Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 3. Cinta dan Dendam yang Melebur Menjadi Satu   

Share

Bab 3. Cinta dan Dendam yang Melebur Menjadi Satu   

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2024-11-27 11:59:11

New York, USA. 

Salju turun di kota Manhattan cukup lebat. Sosok pria tampan berdiri di bangunan menjulang tinggi sebuah penthouse mewah. Sorot mata dingin, dengan aura wajah tegas begitu terlihat. Pria tampan itu baru saja baru saja selesai memeriksa pekerjaan yang dikirimkan oleh karyawannya. 

Bara Gunawan Gunaraya, pria tampan berusia 25 tahun itu langsung menonaktifkan ponselnya di kala terus menerus mendapatkan telepon dari ibunya. Jika tak ingin diganggu, maka Bara tak ingin diganggu oleh siapa pun. 

“Pak Bara,” sapa Andi, asisten pribadi Bara, melangkah masuk ke dalam ruang kerja Bara.  

Bara menatap dingin Andi yang baru saja datang ke penthouse-nya. “Kamu tahu ini jam berapa? Kenapa kamu mengganggu waktu saya?”  

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Bara tak suka jika diganggu, tapi malah asisten pribadinya mendatanginya. Padahal pria tampan itu sudah mengatakan, jika ingin membahas pekerjaan maka lebih baik ditunda sampai jam kantor. 

Andi menundukkan kepalanya. “Pak Bara, maaf mengganggu, saya hanya ingin memberi tahu Anda sesuatu hal penting.” 

Bara mengembuskan napas kasar. “Ada apa? Jangan katakan kalau kedua orang tua saya meminta saya untuk kembali ke Jakarta. Jika iya, maka jawabannya saya tidak mau! Saya sudah jenuh dengan kota itu. New York jauh lebih membuat saya lebih tenang.” 

Empat tahun sudah Bara tinggal di New York. Pria tampan itu sudah meninggalkan Jakarta cukup lama. Setelah menyelesaikan sarjana, dia ke New York untuk melanjutkan pendidikan master. Tidak sampai di sana, dia juga memimpin perusahaan cabang keluarganya di New York. Namun, belakangan ini kedua orang tuanya menginginkan dirinya untuk kembali ke Jakarta. Hal tersebut yang membuat Bara menjadi kesal. Sebab, dia sudah tak memiliki minat untuk kembali ke Jakarta. 

Andi tetap menundukkan kepalanya. “Maaf, Pak, tapi perintah Pak Gilang sangat jelas. Pak Gilang mengatakan bahwa minggu depan beliau akan pensiun. Pak Gilang ingin Anda yang menggantikan beliau. Selain itu, ibu Anda juga memaksa Anda untuk segera kembali ke Jakarta.” 

Bara berdecak kesal, dan tak suka. “Jika saya tidak mau, apa yang akan orang tua saya lakukan?” 

Ini bukan pertama kali Bara dibujuk untuk kembali ke Jakarta, tapi sudah berkali-kali. Tentu sudah berkali-kali juga Bara melakukan penolakan. Sebab, dia sudah muak dengan Jakarta. Di New York, dia mendapatkan ketenangan dan kedamaian hati. 

“Orang tua Anda berpesan, akan datang ke New York untuk menjemput Anda secara paksa, jika Anda tidak ingin kembali ke Jakarta. Pak Bara, maaf jika saya lancang, tapi Anda merupakan anak tunggal di keluarga Anda. Anda adalah pewaris. Pastinya kedua orang tua Anda akan meminta Anda untuk berada di Jakarta. New York hanya tempat Anda untuk menempuh pendidikan Anda serta mengasah kemampuan Anda. Pusat Gunaraya Group berada di Jakarta, jadi sudah sepantasnya Anda kembali ke Jakarta, menggantikan ayah Anda memimpin perusahaan,” jawab Andi sopan, dan sangat hati-hati. 

