Laura tercengang mendengar perkataan dari pria asing tersebut. Ia menatap kearah pria asin ingin tahu apa yang di dengarnya barusan."Untuk apa kamu masih bertahan di rumah ini? Mereka hanya ingin memanfaatkan mu saja." ucapnya lagi."Siapa kamu?" tanya Laura belum percaya apa yang di katakan nya barusan."Hahaha... Lucu sekali kamu cantik." ucap Arjun semakin dekat dengan Laura.enSeketika Laura mundur, ia tak ingin dekat dengan pria itu."Santai, aku gak gigit kok." goda Arjun tersenyum bahagia."Besok malam aku tunggu di halaman belakang,aku akan membantu mu untuk keluar dari rumah ini." ucap Arjun lalu pergi meninggalkan Laura hanya mematung seorang diri.Memang dirinya ingin keluar dari rumah ini karena tak tahan di perlakukan tak seperti istri pada umumnya. Madunya pun selalu memperlakukan hal sama juga mengumbar kemesraan di depan matanya hingga memperlihatkan bahwa dirinya lah yang paling di sayangi oleh Devan.Laura pun masuk setelah kenyang, ia tak berminat untuk bergabung
"Kamu tahu dengan ku?" tanya balik Arjun menatap istri dari sepupunya.Tak ada jawaban atau pun mengangguk tanda mengiyakan perkataannya. Laura memang sedang bingung dengan tawaran pria yang ada di depannya sekarang.Ia yang baru mengenalnya sebagai sepupu dari suaminya itu tak sepenuhnya percaya dengan tawarannya. Tapi ia tertarik dengan ajakannya untuk pergi dari rumah ini."Aku tahu kamu hanya di manfaatkan oleh mereka kan!! Dan aku tahu kamu sedang hamil."Laura melotot tak percaya dengan tebakan pria tersebut, tak ada satu pun orang yang tahu tentang kehamilannya yang ia sembunyikan serapih mungkin. Masih saja ada orang yang tahu tentang kehamilannya."Kata siapa? Aku tak hamil." elak Laura tak akan mempercayai siapa pun termasuk pria asing baru ia kenal."Dari tebakan ku, aku seorang dokter spesialis kandungan." jawab Arjun tersenyum simpul. Ia bisa menebak dari sikap dan perubahan tubuh seorang gadis yang belum menikah dan sudah menikah.Laura gelagapan untuk menutupi apa yang
"Sayang, kok badan ku panas ya?" tanya Devan mulai bingung dengan reaksi tubuhnya terasa panas. Ada gejolak birahinya terus menerus merasakan rasa panas dalam tubuhnya. Semakin lama semakin panas."Kamu masukin apa?" tanya Devan, ia bukan tak tahu dengan obat yang di berikan sang istri adalah obat perangsang dengan dosis tinggi.Tak ada jawaban dari Nasya hanya terdiam sambil tersenyum penuh kemenangan."Sya, kenapa kamu lakuin ini?" tanya Devan lagi tak mengerti dengan istri pertamanya. Jika menginginkan hubungan suami istri pun Devan akan melayani memberikan apa yang di inginkannya. Tapi tidak dengan cara ini Nasya memberikan obat tersebut kedalam minumannya."Kenapa? Kamu marah? Seharusnya aku yang marah, Mas. Kamu jarang menyentuh ku, kamu selalu sibuk sibuk terus. Terus dengan Laura kamu tidur di kamarnya. Aku tak terima." teriak Nasya meluapkan kekesalannya sejak kemarin suaminya malah tidur di kamar madunya di bandingkan dengannya semalam tidak bisa tidur memikirkannya.Devan t
"Tunggu dulu," cegah Laura menghentikan langkah pria dari sepupu suaminya. Ia ingin tahu motif dari semua ini sudah membantunya untuk keluar dari rumah tersebut."Ada apa?" tanya Arjun membalikkan badannya menatap kearah istri dari sepupunya itu."Aku ingin tahu alasan mu untuk membantu ku? apa?" tanya Laura secara langsung, ia ingin tahu alasannya."Hahaha," Arjun tertawa terbahak-bahak melihat kearah Laura sedang ketakutan."Ternyata kamu bukan wanita bodoh ya, ku kira kamu wanita bodoh tahunya hanya uang dan uang." Laura geram dengan ucapan pria tersebut, ia tak terima di sebut sebagai wanita bodoh. Ia memang dari kalangan bawah tak punya apapun kecuali harga diri saja yang ia miliki saat ini."Cepat, apa alasan mu di balik kebaikan mu ini?" desak Laura tak ingin lebih jauh lagi mengenal atau pun berhubungan dengan keluarga dari suaminya sama-sama licik."Aku hanya ingin kamu menggugurkan kandungan mu, tak boleh ada keturunan dari pewaris perusahaan Agatha." ucap Arjun dengan lanta
