Share

Episode 07

Brukkkk....

Laura terjatuh di rumput hijau berada di samping halaman tempat dirinya di hukum oleh ibu mertuanya. perutnya kosong di tambah keadaan sedang tak memungkinkan harus menjalani hukuman tersebut.

Beberapa menit masih bertahan dengan tatapan mulia berkurang, Laura terus saja mempertahankan keseimbangan agar tak jatuh. Tapi kenyataannya ia tak sekuat yang ia pikirkan, tubuhnya mulai bergetar menahan rasa lapar dari semalam.

"Laura,"pekik Devan baru saja sampai di rumah di kejutkan melihat keadaan istrinya itu sudah terkapar di tanah.

Devan pun menggendong istrinya itu untuk masuk kedalam kamarnya. Ia letakkan tubuh istrinya lalu keluar untuk meminta tolong.

"Van, kamu sudah pulang?" tanya mamanya melihat putranya sudah pulang cepat.

Devan tak menjawab pertanyaan dari mamanya, ia memerintahkan pada pelayan untuk memanggil dokter pribadi.

"Siapa yang sakit, Van?" tanya mama Linda belum mengetahui jika mantunya sudah ambruk akibat hukumannya.

"Mama yang menghukum Laura!" tanya Devan ingin mengetahui penyebab istri keduanya itu hilang kesadarannya.

"Iya, biar istri mu itu kapok tak melawan Mama lagi."

"Dia pingsan, Mah. kalau terjadi sesuatu padanya gimana, Mah."

"apa! Terus dia di mana?" syok mama Linda. Ia hanya ingin memberikan pelajaran agar Laura tak melawan padanya.

"Di kamar."

Devan pun masuk kedalam kamar istri keduanya setelah memerintahkan pelayan untuk menghubungi dokter pribadi untuk memeriksakan kondisi Laura, di susul oleh Mama Linda ingin mengetahui keadaan mantunya itu.

Tak berselang lama dokter pribadi datang membawa peralatan medisnya. ia pun langsung memeriksa kondisi pasien masih belum sadarkan diri.

"Keadaannya lemah, Tuan. Saya akan memasangkan infusan agar keadaan membaik." jelas dokter tersebut, keadaan pasien kekurangan cairan hingga terjatuh pingsan.

Setelah pemeriksaan Laura pun membuka perlahan kedua matanya, ia menatap sekeliling tak ada siapapun di kamarnya. Tangannya di pasang selang infus entah oleh siapa?

Dirinya teringat di mana ia mendapatkan hukuman dari ibu mertuanya yang kejam tak punya pendirian hingga ia terjatuh pingsan akibat dehidrasi.

Ceklek..

Pintu terbuka menampakkan seorang pria yang tak lain adalah suaminya sedang bersama dengan istri pertamanya.

miris sekali.

Di saat dirinya sedang sakit membutuhkan seseorang untuk menjaganya. Sang suami malah bermesraan dengan istri pertamanya di depan matanya.

Rasanya muak melihat mereka, ia ingin segera pulih kembali lalu pergi dari rumah ini. Tak ingin terus menerus melihat kemesraan mereka membuat matanya sakit.

"Gimana keadaan mu?" tanya Devan bertanya tentang keadaan istrinya setelah sadar dari pingsannya.

"Kamu dengar tidak suami ku sedang bertanya pada mu." sentak Nasya sangat geram sekali tak ada jawaban dari Laura.

"Apa kalian tak melihatnya. Tanpa bertanya pun pasti kalian sudah tau keadaan ku seperti apa?" jawab Laura rasanya malas sekali. Ia pun memejamkan matanya untuk menghindar dari pertanyaan mereka.

pelayan itu masuk membawakan makanan untuk Laura, meletakkan satu persatu makanan tersebut.

"Nona bangun, saatnya makan." suruh pelayan itu perintah dari majikannya.

"Laura membuka matanya melihat kearah pelayan itu ingin menguapi nya.

"Makan lah sampai kamu mati sebelum mengandung anak ku." suruh Devan dengan dinginnya menyuruh istrinya kedua untuk makan.

Laura menatapnya dengan tajam, lagi lagi suaminya itu menginginkan dirinya mengandung keturunannya.

