PoV AldiSudah habis kesabaranku. Kembali Silvi membuat berang, aku juga sudah curiga dengan kejadian kemarin. Ketika Silvi tak mau aku susul ke rumah sakit."Mbak Curiga dengan Silvi Kenapa dia tidak mau sama susul ke rumah sakit. Pasti ada yang ia sembunyikan darimu!" ujar Mbak Rania padaku, ketika Mama tidak lagi menghubungiku dan lebih memilih pulang sendiri.Padahal mereka kan selalu cari perhatian padaku, dan setelah pagi itu Mbak Rania sendiri yang menyelidiki tentang fakta yang disembunyikan oleh mereka. Benar saja Silvi sudah mengalami keguguran, janin yang ia kandung tidak terselamatkan. Sebenarnya aku juga cukup sedih dengan berita ini, jika memang benar janin itu adalah darah dagingku. Maka betapa kasihannya dia keluar sebelum waktunya. Tapi bagaimana lagi ini sudah sebuah takdir, yang tidak bisa kami elak.Mbak Rania mengirimkan rekaman video yang dengan suara Silvi dan Mamanya. Walaupun video itu tidak menyorot mereka dengan jelas, tetapi suara itu bisa cukup jelas aku
PoV SilviMobil Mas Aldi semakin menjauh dari pandanganku. Ia sudah menalakku dan proses perceraian sedang terjadi, hanya menjalani beberapa persidangan saja, aku akan resmi menjadi janda. Sungguh menyedihkan nasibku bukan? Kekayaan, hidup tanpa perlu kerja keras yang kuinginkan lenyap sudah, semua menguap begitu saja. Andai saja aku bisa bermain cerdik dan tidak ketahuan. Mungkin posisi ini yang akan di alami Mas Aldi beserta keluarganya.Aku memasuki rumah minimalis yang di sewakan oleh mas Aldi. Rumah yang tidak aku inginkan, sedangkan rumah orangtuaku saja sebelum di jual ada rumah yang cukup mewah. Tidak pernah aku tinggal di rumah yang kecil, hanya ada 2 kamar. "Nadia, itu kamar Mbak!" hardikku pada Nadia yang sedang menatap pakaiannya pada lemari yang sudah tersedia.Nadia menoleh, wajahnya berubah masam."Aku di kamar mana dong, Mbak? Kan cuma ada dua kamar, satu untuk mama!" ujarnya mendengkus kesal dan menghentikan aktivitas nya barusan."Kamu bisa tidur bersama mama, ka
Perusak: "Apa!" pekikku ketika mendengar jawaban dari mama.Ia membeli semua ini menggunakan perhiasan simpananku. Aku memang cukup mempunyai banyak perhiasan, yang selama ini aku beli dan koleksi ketika jadi istri Mas Aldi. Termasuk mas kawin yang dulu ia berikan.Mungkin perhiasan itu ada bernilai hingga 70 jutaan dan semua perhiasan itu tidak diminta lagi oleh Mas Aldi.Aku menyimpannya pada lemari, di dalam kotak perhiasan. Aku sama sekali tidak menyembunyikannya, karena tidak akan menyangka jika Mama akan mencurinya dariku. "Mama jual perhiasanku, tanpa meminta izin terlebih dahulu!" ujarku berusaha menahan amarah yang akan meledak. "Kenapa harus meminta izin padamu? Apa yang kamu miliki itu kan juga sama saja milik kita, ya kan Ma?" ujar Nadia dengan entengnya.Ingin aku remas aja mulut Nadia bicara ketika berbicara. Mereka sama sekali tidak merasa bersalah telah mencuri perhiasanku. "Benar Nadia! Kenapa kita harus meminta izin. Bukankah kamu selama ini tidak keberatan, jik
PoV SilviResepsi yang cukup mewah akhirnya terlaksana pada pernikahan Nadia dan Reno. Sejak kejadian Mama menjual perhiasanku. Mama dan Nadia memperlakukan aku seperti orang asing di dalam rumah. Harusnya aku yang marah pada mereka, tapi ini kebalikannya. Mereka yang seakan memusuhi diriku.Akhirnya perhiasanku yang menjadi tumbal untuk resepsi pernikahan ini, dan sisanya aku tidak tahu Mama mendapatkan dari mana.Nadia tak henti mengulas senyum, ia sedang melakukan sesi foto dengan Reno di pelaminan. Kurang ajar si Nadia. Dia yang menikah aku yang tekor. Sewa gedung ini saja sudah mahal.Jika begini aku harus mencari kerja, tidak mungkin aku terus menjadi pengangguran. Mau dapat dari mana uang, jika aku hanya berdiam diri di rumah saja.Tapi aku tidak mau pekerjaan yang gajinya sedikit. Aku harus bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang banyak. Mas Aldi juga tidak ada kabarnya, aku melihat foto profil WA-nya sudah tidak ada. Begitu juga dengan foto profil mbak Rania. Sepertiny