"Biarkan saja kalau dia pergi, tak ada gunanya tinggal di rumah ini. Di suruh hamil malah gak mau." ucap Mama Linda kesal pada mantu keduanya itu, keduanya tak ada yang bisa menguntungkan hidupnya."Mah, Laura istri Devan juga. Dia menantu Mama.""Gak ada gunanya, Van. Untuk apa di cari, Mama tak ada waktu lagi, gimana kalau Papa mu kembali menanyakan cucu yang di kandung Nasya?" ucap Mama Linda selalu khawatir akan kedatangan suaminya itu sudah menantikan kehadirannya cucunya kelak menjadi pewaris perusahaannya."Mah, gimana kalau adopsi anak saja?" sahut Nasya menghampiri suami dan ibu mertuanya sedang membahas soal keturunan."Gak bisa, Sya. Kamu tahu kan Papah Agatha hanya menginginkan dari keturunan saja." Devan pun bangkit dari duduknya, ia akan mencari keberadaan istri keduanya itu entah berada di mana?"Van, mau kemana?" panggil mama Linda melihat putranya pergi lagi.Tak ada jawaban dari Devan sampai kedua wanita berbeda umur itu merasa kesal apa yang di lakukan Devan."Mah,
Nasya bangkit dari tidurnya, ia merapihkan rambutnya yang berantakan dengan tubuh masih polos setelah pertempuran hangat dengan Arjun."Aku harus pulang," ucap Nasya bangun untuk membersihkan tubuhnya, ia mengabaikan panggilan dari Arjun terus saja memanggilnya."Aku masih kangen, Sya. Sudah ku bilang jadilah ratuku seutuhnya, tinggalkan Devan," pinta Arjun berapa kali mengatakan hal itu, ia akan membahagiakan Nasya lebih dari Devan."Gak bisa, sebelum kamu membuktikan jika kamu lebih dari Devan. Aku tak mau hidup miskin dengan mu cuma mengandalkan cinta saja." ucap Nasya, ia tak ingin hidup susah dengan Arjun walaupun Arjun kehidupannya lumayan cukup.Di bandingkan dengan Devan, Arjun bukan segala-galanya ia hanya memanfaatkannya untuk memuaskan nafsu nya karena Devan jarang sekali menyentuhnya.Arjun kesal, ia mengacak-acak rambutnya menatap punggung mulus Nasya hilang dari pandangannya. Ia semakin membenci sosok sepupunya selalu menjadi nomor satu dari segi mana pun."Aku akan menga
"Mas kamu kenapa? Marah sama aku?" tanya Nasya naik keatas ranjang, tidak biasanya suaminya itu bersikap dingin terhadapnya sampai mengacuhkan keberadaannya."Aku hanya butuh istirahat saja, tolong jangan ganggu aku dulu." pinta Devan dengan suara parau mulai memejamkan matanya. Nasya terdiam sesaat mendengar jawaban dari suaminya, bagaimana lelahnya seorang Devan tak bisa mengabaikan kehadirannya."Mas, aku kangen loh. Katanya kita mau liburan kapan?" tanya Nasya lagi, ia tak suka di abaikan begitu saja oleh suaminya."Nanti ku pikirkan, Sya. Aku butuh istirahat dulu." jawab Devan dengan nada sedikit tinggi sampai Nasya terdiam tak bertanya lagi.Nasya kesal benar-benar kesal dengan sikap suaminya mulai dingin terhadapnya, ia menyimpulkan dari perubahan sikap suaminya itu adalah madunya sudah mengambil perhatian suaminya."Awas saja jika aku bertemu dengan mu, aku akan buat perhitungan dengan mu," batin Nasya mengepalkan kedua tangannya. Ia tak rela harus kehilangan perhatian dan ci
"Hey, bangun." panggil seorang pria yang menolong wanita sedang nyebrang di jalan raya. Saat dirinya sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.Entah apa jadinya jika ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mungkin wanita itu mati karena di tabrak olehnya."Gimana? Apa dia baik-baik saja?" tanya Kenan, pria yang telah menolongnya."Semuanya baik-baik saja, Tuan. Dan janin nya pun tidak kenapa-napa," "Janin? Dia sedang hamil?" tanya Kenan pada pria berjas putih tersebut."Iya, Tuan. Sedang hamil muda." Kenan terdiam sesaat sambil memandang wajah wanita itu masih dalam keadaan belum sadarkan diri. Ia merasakan ada sesuatu dengan wanita tersebut.Setelah selesai memeriksakan kondisi wanita itu Kenan pun mengantarkan dokter tersebut untuk pulang sekaligus penasaran dengan kehamilannya."Apa kamu yakin wanita itu sedang hamil?" tanya Kenan belum percaya dengan pertuturan dari dokter sekaligus temannya itu."Kamu tak percaya? Coba bawa saja oleh mu wanita itu kerumah sakit