"Saya tak sudi mengandung anak, Tuan dingin. Lebih baik ceraikan aku sekarang juga." Pinta Laura Dekker keras kepalanya tak mau mengandung benih dari suaminya sendiri sudah memiliki seorang istri selain dirinya.

"Jangan kurang ajar kamu ya, kamu tak akan pernah bisa keluar dari rumah ini sebelum mengandung anak suami ku."

.

.

.

"Mas, kita tak ada cara lain selain cara ini. Sepertinya gadis itu benar-benar bikin kita pusing saja."

Devan memikirkan tentang rencana yang di katakan oleh istrinya pertamanya. Dengan cara halus istri keduanya itu terus saja menolak tak mau mengandung anaknya.

"Mas Devan dengar aku gak sih." rengek Nasya kesal karena suaminya itu diam tanpa menjawab perkataannya.

"Itu biar aku yang urus.," ucap Devan meyakinkan istrinya itu untuk tetap tenang. Masih banyak waktu untuk bernegosiasi dengan Laura.

Didalam kamar Laura, ia terdiam diri setelah menikmati makanan yang di bawa pelayan itu. Ia tak berselera maka oli uin yang ia pikirkan bagaimana caranya untuk pergi dari rumah ini tanpa sepengetahuan suami dan yang lainnya.

"Nona saya meletakkan buah dan kue untuk Nona makan."

"Terima kasih." ucap Laura tak perduli dengan apa yang dio bawa pelayan itu. Rasanya muak dengan semua ini. Dirinya tak mendapatkan kenyamanan dalam rumah ini hingga dirinya akan merencanakan untuk pergi dari rumah ini tanpa sepengetahuan mereka semua.

"Bagaimana? Apa dia mau memakannya?" tanya Devan dengan angkuhnya.

"Belum, Tuan."

Devan membuang napasnya dengan perlahan lalu menyuruh pelayan itu untuk pergi dari hadapannya. Memperlakukan istri kecilnya itu membuatnya sangat lah bingung.

"Mas Devan lagi mikirin apa?" tanya Nasya bergelayut manja di lengan suaminya. Ia tak boleh lengah atau pun membiarkan suaminya itu memberikan perhatian lebih pada madunya.

"Yuk kita masuk," ajak Devan, ia tak mungkin memberitahukan pada sang istri tentang apa yang di pikirkan saat ini.

Nasya mendengus kesal, ia pun menuruti perintah suaminya walaupun hatinya merasa kesal.

Di dalam kamar Laura membuang buah dan kue yang di bawakan pelayan tersebut, ia tak berselera makanan yang di bawakan pelayan itu, lebih baik dirinya menahan lapar di bandingkan harus tetap di sini bersama suami dan madunya itu.

Tok... Tok ...

"Buka pintunya." teriak Mama Devan ingin melihat keadaan mantunya. Dirinya hanya ingin memastikan jika Laura sudah baikan.

Rasanya malas sekali berurusan dengan satu persatu orang-orang di rumah ini hanya menginginkan rahim nya saja untuk menampung keturunan demi kelangsungan pewaris perusahaannya sedang di kelola oleh Devan sebagai anak tunggal.

Pintu itu terus saja di ketuk hingga Laura bangun untuk membukakan pintu tersebut. Dengan langkah malas ia membukanya.

"Ada apa, Nyonya. Saya mau istirahat." tanya Laura dengan malas nya.

"Kita buat kesepakatan bersama agar aku mendapatkan cucu dengan segera." ucap Mama Linda ingin segera mendapatkan cucu dari Devan.

Laura mengernyitkan dahinya menatap wanita baya itu dengan tatapan aneh. Entah kenapa wanita baya itu mau bernegosiasi dengannya.

Laura hanya terdiam belum menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya itu, Mama Linda pun masuk kedalam kamar lalu menutupnya agar tak ada satu orang pun mendengar rencananya.

"Duduk," pinta Mama Linda, ia akan merayu mantunya itu agar cepat memberikan cucu untuk dirinya.

Dengan malas Laura mengikuti perintahnya duduk di sebelah wanita baya itu sedikit jauh.

"Aku akan berikan kamu apapun termasuk uang yang kamu inginkan itu, tapi kamu harus segera mengandung cucuku."

.

.

.

.

.

.

"Saya sudah tidak tertarik dengan uang, nyonya. Yang hanya inginkan adalah bercerai dengan putra anda lalu pergi dari sini."

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status