Home / Romansa / Ternyata Bosku Mantanku / Bab 6. Bima Dirgantara Gunawan

Share

Bab 6. Bima Dirgantara Gunawan

Author: SecretAK
last update Last Updated: 2025-02-06 16:57:54

Langkah Bintang pelan, matanya memancarkan kelelahan yang mendalam. Akan tetapi perlahan kerapuhan di wajahnya lenyap melihat bocah laki-laki berusia tiga tahun berlari menghampirinya, dan langsung memberikan pelukan erat di tubuhnya. 

“Mama! Aku kangen Mama,” ucap bocah laki-laki tampan, seraya terus memeluk erat Bintang. 

Bintang tersenyum, menundukkan tubuhnya, dan langsung menggendong bocah laki-laki itu. “Bima Sayang, Mama juga kangen Bima.” 

Bima Dirgantara Gunawan, bocah laki-laki tampan berusia tiga tahun itu sangat cerdas. Paras tampan membuat semua orang sangat menyukainya. Ya, Bima adalah alasan Bintang mati-matian berjuang sekeras mungkin. Yang Bintang lakukan adalah memberikan kehidupan yang layak untuk putranya. 

Bintang hidup di dunia ini sebatang kara. Dia tak lagi memiliki kedua orang tua. Sejak kecil, Bintang telah kehilangan kedua orang tuanya. Dia dibesarkan oleh adik dari ibunya. Namun, saat Bintang duduk di bangku SMA, dia telah kehilangan tantenya—yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri. 

Bintang bisa kuliah karena beasiswa. Demi menyambung hidup, sepulang kuliah—dia menjadi pelayan kafe. Hidupnya sangat sulit sejak dulu, tapi dia tak pernah mengeluh. Meski dalam kesulitan, tapi Bintang yang dulu selalu merasakan cinta yang luar biasa dari Bara—mantan kekasihnya yang dulu bersamanya selama lima tahun. 

“Mama, kenapa Mama melamun? Apa yang Mama pikirkan?” celoteh Bima begitu pintar. 

Bintang membuyarkan lamunannya di kala mendengar ucapan Bima. Dia langsung membuang pikirannya yang mengingat kenangan masa lalunya dengan Bara. Dia mengatur napas, meneguhkan bahwa kisahnya dengan Bara telah selesai. Pertemuannya dengan Bara tak berarti apa pun.  

“Mama nggak mikirin apa pun, Sayang. Mama hanya capek aja,” jawab Bintang berdusta. 

Bima memiringkan kepalanya. “Oh, begitu. Mama, nanti kalau aku sudah besar, aku akan bekerja untuk Mama. Aku akan cari banyak uang untuk Mama.” 

Bintang tersenyum, hatinya tersentuh mendengar ucapan manis putranya. “Bima ingin bekerja untuk Mama?” 

Bima mengangguk antusias. “Tentu saja, Mama. Aku akan mencari banyak uang untuk Mama.” 

Bintang memeluk Bintang erat, menciumi pipi bulat putranya. Hatinya benar-benar bersyukur karena melahirkan seorang putra yang tak hanya tampan, tapi juga cerdas dan juga penurut. 

“Den Bima, ayo kita istirahat. Mama pasti capek ingin langsung tidur,” ucap Mbok Inem, pembantu Bintang yang baru bekerja. 

Sejak diterima bekerja di Gunaraya Group, tentu Bintang mempersiapkan banyak hal, termasuk mempekerjakan seseorang untuk membantunya menjaga putra kesayangannya. Bintang tak bisa menitipkan anaknya ke sembarangan orang. Apalagi, Bintang tak memiliki siapa pun di dunia ini. 

Bima menggelengkan kepalanya. “Aku mau sama Mama! Aku kangen Mama!” 

“Tapi, Den—” 

“Mbok, nggak apa-apa. Aku udah pulang kerja. Biarin Bima sama aku aja, ya? Aku juga kangen sama Bima,” kata Bintang yang langsung memotong ucapan pembantunya. 

Bintang mengerti pastinya Bima masih belum nyaman bersama dengan Mbok Inem. Akan tetapi, meski belum sepenuhnya nyaman, Bintang sangat bersyukur anaknya tidak menangis di kala dia harus pergi bekerja.  

