Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 51. Dalang di Balik Penculikan Bintang 

Share

Bab 51. Dalang di Balik Penculikan Bintang 

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2025-02-15 00:04:59

Langkah kaki Bara tegas, dengan sorot mata dingin terhunus pada Mario yang berdiri di lobi apartemen. Tampak jelas aura kemarahan pria tampan itu terlihat jelas. Sementara Mario tetap tenang di tempatnya, tak menunjukkan kemarahan sedikit pun. Pasalnya memang Mario tidak pernah menaruh dendam pada Bara.

“Ngapain lo ke sini?!” bentak Bara kala tiba di depan Mario.

“Gue ke sini, karena ingin bertemu Bintang. Gue nggak punya urusan sama lo. Jadi, lebih baik jangan ikut campur,” jawab Mario tetap tenang, meski mendapatkan tatapan tajam dari Bara.

Mendengar apa yang dikatakan Mario, membuat Bara langsung mencengkeram kerah bajunya. “Lo itu nggak dibutuhin! Pergi dari sini!” bentak Bara keras.

Mario tersenyum samar. “Lo lupa, gue punya hubungan khusus sama Bintang? Kenapa lo malah larang gue ketemu dia? Lo pikir siapa diri lo? Lo itu nggak dibutuhin!”

Aura kemarahan di wajah Bara terlihat jelas, terlebih mendengar apa yang Mario katakan. Detik itu juga yang dilakukan Bara adalah melaya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 110. Ayo Kita Bangun Kenangan Indah!

    Keheningan membentang dari dalam mobil. Bintang melirik Bara yang duduk di sampingnya, hanya diam dengan raut wajah dingin. Mobil dilakukan oleh sopir, dan yang duduk di samping sopir adalah Andi. Sementara Bima duduk di belakang sudah tertidur bersama dengan Mbok Inem yang setia menemani Bima.“Bara,” panggil Bintang, dengan nada pelan dan hati-hati.Bara yang tadi hanya diam, mulai menoleh menatap Bintang. “Kamu tahu di mana kesalahanmu, Bintang?” balasnya, dengan nada tenang.Bintang terdiam sebentar. “Aku minta maaf. Aku nggak enak kalau nolak Mario. Kamu kan tahu kalau Mario sudah banyak bantu aku. Lagi pula, aku juga sudah bilang ke kamu, kalau aku dan Mario nggak punya hubungan apa pun. Kami murni hanya teman saja.”Bara mengatur emosi di dalam dirinya. Pria tampan itu sadar bahwa Bintang baru saja keluar dari rumah sakit. Dia tidak mau sampai membuat wanita yang dicintainya itu menderita, karena dirinya terlalu emosi. Cemburu adalah hal yang wajar, karena dia mencintai Bintang

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 109. Pulang Dari Rumah Sakit

    Hari demi hari berlalu. Kondisi Bintang terbilang membaik meski kondisi luka bakarnya masih cukup serius. Pihak dokter mengatakan bahwa nantinta bekas luka bakar di tubuh Bintang bisa berangsur pulih jika menjalani operasi plastik. Namun, tentu tak bisa dalam waktu dekat, karena luka bakar di tubuh Bintang belum sepenuhnya mengering. Dokter telah mengizinkan Bintang untuk pulang ke rumah. Proses selanjutnya adalah pengobatan berjalan. Jadi, dokter meminta Bintang untuk selalu mendatangi rumah sakit guna memastikan kondisi luka bakar di tubuh wanita itu.Sebenarnya, Bara tidak langsung menyetujui di kala dokter mengizinkan Bintang untuk pulang, tetapi karena Bintang juga mengatakan bosan terus menerus di rumah sakit, itu yang membuat Bara luluh. Pria tampan itu menginginkan yang terbaik untuk Bintang.“Bara, di mana Bima?” tanya Bintang seraya menatap Bara yang ada di hadapannya, dengan tatapan hangat. Para pelayan Bara kini sedang sibuk mengemasi barang-barangnya yang ada di rumah

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 108. Cinta Pantas Diberikan Kesempatan 

