Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 2. Semesta Mengajak Bercanda 

Share

Bab 2. Semesta Mengajak Bercanda 

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2024-11-27 11:58:54

Empat Tahun Berlalu … 

Bintang mengumpat pelan di kala melihat antrean busway sangat padat. Sialnya dia bangun terlambat, sehingga ketika tiba di halte sudah menyaksikan banyak sekali lautan manusia. Tampak embusan napas kasar lolos di bibir wanita cantik itu. 

Bintang tak memiliki pilihan lain, dia terpaksa menggunakan taksi. Hari ini adalah hari pertama bintang bekerja. Dia tak ingin sampai terlambat di kantor. Mendapatkan pekerjaan di Jakarta bukan hal yang mudah. Menganggur cukup lama, akhirnya Bintang bisa diterima di sebuah perusahaan ternama. 

“Bintang Dilara, Anda tahu jam berapa ini?!” seorang wanita cantik bernama Lina, yang merupakan HRD Manager memberikan teguran cukup keras pada Bintang yang baru saja tiba di kantor. 

Bintang sedikit panik. “I-iya, Bu Lina. Saya Bintang Dilara. M-maaf saya terlambat.” 

Bintang sudah naik taksi, tapi sialnya jalanan di kota Jakarta tetap macet. Hal tersebut yang membuat Bintang tiba di kantornya terlambat. Letak kantor di Jakarta Selatan, sudah tak lagi terkejut jika dipadati oleh banyaknya orang. 

Lina berdecak tak suka. “Kamu terlambat sepuluh menit! Ini adalah hari pertamamu, tapi kamu malah menunjukkan kamu tidak tertib!” 

Bintang menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Wanita cantik itu tak menampik bahwa memang tindakannya sangat salah. Hari pertama bekerja harusnya, dia datang tepat waktu. Akan tetapi, karena kecerobohannya membuatnya datang terlambat. 

“Maafkan saya, Bu. Saya janji ke depannya, saya tidak akan terlambat,” ucap Bintang penuh sesal. 

Lina mengembuskan napas kasar. “Hari ini anak Pak Galih kembali dari New York. Anak Pak Galih yang akan memegang kendali Gunaraya Group. Harusnya kamu menjadi sekretaris Pak Galih, tapi karena anaknya yang memegang kendali, jadi kamu yang menjadi sekretaris anak Pak Galih. Hari ini kamu saya maafkan, tapi lain kali saya nggak akan maafin kamu. Saya nggak suka orang-orang yang nggak bisa hargain waktu. Satu lagi, anak Pak Galih terkenal nggak suka sama orang lambat atau nggak patuh. Jadi, tolong kalau kamu benar-benar mau bekerja di sini, jangan pernah membuat masalah.” 

Bintang mengangguk patuh. “Baik, Bu. Terima kasih banyak.” 

“Ikut saya. Saya akan antar kamu ke meja kerja kamu,” ucap Lina dingin, meminta Bintang untuk ikut dengannya. 

Bintang kembali mengangguk patuh, lalu melangkah sedikit terburu-buru mengikuti Lina. Sesekali, dia melihat ke sekeliling—menatap betapa besarnya Gunaraya Group. Sungguh, Bintang sangat bersyukur bisa bekerja di perusahaan besar. Menganggur lama, tapi akhirnya dia mendapatkan sebuah keajaiban yang tak terhingga. 

“Kursi meja kerja kamu ada di depan ruangan Pak Galih. Tapi, mulai hari ini anak Pak Galih yang akan gantiin beliau. Sekitar lima belas menit lagi, kita semua wajib ke lobi nyambut anak Pak Galih. Kamu paham?” Lina mengatakan kalimat tegas. 

“Baik, Bu. Saya paham. Terima kasih,” jawab Bintang sopan. 

“Di atas meja, ada beberapa pekerjaan sekretaris lama Pak Galih. Kamu periksa dan pelajari dengan baik. Saya harus kembali ke ruangan saya,” ucap Lina dingin. 

“Baik, Bu,” jawab Bintang lagi patuh. 