Saat jam makan siang tadi, Bintang menghubungi pembantunya, dan pembantunya melaporkan Bima tidak rewel sama sekali. Hal tersebut yang membuat Bintang sangat bersyukur. Bintang bisa sedikit tenang, karena putranya bisa ditinggal. 

Mbok Inem mengangguk patuh merespon Bintang. “Baik, Bu. Kalau begitu saya siapkan makan malam saja.” 

“Boleh, Mbok. Terima kasih.” Bintang tersenyum, lalu melangkah menuju kamar sambil menggendong Bima. Tampak Bima sangat bahagia karena Bintang meluangkan waktu. Bocah laki-laki itu menunjukkan tak ingin jauh dari ibunya. 

Setibanya di kamar, Bintang membaringkan tubuh Bima di ranjang. Pun dia ikut berbaring. Dia memeluk putranya seraya menciumi pipi bulat putranya itu. Rasa lelah seakan sirna di kala sudah memberikan pelukan erat di tubuh putranya itu. Sayup-sayup, Bima mulai menguap dalam pelukan Bintang. Bocah laki-laki itu perlahan mulai tertidur di pelukan ibunya. 

Bintang terdiam di kala mendapati putranya yang terlelap dalam pelukannya. Sudut matanya tiba-tiba saja mengeluarkan air mata. Satu demi satu sesuatu hal muncul di dalam benak Bintang. Apalagi di kala dia melihat Bima—mengingatkannya pada sosok pria yang seharusnya tak dia ingat lagi. 

Bintang tak pernah mengira akan kembali bertemu dengan Bara. Selama ini, memang dia tahu bahwa Bara lahir di keluarga berkecukupan, sangat berbeda dengannya, tapi dia tak pernah tahu bahwa Gunaraya Group milik keluarga Bara. Sungguh, jika saja dia tahu dari awal, maka dia tak akan pernah melamar di perusahaan itu. 

Bintang ingin sekali keluar dari Gunaraya Group. Namun, dia tak bisa bersikap egois. Ini bukan tentang Bintang saja, tapi ini tentang Bima. Bintang sudah lama menganggur, dan sekarang sudah mendapatkan pekerjaan. Tentunya Bintang memikirkan kehidupan Bima, jika sampai dia menganggur lagi. Sementara mencari pekerjaan di Jakarta sangat tidak mudah. 

Bintang seakan terjebak di dalam lingkaran api. Dia tak bisa berbuat apa pun. Hanya ada satu pilihan yaitu tetap bertahan. Dia membutuhkan uang untuk Bima. Dia tak ingin putranya mengalami kesulitan. Sejak dulu, hidup Bintang sangat sulit. Wanita cantik itu tak ingin putranya merasakan hal yang sama sepertinya. 

‘Bara, aku nggak akan biarin kamu tau tentang Bima,’ batin Bintang dengan air mata yang membasahi pipinya. 

***

Kembali ke Jakarta tak serta merta membuat Bara segera pulang ke rumah. Pria tampan itu memilih untuk tinggal di apartemen mewahnya yang ada di Kawasan Jakarta Selatan. Dia sengaja tak langsung pulang ke rumah, karena dia malas mendengar begitu banyak pertanyaan dari kedua orang tuanya. 

Bara berdiri menatap keindahan pemadangan apartemennya dari balik kaca. Tatapan mata menyorot ke depan, dengan aura wajah dingin, penuh amarah serta dendam yang membakar dirinya. 

Sudah empat tahun Bara tak bertemu dengan Bintang. Kebencian dan amarah telah menggrogotinya. Hal yang paling Bara puas adalah Bintang hidup terlihat kesulitan. Terbukti Bintang yang dulu memilih Mario tidak hidup bergelimang harta. 

Suara dering ponsel terdengar. Bara mengalihkan pandangannya, mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Tatapannya menatap tegas nomor ibunya terpampang di layar ponselnya. Embusan napas kasar terdengar bercampur dengan decakan kesal. 

Bara tak ingin menjawab telepon, tapi dia sadar jika dia tak menjawab telepon ibunya, maka masalah baru akan timbul. Akhirnya, dengan terpaksa Bara memilih untuk menjawab telepon itu. 

“Aku sibuk, Ma,” ucap Bara dingin kala panggilan terhubung. 

“Bara, kamu kok kayak gitu dapet telepon dari Mama? Harusnya kamu tanya kabar Mama. Kamu itu kan baru kembali dari New York,” ujar Della, ibu Bara, dengan nada sedikit jengkel dari seberang sana. 