Bara mengembuskan napas kasar, dan mengumpat pelan. Tak menampik bahwa apa yang dikatakan asisten pribadinya itu benar. Sejak dulu memang Bara tidak memiliki pilihan apa pun. Kehidupannya sudah sangat sering diatur oleh kedua orang tuanya. 

Bara ingin sekali berontak, dan memutuskan tinggal di New York. Namun, sepertinya itu sangat mustahil. Bara tidak mungkin bisa melawan keinginan kedua orang tuanya. Dia yakin seribu persen, jika dia menolak, maka pasti orang tuanya mendatangi New York, dan membuat masalah. 

“Fine, atur saja kepulangan saya ke Jakarta,” ucap Bara dingin, tak memiliki pilihan lain. 

Andi mengangguk patuh. “Baik, Pak. Hm, ada hal lain yang ingin saya sampaikan pada Anda.” 

Bara menatap tajam sang asisten. “Jika bicara jangan setengah-setengah! Ada apa lagi?” 

Andi sedikit ketakutan. “I-ini, Pak, saya hanya ingin memberikan informasi bahwa Anda memiliki beberapa kandidat untuk menjadi sekretaris Anda. Sekretaris lama Pak Gilang telah mengundurkan diri. Lina, HRD Manager kita sedang mencari sekretaris baru. Ada beberapa kandidat yang Lina berikan pada saya. Apa Anda ingin saya memilih, atau Anda ingin menyaring sendiri sekretaris Anda?” 

“Berikan aku berkas kandidat calon sekretarisku,” ucap Bara dingin, dia lebih menyukai memilih sendiri sekretarisnya. Sebab, dia paling tak suka orang yang bodoh ataupun lambat. 

“Ini, Pak.” Andi menyerahkan berkas di tangannya pada Bara. 

Bara mengambil berkas yang ada di tangannya itu, dan menatap seksama berkas itu. Setiap kandidat disertai foto serta background pendidikan. Banyak yang diabaikan oleh Bara, sampai tiba di lembar terakhir—tatapan Bara tertuju pada sosok wanita cantik berambut cokelat—menunjukkan senyuman menawan. 

Bara terdiam terkejut melihat foto itu. Background pendidikan, dan identitas wanita itu sudah menjawab semua pertanyaan yang muncul di dalam benaknya. Debar jantungnya berpacu kencang seakan ingin berhenti berdetak. Kepingan memorinya mengingat tentang kejadian beberapa tahun silam. 

“Pak, apa Anda tertarik dengan Bintang Dilara?” tanya Andi sopan. 

Bara belum menjawab pertanyaan sang asisten. Beberapa kali dia berusaha menahan emosi yang tiba-tiba saja ingin meledak. Dia mengepalkan tangannya kuat dan bertanya, “Dia melamar di Gunaraya Group?” 

Andi menganggukkan kepalanya. “Dari semua kandidat, saya juga menyukai profile Bintang Dilara. Dia mahir Bahasa Inggris dan Mandarin. Selain itu, dia juga cukup memiliki pengalaman kerja yang baik. Terakhir dia juga lulusan terbaik. Menurut saya orang seperti ini akan sangat kritis dalam berpendapat. Sebagai sekretaris Anda, pastinya Anda membutuhkan orang yang cerdas, kristis dalam berpendapat, dan teliti.” 

Bara masih terdiam seraya meremas profile Bintang Dilara. Embusan napas kasar lolos di bibirnya. Sudah empat tahun dia tak bertemu dengan Bintang. Ternyata takdir mempertemukan kembali dirinya dengan keadaan seperti ini. 

“Saya pilih Bintang Dilara. Katakan pada Lina, saya memilih Bintang Dilara,” ucap Bara dingin, dengan raut wajah yang menahan emosi. 

Andi mengangguk patuh. “Baik, Pak. Saya akan segera menghubungi Lina. Kalau begitu saya permisi. Ini sudah malam. Selamat malam, Pak Bara. Maaf sudah mengganggu Anda.” 

Andi segera pamit undur diri dari hadapan Bara—yang masih bergeming di tempatnya. Tampak sorot mata Bara memancarkan jelas rasa emosi yang tak bisa terkendali. Kepingan memori Bara mengingat atas apa yang telah dilakukan Bintang padanya. 