Lina membalikkan badannya, dan langsung melangkah meninggalkan Bintang. Embusan napas lega lolos di bibir Bintang. Paling tidak, dia sudah tak bersama dengan Lina lagi. HRD memang terkenal sangat galak dan tegas. 

“Kursi kerja yang nyaman.” Bintang duduk di kursi kerjanya, mulai mempelajari pekerjaan dari sekretaris lama. Tampak raut wajahnya sangat serius melihat berkas yang ada di hadapannya. 

Saat Bintang sedang fokus mempelajari berkas yang ada di tangannya, tatapannya tak sengaja melihat jam pasir yang ada di sisi kiri. Dia mengambil jam pasir itu, dan mulai terdiam di kala mengingat seseorang yang menyukai jam pasir. 

“Sekretaris lama Pak Galih ternyata menyukai jam pasir,” gumam Bintang pelan, seraya melukiskan senyumannya, di kala mengingat sosok yang dia rindukan. Sosok itu hanya dikenang, dan tidak akan pernah dia ingin temui lagi. 

“Come on, Bintang. Kamu ini pikirin apa sih?” gumam Bintang lagi yang langsung menepis pikirannya. Detik selanjutnya, dia kembali fokus mempelajari berkas yang ada di tangannya. 

“Bintang … kamu Bintang, kan?” seorang wanita cantik berambut hitam, melangkah menghampiri. 

Bintang mendongak ke atas, menatap wanita berambut hitam itu. “Ya, saya Bintang. Maaf, kamu?” 

Wanita cantik itu mengulurkan tangannya ke hadapan Bintang. “Jangan formal. Aku Wilona, bagian keuangan di Gunaraya Group.” 

Bintang menyambut uluran tangan Wilona. “Hai, Wilona. Aku Bintang. Senang berkenalan denganmu.” 

“Aku juga senang berkenalan denganmu, Bintang.” Wilona tersenyum hangat, seraya melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. “Bintang, aku rasa sudah waktunya kita ke lobi. Kita harus menyambut anak Pak Galih.” 

Bintang mengangguk, lalu meletakan berkas di tangannya ke atas meja, dan melangkah bersama dengan Wilona menuju lift. Mereka turun ke lobi untuk menyambut anak dari bos besar di Gunaraya Group. 

Karyawan Gunaraya Group sudah penuh di lobi. Bintang berdiri di samping Wilona. Tampak banyak karyawan yang gugup. Pun sebenarnya Bintang jauh lebih gugup, karena dia yang akan menjadi sekretaris dari anak bos besar Gunaraya Group. 

“Bintang, berapa usiamu?” tanya Wilona ingin tahu. 

“24 tahun. Kamu berapa?” balas Bintang bertanya. 

“Aku 25 tahun. Aku dengar anak Pak Galih usianya sama denganku.” 

“Masih muda.” 

“Iya, Bintang. Masih muda. Dia lulusan master degree di universitas ternama di New York.” 

Bintang manggut-manggut. “Anak orang kaya, jadi wajar saja kalau lulusan luar negeri. Aku yang hanya sarjana saja sudah sangat bersyukur.” 

Wilona sedikit terkekeh. “Trust me, aku lulus sarjana dengan nilai yang nggak terlalu memuaskan, tapi Nasibku beruntung bisa masuk perusahaan besar.” 

Bintang tersenyum lembut. “Artinya kamu memiliki kecerdasan berbeda, di luar bidang akademikmu, Wilona.” 

Wilona juga tersenyum. “Kamu benar, Bintang. Aku yakin kamu juga pasti sangat istimewa, sampai bisa diterima sebagai sekretaris anak Pak Galih.” 

“Lebih tepatnya, aku sudah banyak mengalami kesulitan, jadi Tuhan pasti akan memberikanku hadiah indah,” jawab Bintang hangat. 

Wilona hendak bertanya, tapi tatapan semua orang di sana tertuju pada sosok pria berpostur tinggi, tegap, gagah, dan tampan masuk ke dalam lobi. Aura wajah arogan terpancar pada sosok pria tampan yang baru saja datang. 

