ia tempati di rumah ini. "Kehamilan mu?" tanya Papah Agatha lagi. Laura tak menjawab ia malah menatap kearah pria baya itu dengan menyelidik tak mengerti pria baya itu tahu kondisi
Satu tamparan mendarat di pipi Devan saat Papah Agatha baru saja turun hendak sarapan pagi. Ia geram dengan perlakuan putra keduanya telah mengabaikan istri yang satunya lagi. "Pah," teriak Mama syok dengan apa yang di lihatnya sekarang, ia tak menyangka suaminya akan melakukan kekerasan pada putranya. "Dasar anak tak berguna, kenapa kamu jadi pria bajingan seperti ini, Devan." tegas Papah Agatha sudah geram dengan sikap putranya itu, ia mendapatkan informasi tentang kehidupan rumah tangga putranya dengan perempuan yang tak lain adalah Laura. Ia mencari tahu dengan detail permasalahannya rumah tangga yang di jalani oleh putra kedua itu, fakta mengejutkan baginya setelah berkas yang di kirim oleh kepercayaan bahwa putranya sudah keterlaluan pada perempuan tak tahu apapun harus terseret dalam permasalahan ini. Hanya ingin mendapatkan hak waris perusahaan jatuh padanya. "Ada apa ini, Pah. Kita bisa bicarakan dengan baik-baik, jangan seperti ini." ucap Mama Linda ingin mencairkan
"Kamu tuh sudah kujual pada orang kaya itu!"Tentu saja Laura terkejut melihat mendengar kenyataan itu. Sepasang matanya terbelalak sempurna,Dia dijual? Oleh satu-satunya paman yang ia miliki?Air mata tiba-tiba menggenang di mata Laura. "Sekarang, kamu gak usah banyak tanya, dan masuk ke dalam lalu bersiaplah." titah Paman Samsul, sebelum kemudian mendorong Laura ke dalam kamar putrinya. "Jangan berani kabur, atau kamu akan menyesal, Laura!"Di dalam kamar milik sepupunya tersebut, Laura tidak sendiri. Ada dua orang wanita di sana, lengkap dengan peralatan tata rias dan segala jenis aksesoris yang pernah Laura temui di pesta pernikahan.Laura menoleh ke arah Paman Samsul yang berdiri di ambang pintu berteriak dengan tak sabarnya. "Aku gak akan melakukan apapun sebelum Paman menjelaskan apa yang terjadi!” kata gadis itu dengan tegas. Plak!Satu tamparan diberikan Paman Samsul kepada Laura, membuat gadis itu mundur beberapa langkah karena rasa sakit dan terkejut."K-Kenapa Paman mel
"Istri," ucap Laura pelan."Iya, dia istri ku. Kamu istri kedua ku." jawab Devan dengan santainya tanpa beban sedikitpun apa yang terlontar dari mulutnya.Sakit.Hatinya sakit mendengar pengakuan suaminya ternyata sudah memiliki seorang istri. Bukan hanya dinikahi paksa, ia juga tak menyangka bahwa dirinya dijadikan kedua.Laura ambruk di lantai setelah mendengar kenyataan ini."Jangan berlaga seperti orang tersakiti. Seharusnya kamu senang karena aku akan berikan apa maumu. Cukup menjadi istri yang baik dan menurut." ucap Devan."Kamu sudah kubeli 2 miliar untuk mengandung anak ku." lanjutnya lagi dengan tatapan dingin.Laura menggeleng. "Aku gak menerima uang itu, seharusnya kamu gak bisa kaya gini!"Devan tampak tak peduli dengan teriakan Laura. Dia malah memanggil pelayan untuk mengantarkan Laura ke dalam kamarnya.Dua orang pelayan datang. Satu membawa koper Laura, dan satu lagi membantu Laura untuk berdiri dari lantai. Namun, Laura menolak dan memberontak."Lepas, aku gak mau di
Makan malam dalam keheningan hanya terdengar garpu dan sendok saling bersahutan, Devan melirik kearah istri kecil itu sedang fokus pada makanannya tanpa di sentuh sedikit pun."Apa kamu tidak lapar?" tanya Devan."Tidak," jawab Laura masih saja mengaduk makanannya.Tawaran Laura semalam hanya dibalas senyuman sinis dari Devan, sebelum pria itu meninggalkan ruang makan. Dia tidak peduli Laura makan dengan baik atau tidak.Sikap dingin dan kejam nya itu membuat Laura kembali ingin menangis. Laura merindukan kehidupan yang dulu penuh kedamaian walaupun hidup seorang diri tapi ia merasakan kebahagiaan aman dan nyaman. Tidak sekarang sepertinya hidupnya tak akan baik-baik saja.Semua air mata yang dikeluarkannya itu tanpa sadar membuatnya tertidur begitu saja di kamarnya. "Bangun!"Laura mengerjapkan kedua matanya. Dari mana datangnya wanita ini? Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, dan dirinya dikagetkan oleh seorang wanita cantik anggun datang ke kamar ku tanpa mengetuk pintu terlebih da
Laura terus memikirkan ucapan Devan tadi berjam-jam di kamarnya. Dia baru bisa bercerai jika sudah melahirkan keturunan Devan. Tapi, jika tidak mau menuruti hal itu, Laura harus membayar 2 miliar.Laura kelelahan memikirkan hal tersebut sampai akhirnya tertidur. Ia baru bangun pukul 10 malam, ketika perutnya keroncongan.."Lapar sekali." ucap Laura ingin keluar dari dalam kamarnya. Tapi ia berhenti sejenak takut orang itu masih di rumah ini."Biarkan saja aku tak perduli." tekad Laura, ia lebih mementingkan perutnya di bandingkan orang-orang itu terus mendesaknya."Sedang apa kamu?" tanya Devan mengangetkan Laura hendak ingin membuat mie instan."Apa Tuan tidak lihat saya sedang memasak mie." jawab Laura menunjukkan mie instan yang akan ia masak."Emang tak ada makanan?" tanya Devan, ia tak suka ada orang memakan makanan instan."Ada, aku maunya ini." jawab Laura melawan, ia tak ingin terus di tekan di anggap lemah."Jangan sering-sering itu tak baik untuk kesehatan."Laura lagi tak m
"Mas Devan, ngapain ada di depan kamar ku?" Laura terkejut dengan menampakkan suatu ada di depan pintu kamarnya.Setelah dipikirkan lagi, dia ternyata sudah gila karena kepikiran ingin pasrah saja. Jadi, ia berniat ingin kabur dari rumah itu diam-diam, tapi Devan sudah lebih dulu menghadang jalannya."Mau ke mana lagi?" tanya Devan memasukkan kedua tangannya ke saku celana tidurnya.Laura gugup untuk menjawab pertanyaan dari suaminya, ia pun memberanikan diri melihat ke arah suami yang sedang menatapnya."Mau minum, aku haus." jawab Laura beralasan seperti itu, ia tak mungkin mengatakan jujur tentang niatnya untuk kabur dari rumah ini.Tanpa minta persetujuan dari istrinya Devan menarik tangan Laura, lagi-lagi Laura dibuat seenaknya oleh suaminya terus saja memaksa."Mau ke mana?" tanya Laura sedikit meronta ingin di lepaskan. Ia tak ingin bersama suaminya."Katanya mau minum." tanya Devan sudah sampai di ruang dapur.Laura lega, ia pikir jika dirinya akan di bawa entah kemana membua