    Matahari menyinari bumi begitu terik dan indah. Cahayanya menembus sela-sela jendela. Bintang sudah terbangun di pagi hari, menatap ke arah jendela. Tubuhnya masih lemah di ranjang. Luka bakar yang dia derita cukup parah membuatnya masih belum bisa untuk pergi dari ruang rawatnya. “Bu, apa ibu ingin makan sesuatu?” tanya sang perawat yang kebetulan ada di sana. Sekitar lima menit lalu, Bara keluar untuk menjawab telepon. Sementara Bima dibawa oleh Mbok Inem berjemur di taman. Hanya ada perawat yang menemani Bintang, karena memang Bintang yang meminta Mbok Inem untuk membawa Bima berjemur di taman. Bintang menggelengkan kepalanya pelan. “Saya masih kenyang. Tadi sudah sarapan cukup banyak. Terima kasih sudah nawarin.” Tiba-tiba, pintu ruang rawat terbuka. Tatapan Bintang teralih pada Wilona yang ternyata datang. Ya, tentu dia sama sekali tak menyangka Wilona datang ke rumah sakit. Kejadian yang menimpa dirinya, membuatnya sempat hilang kontak dengan rekan kerja, karena kondisi pon

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 107. Hati Emas Bintang

    Bintang menatap Della yang kini meninggalkan ruang rawatnya dibantu oleh perawat yang sudah dipanggil. Permintaan maaf telah lolos di bibir Della. Sebuah perkataan yang tak pernah Bintang sangka akan dia dengar. Selama ini, dia sangat mengenal sifat ibu Bara itu, tetapi ternyata pada akhirnya ibu Bara menyadari kejahatan yang dilakukan. Bintang tak menaruh dendam sedikit pun pada Della. Bahkan meski dulu ibu Bara itu telah memisahkannya dengan Bara, tetap tidak membuat Bintang menaruh dendam. Kecewa ada, karena Bintang juga manusia biasa, tetapi untuk membenci, dia merasa sangat tidak pantas. Sebab, bagaimanapun ibu Bara hanya ingin yang terbaik untuk Bara. Alasan utama Bintang tak menaruh dendam, karena dulu dia menyadari akan posisinya. Bara bagaikan langit, sedangkan Bintang hanya bumi. Terlalu perbedaan yang sangat jauh. Oleh karena itu, dia berusaha mengerti bahwa memang Della menginginkan yang terbaik untuk Bara—meski dengan cara yang sangat salah. “Harusnya tadi kamu kasih t

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 106. Apakah Aku Layak di Dunia Ini?

    “Mbok, di mana Bima?” tanya Bintang pada Mbok Inem yang menyuapinya makan. Tadi, beberapa menit lalu perawat mengantarkan makanan. Itu yang membuat Bintang sekarang sedang makan siang. Namun, dia dibantu oleh Mbok Inem, karena kondisinya masih lemah. “Den Bima tadi ke mini market membeli ice cream bersama Pak Galih,” jawab Mbok Inem sopan memberi tahu. Dia begitu cekatan menjaga Bintang.Bintang menganggukkan kepalanya pelan. “Lalu, di mana Bara? Aku dari tadi nggak lihat dia. Apa dia bertemu Andi?” tanyanya ingin tahu. Sekitar sepuluh menit lalu, Bintang baru saja bangun tidur. Namun, di kala dia membuka mata hanya ada Mbok Inem yang ada di dekatnya. Bima tidak ada. Begitu juga dengan Bara yang tidak ada. “Tadi Pak Bara terima telepon, Bu. Tapi karena sampai sekarang Pak Bara belum kembali, mungkin Pak Bara menemui dokter,” jawab Mbok Inem sopan. Bintang menganggukkan kepalanya. “Bara selalu ketemu dokter. Dia selalu cemas sama keadaanku, Mbok. Padahal aku baik-baik aja. Mungkin

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 105. Rasa Kecewa Bercampur Kesal 

    Bara dan Bintang hanyut akan ciuman yang mereka ciptakan, sampai mereka benar-benar tak sadar bahwa Mario sejak tadi menatap mereka. Tentu adegan di mana Bara dan Bintang berciuman, telah membuat Mario tampak sangat hancur. Namun, meski tampak hancur, Mario nyatanya tetap diam tak bersuara sedikit pun. Perlahan, Mario memilih untuk meninggalkan tempat di mana dia berdiri. Pria berperawakan tampan itu menyadari bahwa dirinya hanya mengganggu Bara dan Bintang. Pergi adalah cara yang terbaik. Meski hatinya sekarang benar-benar kacau. “Pak Mario?” Andi yang kebetulan ada di depan ruang rawat Bintang, menyapa Mario. Mario menghentikan langkahnya, menatap Andi dengan tatapan tenang. “Saya ke sini ingin menjenguk Bintang. Saya baru saja mendapatkan kabar musibah yang dialami Bintang,” jawabnya dengan nada datar. Andi mengangguk sopan. “Baik, Pak. Kebetulan Bu Bintang sudah siuman. Bu Bintang sudah melewati masa kritisnya. Anda ingin bertemu dengan Bu Bintang sekarang?” tanyanya hati-hati