Semua orang di sana menundukkan kepala, dan hanya Bintang yang mendongak menatap sosok pria tampan yang baru saja tiba. Namun, seketika tubuh Bintang membeku di kala wajah pria itu semakin terlihat jelas. 

Tubuh Bintang nyaris ambruk, seperti bumi berhenti pada porosnya, wanita itu tak sanggup lagi untuk berdiri. Berkali-kali dia menggelengkan kepalanya tegas, meyakinkan bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah. Akan tetapi, meski sudah bertahun-tahun tak bertemu, tak mungkin Bintang melupakan wajah yang selalu ingin dia pandang setiap detik. 

“B-Bara?” 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 135. Ending Scene (TAMAT)

    Long weekend adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Bara menepati janjinya mengajak istri dan anak-anaknya ke Bali. Pun kebetulan kedua orang tua Bara sekarang sedang ada di Perth menghadiri pertemuan teman lama orang tua Bara.Sebenarnya Bara ingin mengajak istri dan anaknya berlibur ke Amerika, tetapi karena libur sekolah Bima hanya karena long weekend, jadi tak memungkinkan untuk Bara mengajak istri dan anak-anaknya ke Amerika. Akan tetapi, meski hanya libur singkat ke Bali, tentunya pagi ceriah itu sudah ramai dengan suara Bima yang riuh gembira. Pelayan sudah tampak sibuk memindahkan pakaian yang akan dibawa. Tentu Bintang tak sendiri dalam menyiapkan pakaian. Wanita itu dibantu oleh para pelayan.Long weekend ini, Bara dan Bintang mengkhususkan liburan tanpa pengasuh. Mereka mengizinkan untuk Mbok Inem ataupun pengasuh Belleza untuk berlibur tanpa mengurus anak-anak mereka. Adapun alasan, karena mereka ingin benar-benar menikmati liburan bersama, tanpa adanya orang lain.“Papa! Bim

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 134. Extra Part VIII

    Menyiapkan malam malam adalah hal biasa untuk Bintang. Namun, tentu wanita itu tidak sendirian. Para pelayan membantunya dalam menyiapkan makanan lezat. Bara dan Bima sangat menyukai masakan Bintang, jadi wajar kalau Bintang selalu membuatkan makanan untuk suami dan putranya. Sementara Belleza—si kecil juga turut dibuatkan makanan. Usia Belleza sudah dua tahun. Tidak hanya susu yang menjadi asupan utama, tapi ada makanan pendukung lain.Saat makanan sudah siap berada di atas meja, Bara dan Bima muncul. Mereka duduk di kursi meja makan, sedangkan Belleza sayangnya sudah tertidur. Balita cantik itu sudah makan duluan. Jadi, wajar kalau sekarang Belleza sudah terlelap.“Wah! Mama masak makanan kesukaan Bima!” seru Bima riang.Bintang tersenyum, dan duduk di kursi meja makan. “Mama buatin makanan kesukaan Bima, dan juga masakin makanan kesukaan Papa.”Bima tampak semangat. Bocah laki-laki itu langsung lahap menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibunya. Pun Bara juga turut menyantap makana

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 133. Extra Part VII

    Mendapatkan panggilan telepon dari sekolah Bima, tentu membuat jantung Bintang nyaris ingin copot. Pasalnya selama ini, Bima tak pernah melakukan masalah apa pun. Putra kecilnya itu bisa dikatakan adalah anak yang baik dan patuh pada guru. Namun, di kala wali kelas mengatakan Bima melakukan kesalahan, membuat otak Bintang mendadak pusing luar biasa.Ya, Bintang datang ke sekolah Bima, tanpa bilang dulu pada Bara. Bukan tak mau cerita, tetapi dia tak ingin mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Jadi, lebih baik baginya menyelesaikan sendiri masalah ini. Lagi pula, ini memang sudah menjadi tugasnya.“Bu,” sapa Mbok Inem di kala melihat Bima datang ke sekolah.Bintang menatap Mbok Inem dengan tatapan gelisah. “Mbok, ada apa? Bima lakuin kesalahan apa?” tanyanya penasaran.Mbok Inem tampak cemas. “Bu, mungkin lebih baik wali kelas yang cerita ke ibu. Saya takut kalau saya yang jawab malah saya salah bicara.”“Sekarang Bima di mana?” tanya Bintang, mencoba untuk tetap tenang.“Bima ada d