Bintang Dilara … wajahnya ternyata tak berubah sama sekali. Senyuman, paras semua tetap sama. Sudah empat tahun tak bertemu nyatanya Bara tetap mengingat wajah wanita itu. Sosok wanita yang telah menghancurkannya. 

Bara tak akan pernah mungkin lupa hari di mana Bintang menghancurkan dirinya. Pertama kali dalam hidup, Bara menangisi seorang wanita yang telah mengkhianatinya. Membayangkan itu kemarahan semakin menggrogotinya. 

“Bintang, kita akan bertemu lagi,” ucap Bara penuh dendam, dan amarah yang tak bisa lagi tertahankan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 135. Ending Scene (TAMAT)

    Long weekend adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Bara menepati janjinya mengajak istri dan anak-anaknya ke Bali. Pun kebetulan kedua orang tua Bara sekarang sedang ada di Perth menghadiri pertemuan teman lama orang tua Bara.Sebenarnya Bara ingin mengajak istri dan anaknya berlibur ke Amerika, tetapi karena libur sekolah Bima hanya karena long weekend, jadi tak memungkinkan untuk Bara mengajak istri dan anak-anaknya ke Amerika. Akan tetapi, meski hanya libur singkat ke Bali, tentunya pagi ceriah itu sudah ramai dengan suara Bima yang riuh gembira. Pelayan sudah tampak sibuk memindahkan pakaian yang akan dibawa. Tentu Bintang tak sendiri dalam menyiapkan pakaian. Wanita itu dibantu oleh para pelayan.Long weekend ini, Bara dan Bintang mengkhususkan liburan tanpa pengasuh. Mereka mengizinkan untuk Mbok Inem ataupun pengasuh Belleza untuk berlibur tanpa mengurus anak-anak mereka. Adapun alasan, karena mereka ingin benar-benar menikmati liburan bersama, tanpa adanya orang lain.“Papa! Bim

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 134. Extra Part VIII

    Menyiapkan malam malam adalah hal biasa untuk Bintang. Namun, tentu wanita itu tidak sendirian. Para pelayan membantunya dalam menyiapkan makanan lezat. Bara dan Bima sangat menyukai masakan Bintang, jadi wajar kalau Bintang selalu membuatkan makanan untuk suami dan putranya. Sementara Belleza—si kecil juga turut dibuatkan makanan. Usia Belleza sudah dua tahun. Tidak hanya susu yang menjadi asupan utama, tapi ada makanan pendukung lain.Saat makanan sudah siap berada di atas meja, Bara dan Bima muncul. Mereka duduk di kursi meja makan, sedangkan Belleza sayangnya sudah tertidur. Balita cantik itu sudah makan duluan. Jadi, wajar kalau sekarang Belleza sudah terlelap.“Wah! Mama masak makanan kesukaan Bima!” seru Bima riang.Bintang tersenyum, dan duduk di kursi meja makan. “Mama buatin makanan kesukaan Bima, dan juga masakin makanan kesukaan Papa.”Bima tampak semangat. Bocah laki-laki itu langsung lahap menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibunya. Pun Bara juga turut menyantap makana

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 133. Extra Part VII

    Mendapatkan panggilan telepon dari sekolah Bima, tentu membuat jantung Bintang nyaris ingin copot. Pasalnya selama ini, Bima tak pernah melakukan masalah apa pun. Putra kecilnya itu bisa dikatakan adalah anak yang baik dan patuh pada guru. Namun, di kala wali kelas mengatakan Bima melakukan kesalahan, membuat otak Bintang mendadak pusing luar biasa.Ya, Bintang datang ke sekolah Bima, tanpa bilang dulu pada Bara. Bukan tak mau cerita, tetapi dia tak ingin mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Jadi, lebih baik baginya menyelesaikan sendiri masalah ini. Lagi pula, ini memang sudah menjadi tugasnya.“Bu,” sapa Mbok Inem di kala melihat Bima datang ke sekolah.Bintang menatap Mbok Inem dengan tatapan gelisah. “Mbok, ada apa? Bima lakuin kesalahan apa?” tanyanya penasaran.Mbok Inem tampak cemas. “Bu, mungkin lebih baik wali kelas yang cerita ke ibu. Saya takut kalau saya yang jawab malah saya salah bicara.”“Sekarang Bima di mana?” tanya Bintang, mencoba untuk tetap tenang.“Bima ada d