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 104. Selalu Jadi Bintang di Hati Bara 

    Bintang menatap hangat Bima yang kini terlelap di pelukan Mbok Inem. Putra kecilnya itu tadi sempat terlelap di pelukannya, tapi karena kondisi tubuhnya diperban menyulitkannya untuk memeluk erat tubuh Bima. Hal itu yang membuat Bima sekarang digendong oleh Mbok Inem. “Den Bima anak yang pintar dan kuat,” kata Mbok Inem seraya menimang tubuh Bima. Bintang tersenyum lembut. “Aku benar-benar beruntung memiliki putra yang pintar dan kuat seperti Bima, Mbok. Aku yakin di masa depan nanti Bima akan menjadi sosok pria yang hebat.” Mbok Inem mengangguk setuju. “Saya juga berpikir demikian, Bu. Perpaduan antara ibu dan Pak Bara sangat sempurna.” Bintang kembali tersenyum menanggapi ucapan Mbok Inem. “Bima tidur?” Bara masuk ke dalam ruang rawat Bintang, menatap Bima yang ada digendongan Mbok Inem. Senyuman di wajahnya terlukis, padahal tadi dia meminta Bima untuk menjaga Bintang, tapi malah putra kecilnya itu tertidur pulas. Mbok Inem mengangguk sopan. “Iya, Pak. Den Bima tidur.” Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 103. Peringatan Tak Main-Main

    “Mama! Mama!” Bima berlari masuk ke dalam ruang rawat Bintang, dan langsung dibantu Bara duduk di ranhang Bintang, memeluk ibunya itu. Tampak jelas kebahagiaan di wajah bocah laki-laki itu kala memeluk ibunya. Bintang tersenyum sambil mengusap punggung Bima. “Anak Mama yang tampan, Mama kangen banget!” bisiknya lembut. Bima mengurai pelukan itu. “Bima juga kangen sekali sama Mama! Bima takut Mama tinggalin Bima.” Bintang membelai lembut pipi bulat Bima. “Mama nggak akan tinggalin Bima. Mama janji akan selalu temani Bima.” Bima mengangguk, tetapi sedikit muram. “Papa juga bilang kayak gitu. Papa bilang kalau Mama nggak akan mungkin tinggalin Bima. Soalnya Mama udah janji selalu temenin Bima. Tapi, kemarin Mama nggak sadar. Mama juga punya banyak luka. Jadi, Bima takut.” “Mama nggak apa-apa. Luka Mama akan segera sembuh,” jawab Bintang hangat. “Bu, saya senang sekali ibu sudah siuman.” Mbok Inem yang ada di sana mendekat, menatap hangat Bintang. Bintang mengalihkan pandangannya,

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 102. Janji Untuk Selalu Bersama 

    Perlahan mata Bintang mulai bergerak, dan pelupuk matanya terbuka secara pelan. Keningnya sedikit mengerut di kala cahaya lampu menyorot ke matanya. Suara hangat dan tenang menyerukan namanya begitu terdengar di indra pendengarannya. Hal tersebut membuatnya terpaku beberapa saat, menyadari yang memanggilnya adalah Bara. “B-Bara,” panggil Bintang dengan susah payah. Bara tersenyum haru melihat Bintang sudah membuka mata. “Terima kasih sudah membuka matamu, Bintang.” “A-aku d-di mana?” tanya Bintang lemah, seakan dirinya tak memiliki energi untuk bicara dengan Bara. “Tunggu sebentar. Aku panggilin dokter. Kamu jangan banyak gerak.” Bara mulai khawatir, dan memutuskan untuk menekan tombol darurat guna memanggil tim medis. Tak selang lama, dokter datang bersama dengan perawat. Sang dokter yang melihat Bintang sudah membuka mata, langsung segera memeriksa Bintang. Pun tentu Bara yang ada di sana—sedikit menjauh agar sang dokter bisa leluasa dalam memeriksa keadaan Bintang. Bara tampa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status