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 132. Extra Part VI

    Pagi menyapa, Bara sudah datang ke kantor lebih awal. Pria tampan itu memiliki meeting penting dengan salah satu klien dari Tokyo. Dia bahkan tidak sarapan di rumah, karena tadi bertemu dengan klien—yang kebetulan meminta bertemu dengannya di pagi hari.Dia kini sudah ada di ruang kerjanya, duduk dengan raut wajah serius melihat laporan yang diberikan oleh sekretarisnya. Bintang sudah tak lagi bekerja di Gunaraya Group, membuat Bara memang sekarang memiliki sekretaris baru. Namun, meski sudah memiliki sekretaris baru, tentunya dia meminta pendapat Bintang tentang sekretaris barunya.Suara ketukan pintu terdengar, Bara yang sedang fokus melihat laporan langsung teralih ke arah pintu—dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk segera masuk ke dalam.“Pak, maaf saya ganggu,” ucap Andi di kala masuk ke dalam ruang kerja Bara.“Ada apa?” tanya Bara dengan nada datar.“Pak, di depan ada Pak Mario ingin bertemu Anda. Apa Anda ingin menemui beliau?” tanya Andi sopan, dan seketika membuat Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 131. Extra Part V 

    Waktu menunjukkan pukul enam sore. Bintang sudah kembali ke rumah, begitu juga dengan Wilona yang sudah kembali. Hari yang menyenangkan, tetapi ada perasaan khawatir. Ya, bagaimana tidak? Bintang tadi hampir menjadi korban kejahatan. Namun, untungnya dia bisa selamat.Bintang baik-baik saja, tapi entah dia tak tahu nasib pencopet itu. Bisa dikatakan orang-orang banyak yang membantunya, mengantarkan pencopet pada pihak berwajib. Jadi, dia tak perlu harus dipusingkan.Wanita cantik itu kini melangkah menuju kamar mandi, dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Pun barang belanjaannya tadi sudah dia pindahkan ke walk-in closet. Waktu bersama dengan Wilona cukup membuatnya sangat terhibur.Belleza sedang bersama dengan pengasuh. Itu yang membuat Bintang bisa jauh lebih tenang. Memang hadirnya pengasuh cukup membantu Bintang, jika ingin memiliki waktu berkualitas untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, meski ada pengasuh jelas Bintang akan tetap mengurus dua anaknya.Lima belas menit member

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 130. Extra Part IV

    Mall Grand Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Bintang dan Wilona untuk berjalan-jalan. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama sambil berbelanja berbagai macam barang. Tak hanya berbelanja saja, tetapi banyak restoran yang mereka kunjungi.Wilona yang selalu mengeluh badannya gemuk, tetapi tak tahan jika Bintang mengajak makan-makanan lezat. Pun dua wanita itu masih memerikan ASI, jadi wajar kalau mudah sekali lapar, apalagi jika melihat banyak restoran, pasti mereka terasa ingin mencoba.“Bintang, kamu mau makan sushi, nggak?” tanya Wilona tampak tak sabar melihat restoran sushi.Bintang menggelengkan kepalanya. “Kita udah makan banyak, Wilona. Memangnya kamu belum kenyang juga?”Wilona mengerengutkan bibirnya. “Aku masih lapar sih, tapi kayaknya ada makanan di kaki lima dekat mall ini deh yang mau aku datengin. Nggak jadi sushi. Kamu mau nggak nemenin aku?”Bintang mengulum senyumannya mendengar keluhan Wilona yang begitu ingin makan di makanan kaki lima dekat mall. Jujur, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status