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 132. Extra Part VI

    Pagi menyapa, Bara sudah datang ke kantor lebih awal. Pria tampan itu memiliki meeting penting dengan salah satu klien dari Tokyo. Dia bahkan tidak sarapan di rumah, karena tadi bertemu dengan klien—yang kebetulan meminta bertemu dengannya di pagi hari.Dia kini sudah ada di ruang kerjanya, duduk dengan raut wajah serius melihat laporan yang diberikan oleh sekretarisnya. Bintang sudah tak lagi bekerja di Gunaraya Group, membuat Bara memang sekarang memiliki sekretaris baru. Namun, meski sudah memiliki sekretaris baru, tentunya dia meminta pendapat Bintang tentang sekretaris barunya.Suara ketukan pintu terdengar, Bara yang sedang fokus melihat laporan langsung teralih ke arah pintu—dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk segera masuk ke dalam.“Pak, maaf saya ganggu,” ucap Andi di kala masuk ke dalam ruang kerja Bara.“Ada apa?” tanya Bara dengan nada datar.“Pak, di depan ada Pak Mario ingin bertemu Anda. Apa Anda ingin menemui beliau?” tanya Andi sopan, dan seketika membuat Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 131. Extra Part V 

    Waktu menunjukkan pukul enam sore. Bintang sudah kembali ke rumah, begitu juga dengan Wilona yang sudah kembali. Hari yang menyenangkan, tetapi ada perasaan khawatir. Ya, bagaimana tidak? Bintang tadi hampir menjadi korban kejahatan. Namun, untungnya dia bisa selamat.Bintang baik-baik saja, tapi entah dia tak tahu nasib pencopet itu. Bisa dikatakan orang-orang banyak yang membantunya, mengantarkan pencopet pada pihak berwajib. Jadi, dia tak perlu harus dipusingkan.Wanita cantik itu kini melangkah menuju kamar mandi, dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Pun barang belanjaannya tadi sudah dia pindahkan ke walk-in closet. Waktu bersama dengan Wilona cukup membuatnya sangat terhibur.Belleza sedang bersama dengan pengasuh. Itu yang membuat Bintang bisa jauh lebih tenang. Memang hadirnya pengasuh cukup membantu Bintang, jika ingin memiliki waktu berkualitas untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, meski ada pengasuh jelas Bintang akan tetap mengurus dua anaknya.Lima belas menit member

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 130. Extra Part IV

    Mall Grand Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Bintang dan Wilona untuk berjalan-jalan. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama sambil berbelanja berbagai macam barang. Tak hanya berbelanja saja, tetapi banyak restoran yang mereka kunjungi.Wilona yang selalu mengeluh badannya gemuk, tetapi tak tahan jika Bintang mengajak makan-makanan lezat. Pun dua wanita itu masih memerikan ASI, jadi wajar kalau mudah sekali lapar, apalagi jika melihat banyak restoran, pasti mereka terasa ingin mencoba.“Bintang, kamu mau makan sushi, nggak?” tanya Wilona tampak tak sabar melihat restoran sushi.Bintang menggelengkan kepalanya. “Kita udah makan banyak, Wilona. Memangnya kamu belum kenyang juga?”Wilona mengerengutkan bibirnya. “Aku masih lapar sih, tapi kayaknya ada makanan di kaki lima dekat mall ini deh yang mau aku datengin. Nggak jadi sushi. Kamu mau nggak nemenin aku?”Bintang mengulum senyumannya mendengar keluhan Wilona yang begitu ingin makan di makanan kaki lima dekat mall. Jujur, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status