Bara berusaha bersabar. “Ma, aku lagi capek. Katakan ada apa?” 

Della mengembuskan napas kasar. “Mama nelepon kamu, karena Mama ingin kamu segera pulang ke rumah. Mama dapat informasi dari Andi, kamu malah pulang ke apartemenmu. Harusnya kamu pulang ke rumah, Nak. Mama dan Papa merindukanmu.” 

“Aku akan pulang nanti. Sekarang pikiranku masih sangat kacau.” 

“Apa ada masalah?” 

“Nggak. Nggak ada masalah sama sekali. Ma, sorry, aku tutup dulu. Aku akan pulang, kalau kondisi memungkinkan.” 

“Bara—” 

Bara langsung menutup panggilan telepon itu, dia tak mau melanjutkan percakapan dengan sang ibu. Sejak bertemu kembali dengan Bintang, pikirannya sangat kacau. Pun emosinya menjadi tak terkendali. 

Bara melangkah menuju balkon, tatapannya menatap bintang yang ada di langit. Sorot mata tajam penuh dendam begitu terlihat jelas. Pria tampan itu seakan menunjukkan sangat membenci pemandangan yang ada di pandangannya itu. 

“Kamu akan merasakan apa yang aku rasakan, Bintang,” gumam Bara penuh dendam. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 135. Ending Scene (TAMAT)

    Long weekend adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Bara menepati janjinya mengajak istri dan anak-anaknya ke Bali. Pun kebetulan kedua orang tua Bara sekarang sedang ada di Perth menghadiri pertemuan teman lama orang tua Bara.Sebenarnya Bara ingin mengajak istri dan anaknya berlibur ke Amerika, tetapi karena libur sekolah Bima hanya karena long weekend, jadi tak memungkinkan untuk Bara mengajak istri dan anak-anaknya ke Amerika. Akan tetapi, meski hanya libur singkat ke Bali, tentunya pagi ceriah itu sudah ramai dengan suara Bima yang riuh gembira. Pelayan sudah tampak sibuk memindahkan pakaian yang akan dibawa. Tentu Bintang tak sendiri dalam menyiapkan pakaian. Wanita itu dibantu oleh para pelayan.Long weekend ini, Bara dan Bintang mengkhususkan liburan tanpa pengasuh. Mereka mengizinkan untuk Mbok Inem ataupun pengasuh Belleza untuk berlibur tanpa mengurus anak-anak mereka. Adapun alasan, karena mereka ingin benar-benar menikmati liburan bersama, tanpa adanya orang lain.“Papa! Bim

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 134. Extra Part VIII

    Menyiapkan malam malam adalah hal biasa untuk Bintang. Namun, tentu wanita itu tidak sendirian. Para pelayan membantunya dalam menyiapkan makanan lezat. Bara dan Bima sangat menyukai masakan Bintang, jadi wajar kalau Bintang selalu membuatkan makanan untuk suami dan putranya. Sementara Belleza—si kecil juga turut dibuatkan makanan. Usia Belleza sudah dua tahun. Tidak hanya susu yang menjadi asupan utama, tapi ada makanan pendukung lain.Saat makanan sudah siap berada di atas meja, Bara dan Bima muncul. Mereka duduk di kursi meja makan, sedangkan Belleza sayangnya sudah tertidur. Balita cantik itu sudah makan duluan. Jadi, wajar kalau sekarang Belleza sudah terlelap.“Wah! Mama masak makanan kesukaan Bima!” seru Bima riang.Bintang tersenyum, dan duduk di kursi meja makan. “Mama buatin makanan kesukaan Bima, dan juga masakin makanan kesukaan Papa.”Bima tampak semangat. Bocah laki-laki itu langsung lahap menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibunya. Pun Bara juga turut menyantap makana