PoV Silvi Aku menutup bagian leherku, menggunakan rambut ketika Icha menanyakan tentang bekas merah. Ini adalah tanda yang dibuat oleh Heru tadi.**Aku merangkul Heru dari belakang dan menahannya ketika ia akan pergi."Apakah kamu benar-benar tidak mempercayaiku, tentang Reni? Aku temannya dari SMA, dan lebih mengenal dia. Reni dulu itu nakal, ia mau dekat dengan banyak pria! Gampangan,""Apa maksudmu?" tukas Heru."Aku hanya ingin memastikan. Jika kamu tidak merasa menyesal jika memilih Reni, menjadi istrimu. Daripada kamu menikahi gadis rasa janda yang sudah bolong, lebih baik kamu menikahi aku janda rasa perawan!" ucapku mengulas senyum."Hah?!" Heru mengerutkan dahinya."Daripada kamu menikahi seorang gadis tapi sudah bekas banyak orang, sedangkan aku jelas janda terhormat. Di ceraikan karena suamiku selingkuh! Percayalah padaku, aku tidak berbohong tentang calon istrimu itu," Heru memalingkan wajahnya setelah mendengar penuturanku. Sepertinya, ia mulai ragu dan goyah tak unt
PoV Silvi"Mama tidak mau lagi tinggal di rumah ini Silvi, lebih baik Mama tinggal bersama Nadia. Karena dia lebih bisa menjamin kehidupan mama,' 'Dan aku?" tanyaku menatap Mama bergantian dan kemudian menatap Nadia.Mereka bergeming seakan tak peduli dengan nasibku. "Kalian meninggalkan aku sendiri?" "Kami tidak meninggalkanmu Mbak, kamu kan punya rumah di sini. Aku masih seperti biasa tidak ada yang berubah, hanya saja Mama tinggal bersamaku. Apa aku salah mengajak mama?" ucap Nadia seakan ini bukan sebuah masalah. "Baiklah silakan Mama pergi, jangan pernah kembali kemari. Aku tahu semuanya, karena aku sudah tidak sekaya dulu ketika masih menjadi istri Mas Aldi!" ucapku dengan suara meninggi. Hingga badan ini gemetar karena merasa, tak punya harga diri lagi."Apa kalian lupa telah menikmati semua hasil jerih payahku? Sekarang kalian tinggalkan aku di saat susah!" Aku terduduk dan menutup wajahmu menggunakan kedua telapak tangan." Silvi, lagi Mama bilang, kamu tidak usah men
PoV SilviHampir satu bulan aku bekerja di kantor ini dan Mas Aldi tidak ada berbuat apapun. Aku pikir dia akan membongkar fakta tentangku, tapi tidak. Bahkan dia seperti tidak mengenalku. Mungkin dia tidak mau lagi berurusan lagi.Apakah dia memang tidak mau lagi tahu tentangku, dan ingin menikah dengan Najwa. Karena beberapa kali aku melihat dia pulang bersama perempuan itu. Aku tanya pada Reni ternyata Najwa sudah bekerja di kantor ini beberapa bulan yang lalu, sebelum aku bercerai dengan Mas Aldi. Apakah Najwa itu sengaja kerja di kantor ini untuk mendekati mantan suamiku atau Mas Aldi yang sudah juga berselingkuh dengannya.Aku yakin Mas Aldi menceraikanku bukan hanya karena grup WA itu saja, akan tetapi juga karena dia masih mencintai wanita lain. Dasar pria buaya dia bilang aku tidak setia, tapi sama saja dia sepertiku meninggalkan aku demi bisa untuk menikahi wanita yang selama ini ia kejar. Sialan Najwa dia berhasil mendekati kembali mantan suamiku. Padahal dulu aku yang me
PoV (3)Silvi naik pitam mendengar pembicaraan Heru dengan Reni. Ia pikir akan mendapatkan calon suami temannya. Tapi dugaan Silvi salah.Heru masih akan melanjutkan rencana pernikahannya dengan Reni. Bahkan mengirim sejumlah uang, membuat Silvi kembali terbakar api cemburu. Sebelum tadi sudah cemburu dengan Najwa. Silvi menganggap dirinya spesial dan berhasil menaklukan Heru. Tapi semua salah, ia juga terkecoh pria itu. Tanpa berpikir panjang. Ia bangkit dari duduk dan memutuskan untuk menyusul Heru ke ruang kerjanya. "Aku harus minta kejelasan statusku, dia pikir bisa mempermainkan aku begini!" gumamnya menahan kesal.**Mata Heru membulat melihat kehadiran Silvi di ruangannya."Mas, aku ingin minta kejelasan!" ucapnya dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Heru."Kejelasan apa?" tanya Heru dan sibuk membuka beberapa berkas seperti tak menyukai kehadiran Silvi di ruangannya."Mas, kamu dengar aku gak sih!" Silvi menggebrak meja. Emosi karena acuhkan oleh pria di hadapa