Keesokan harinya langit menampakkan warna biru cerah secerah matahari yang menyinari nya. Tapi tidak dengan hati Laura masih merasakan sakit luar biasa.Ia sampai mengurung diri di dalam kamar setelah kejadian kemarin, tubuhnya masih merasakan sakit ulah suami brengsek nya itu.Semakin besar kebencian Laura terhadap Devan Prayoga dan madunya tersebut. Ia tak sengaja mendengar percakapan mereka tentang kejadian di mana dirinya telah di jebak agar bisa mengandung benih Devan.Lagi lagi Laura menangis dengan pilunya, ia tak menyangka dengan nasibnya seperti ini.Bangkit dari keterpurukannya, ia mungkin terus begini di saat mereka berhasil dengan rencananya. Laura menatap wajah di dalam cermin berukuran sedang berada di dalam kamar mandi. ia menatap wajahnya sedikit sembab akibat semalaman menangis.Merindukan sosok kedua orang tuanya sudah lebih dulu meninggalkannya.Ketukan pintu terus saja berbunyi tanpa hentinya membuat Laura terasa muak dengan semua ini. Dengan terpaksa ia pun membu
Laura hanya terdiam tak menanggapi perkataan dari suaminya tersebut, ia sampai di di buat kaget dengan tindakan suaminya tersebut."Hey, apa-apaan."sentak Laura di gendong menuju ranjangnya. Ia terkejut dengan tindakan Devan terhadapnya."Mangkana diam," ucap Devan, entah kenapa akhir-akhir ini ia hanya ingin dekat-dekat dengan istri kedua."Aku tak mau, keluar." usir Laura rasanya ia mulai sekali dengan sikap suaminya sekarang. "Ini rumah ku. Apapun yang ku lakukan itu terserah ku." ucap Devan dengan tegasnya tak ingin di bantah oleh istri kecilnya.Laura mengepalkan tangannya, ia semakin benci pada sosok suaminya yang egois tak pernah mengerti dengan perasaannya saat ini. Berkali-kali mencoba untuk kabur dari rumah ini pun ujung-ujungnya selalu gagal, dan pada akhirnya hanya bisa pasrah dalam keadaan seperti ini."Kamu lagi mikirin apa? Kabur lagi? Jangan berharap kamu bisa keluar dari rumah ini." ucap Devan sepertinya tahu dengan isi kepala istri kecilnya.Laura tak menimpali omon
"Pergi sana." usir Nasya rasanya tak nyaman berada satu atap dengan Arjun. Ia tak ingin ada satu orang mengetahui hubungan terlarang dengan Arjun."Santai, semua penghuni rumah ini tak akan mengetahuinya, cantik. Cukup datang ke tempat yang aku kirim besok ya." pinta Arjun tersenyum simpul. Ia datang ke rumah ini karena merindukan Nasya.Nasya marah, ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan perkataan dari Arjun. Niat untuk mencari keberadaan suaminya ia lupakan begitu saja."Kalau mereka curiga gimana? Gak, gak. Mereka gak boleh tahu tentang hubungan ku dengannya. Aku gak mau Devan marah pada ku.""Devan kemana sih, di hubungi malah gak aktif lagi.." Nasya semakin kesal, ia tak bisa tidur tanpa memeluk suami tercintanya.Di dalam kamar yang berbeda Laura mengintip di sela-sela selimut yang di pakainya, ia hanya ingin memastikan bahwa suaminya itu sudah tertidur pulas. Ia merasa pegal tidur di atas sofa.Di rasa tak ada pergerakan sedikit pun dari tubuh suaminya sedang memunggunginya, L
Pagi-pagi buta Devan keluar dari dalam kamar Laura, ia tak ingin ketahuan oleh Nasya jika dirinya tidur di dalam kamar Laura."Huuufff, aman." ucap Devan mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri.Ia menuju kamarnya yang di tempati Nasya istri pertamanya.Membuka pintu kamarnya dengan perlahan agar Nasya tak curiga dengan tingkahnya saat ini. Ia tak ingin Nasya banyak bertanya dirinya baru kembali ke kamar.Dan dugaan salah sekarang Nasya berdiri menatap dengan tatapan tajam."Dari Mana kamu, Mas? Aku cari-cari gak ada?" tanya Nasya melipatkan kedua tangannya."Ada keperluan mendadak." jawab Devan beralasan, ia berbohong karena tak ingin ada keributan."Gak biasanya kamu seperti ini, Mas. Apa jangan-jangan ada yang kamu sembunyikan dari ku, Mas?" tanya Nasya memicingkan matanya mencari kebenaran yang di ucapkan oleh suaminya tersebut."Sudah lah, aku ngantuk." elak Devan merebahkan tubuhnya. "Apa kamu tak ingat, aku tak bisa tidur jika tak memeluk mu, Mas.""Iya, sini aku pe