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 133. Extra Part VII

    Mendapatkan panggilan telepon dari sekolah Bima, tentu membuat jantung Bintang nyaris ingin copot. Pasalnya selama ini, Bima tak pernah melakukan masalah apa pun. Putra kecilnya itu bisa dikatakan adalah anak yang baik dan patuh pada guru. Namun, di kala wali kelas mengatakan Bima melakukan kesalahan, membuat otak Bintang mendadak pusing luar biasa.Ya, Bintang datang ke sekolah Bima, tanpa bilang dulu pada Bara. Bukan tak mau cerita, tetapi dia tak ingin mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Jadi, lebih baik baginya menyelesaikan sendiri masalah ini. Lagi pula, ini memang sudah menjadi tugasnya.“Bu,” sapa Mbok Inem di kala melihat Bima datang ke sekolah.Bintang menatap Mbok Inem dengan tatapan gelisah. “Mbok, ada apa? Bima lakuin kesalahan apa?” tanyanya penasaran.Mbok Inem tampak cemas. “Bu, mungkin lebih baik wali kelas yang cerita ke ibu. Saya takut kalau saya yang jawab malah saya salah bicara.”“Sekarang Bima di mana?” tanya Bintang, mencoba untuk tetap tenang.“Bima ada d

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 132. Extra Part VI

    Pagi menyapa, Bara sudah datang ke kantor lebih awal. Pria tampan itu memiliki meeting penting dengan salah satu klien dari Tokyo. Dia bahkan tidak sarapan di rumah, karena tadi bertemu dengan klien—yang kebetulan meminta bertemu dengannya di pagi hari.Dia kini sudah ada di ruang kerjanya, duduk dengan raut wajah serius melihat laporan yang diberikan oleh sekretarisnya. Bintang sudah tak lagi bekerja di Gunaraya Group, membuat Bara memang sekarang memiliki sekretaris baru. Namun, meski sudah memiliki sekretaris baru, tentunya dia meminta pendapat Bintang tentang sekretaris barunya.Suara ketukan pintu terdengar, Bara yang sedang fokus melihat laporan langsung teralih ke arah pintu—dan meminta orang yang mengetuk pintu untuk segera masuk ke dalam.“Pak, maaf saya ganggu,” ucap Andi di kala masuk ke dalam ruang kerja Bara.“Ada apa?” tanya Bara dengan nada datar.“Pak, di depan ada Pak Mario ingin bertemu Anda. Apa Anda ingin menemui beliau?” tanya Andi sopan, dan seketika membuat Bara

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 131. Extra Part V 

    Waktu menunjukkan pukul enam sore. Bintang sudah kembali ke rumah, begitu juga dengan Wilona yang sudah kembali. Hari yang menyenangkan, tetapi ada perasaan khawatir. Ya, bagaimana tidak? Bintang tadi hampir menjadi korban kejahatan. Namun, untungnya dia bisa selamat.Bintang baik-baik saja, tapi entah dia tak tahu nasib pencopet itu. Bisa dikatakan orang-orang banyak yang membantunya, mengantarkan pencopet pada pihak berwajib. Jadi, dia tak perlu harus dipusingkan.Wanita cantik itu kini melangkah menuju kamar mandi, dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya. Pun barang belanjaannya tadi sudah dia pindahkan ke walk-in closet. Waktu bersama dengan Wilona cukup membuatnya sangat terhibur.Belleza sedang bersama dengan pengasuh. Itu yang membuat Bintang bisa jauh lebih tenang. Memang hadirnya pengasuh cukup membantu Bintang, jika ingin memiliki waktu berkualitas untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, meski ada pengasuh jelas Bintang akan tetap mengurus dua anaknya.Lima belas menit member

  • Ternyata Bosku Mantanku   Bab 130. Extra Part IV

    Mall Grand Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Bintang dan Wilona untuk berjalan-jalan. Mereka berdua menghabiskan waktu bersama sambil berbelanja berbagai macam barang. Tak hanya berbelanja saja, tetapi banyak restoran yang mereka kunjungi.Wilona yang selalu mengeluh badannya gemuk, tetapi tak tahan jika Bintang mengajak makan-makanan lezat. Pun dua wanita itu masih memerikan ASI, jadi wajar kalau mudah sekali lapar, apalagi jika melihat banyak restoran, pasti mereka terasa ingin mencoba.“Bintang, kamu mau makan sushi, nggak?” tanya Wilona tampak tak sabar melihat restoran sushi.Bintang menggelengkan kepalanya. “Kita udah makan banyak, Wilona. Memangnya kamu belum kenyang juga?”Wilona mengerengutkan bibirnya. “Aku masih lapar sih, tapi kayaknya ada makanan di kaki lima dekat mall ini deh yang mau aku datengin. Nggak jadi sushi. Kamu mau nggak nemenin aku?”Bintang mengulum senyumannya mendengar keluhan Wilona yang begitu ingin makan di makanan kaki lima dekat mall. Jujur, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status