Laura tercengang mendengar perkataan dari pria asing tersebut. Ia menatap kearah pria asin ingin tahu apa yang di dengarnya barusan."Untuk apa kamu masih bertahan di rumah ini? Mereka hanya ingin memanfaatkan mu saja." ucapnya lagi."Siapa kamu?" tanya Laura belum percaya apa yang di katakan nya barusan."Hahaha... Lucu sekali kamu cantik." ucap Arjun semakin dekat dengan Laura.enSeketika Laura mundur, ia tak ingin dekat dengan pria itu."Santai, aku gak gigit kok." goda Arjun tersenyum bahagia."Besok malam aku tunggu di halaman belakang,aku akan membantu mu untuk keluar dari rumah ini." ucap Arjun lalu pergi meninggalkan Laura hanya mematung seorang diri.Memang dirinya ingin keluar dari rumah ini karena tak tahan di perlakukan tak seperti istri pada umumnya. Madunya pun selalu memperlakukan hal sama juga mengumbar kemesraan di depan matanya hingga memperlihatkan bahwa dirinya lah yang paling di sayangi oleh Devan.Laura pun masuk setelah kenyang, ia tak berminat untuk bergabung
"Kamu tahu dengan ku?" tanya balik Arjun menatap istri dari sepupunya.Tak ada jawaban atau pun mengangguk tanda mengiyakan perkataannya. Laura memang sedang bingung dengan tawaran pria yang ada di depannya sekarang.Ia yang baru mengenalnya sebagai sepupu dari suaminya itu tak sepenuhnya percaya dengan tawarannya. Tapi ia tertarik dengan ajakannya untuk pergi dari rumah ini."Aku tahu kamu hanya di manfaatkan oleh mereka kan!! Dan aku tahu kamu sedang hamil."Laura melotot tak percaya dengan tebakan pria tersebut, tak ada satu pun orang yang tahu tentang kehamilannya yang ia sembunyikan serapih mungkin. Masih saja ada orang yang tahu tentang kehamilannya."Kata siapa? Aku tak hamil." elak Laura tak akan mempercayai siapa pun termasuk pria asing baru ia kenal."Dari tebakan ku, aku seorang dokter spesialis kandungan." jawab Arjun tersenyum simpul. Ia bisa menebak dari sikap dan perubahan tubuh seorang gadis yang belum menikah dan sudah menikah.Laura gelagapan untuk menutupi apa yang
"Sayang, kok badan ku panas ya?" tanya Devan mulai bingung dengan reaksi tubuhnya terasa panas. Ada gejolak birahinya terus menerus merasakan rasa panas dalam tubuhnya. Semakin lama semakin panas."Kamu masukin apa?" tanya Devan, ia bukan tak tahu dengan obat yang di berikan sang istri adalah obat perangsang dengan dosis tinggi.Tak ada jawaban dari Nasya hanya terdiam sambil tersenyum penuh kemenangan."Sya, kenapa kamu lakuin ini?" tanya Devan lagi tak mengerti dengan istri pertamanya. Jika menginginkan hubungan suami istri pun Devan akan melayani memberikan apa yang di inginkannya. Tapi tidak dengan cara ini Nasya memberikan obat tersebut kedalam minumannya."Kenapa? Kamu marah? Seharusnya aku yang marah, Mas. Kamu jarang menyentuh ku, kamu selalu sibuk sibuk terus. Terus dengan Laura kamu tidur di kamarnya. Aku tak terima." teriak Nasya meluapkan kekesalannya sejak kemarin suaminya malah tidur di kamar madunya di bandingkan dengannya semalam tidak bisa tidur memikirkannya.Devan t
"Tunggu dulu," cegah Laura menghentikan langkah pria dari sepupu suaminya. Ia ingin tahu motif dari semua ini sudah membantunya untuk keluar dari rumah tersebut."Ada apa?" tanya Arjun membalikkan badannya menatap kearah istri dari sepupunya itu."Aku ingin tahu alasan mu untuk membantu ku? apa?" tanya Laura secara langsung, ia ingin tahu alasannya."Hahaha," Arjun tertawa terbahak-bahak melihat kearah Laura sedang ketakutan."Ternyata kamu bukan wanita bodoh ya, ku kira kamu wanita bodoh tahunya hanya uang dan uang." Laura geram dengan ucapan pria tersebut, ia tak terima di sebut sebagai wanita bodoh. Ia memang dari kalangan bawah tak punya apapun kecuali harga diri saja yang ia miliki saat ini."Cepat, apa alasan mu di balik kebaikan mu ini?" desak Laura tak ingin lebih jauh lagi mengenal atau pun berhubungan dengan keluarga dari suaminya sama-sama licik."Aku hanya ingin kamu menggugurkan kandungan mu, tak boleh ada keturunan dari pewaris perusahaan Agatha." ucap Arjun dengan lanta