"Dek, malam ini Mas nggak bisa pulang. Mendadak ditugaskan ke luar kota." Sebuah pesan masuk ke aplikasi hijau milik Tiara.
"Jaga kesehatan ya, Dek. Jangan tidur terlalu malam. Mas merindukanmu." Satu pesan lagi menyusul sebelum Tiara sempat membalas.Wanita yang sudah menjadi istri selama dua tahun ini tersenyum membaca pesan romantis dari suamiya. Selama pernikahan mereka, sang suami selalu bersikap manis padanya terlebih saat dirinya melahirkan putri kecil yang lucu setahun yang lalu. Lelaki bernama Damar itu sangat memanjakan putri kecil mereka. Memang sejak awal merencanakan pernikahan, Damar mengatakan kalau dirinya tidak ingin menunda memiliki momongan. Beruntung satu bulan setelah menikah, Tiara dinyatakan hamil. Sejak itu, Damar selalu bersikap protektif padanya."Iya, Mas. Mas hati-hati ya di sana. Jangan terlalu capek. Kalau sudah selesai pekerjaannya langsung pulang, ya. Ara pasti merindukan papanya," balas Tiara.Wanita satu anak itu senyum-senyum sendiri kala mendapat balasan emot ciuman yang berderet panjang."Mas, Mas, kamu memang tidak berubah," gumam Tiara.Sudah dua tahun usia pernikahan mereka, wanita yang selalu menutup auratnya dengan sempurna itu masih saja berdebar-debar setiap berdekatan dengan suaminya, lelaki yang lemah lembut dan penyayang. Bahkan hanya mendengar suaranya saja dia sudah tak bisa mengendalikan perasaannya.Tiara mengecek seluruh pintu dan jendela, memastikan semuanya sudah tertutup sempurna. Setelahnya melakukan ritual malam sebelum tidur, yaitu menggosok gigi, cuci muka dan memakai skincare."Ya Allah, lindungi suamiku di manapun dia berada. Lancarkan semua urusannya, amin," do'a Tiara sebelum tidur.Baru saja hendak memejamkan mata, sebuah notif pesan kembali berbunyi. Tiara tersenyum mengira itu adalah suaminya yang mengirim pesan lagi."Ra, ini beneran suamimu, kan?" pesan Dina, sahabat baik Tiara sejak di bangku SD.Lalu menyusul sebuah foto yang menampilkan Damar dan seorang wanita yang tengah berbaring di rumah sakit. Tatapan suaminya tampak sedih melihat wanita itu. Tiara berusaha untuk tetap tenang sebelum tahu siapa wanita tersebut. Bisa jadi itu saudara suamiya karena selama menikah, Tiara belum mengenal seluruh keluarga Damar."Kapan kamu mengambil foto itu, Din?" Tiara membalas pesan sahabatnya."Baru saja, Ra. Kamu kenal sama wanita yang ada dalam foto ini?"Seperti ada ribuan jarum yang menusuk hati Tiara. Baru saja suamiya mengirim pesan kalau dirinya mau ke luar kota untuk urusan bisnis. Namun kenapa sekarang dia berada di rumah sakit? Siapa wanita itu?"Tak ingin menerka-nerka, Tiara mencoba mengabaikan pesan dari sahabatnya itu. Bukan dia tak percaya pada sahabatnya, hanya saja dia tak mau salah paham sebelum semuanya jelas. Meski begitu, hati Tiara tak tenang. Berbagai prasangka mulai meraja.Mendadak kamar Tiara yang sudah hening menjadi lebih hening lagi. Hanya suara napas Tiara yang terdengar nyaring karena berulang kali dia menarik dan menghembuskan napas panjang.Tiara masih berusaha untuk berpikir positif. Tidak mungkin suamiya berbuat macam-macam di luar sana. Karena sudah mencoba untuk memejamkan mata tapi tetap tak bisa, akhirnya Tiara memilih untuk bangun dan berjalan menuju ke ruang kerja suaminya. Biasanya, Jika dia merindukan lelaki itu ketika ditinggal ke luar kota, Tiara akan berdiam di ruang kerja suaminya sambil membaca buku atau sekadar duduk diam di sana. Kali ini, Tiara juga melakukan hal yang sama. Dia sangat mencintai Damar, jadi tak ingin mencurigainya. Bisa jadi sebelum berangkat ke luar kota, dia mampir ke rumah sakit karena ada rekan kerjanya yang sakit.Sesampainya di ruang kerja suaminya, Tiara berjalan mengelilingi rak buku yang lumayan banyak. Ada berbagai jenis buku di sana karena Tiara sangat suka membaca dan suaminya memenuhi keinginannya untuk membuatkan perpustakaan di ruang kerjanya.Mata Tiara menyusuri berbagai judul buku hingga menemukan sebuah buku yang tidak terlalu tebal berjudul "Bisnis Management". Dia tahu kalau buku itu adalah buku yang sering dibaca suaminya. Entah ada dorongan dari mana dia akhirnya mengambilnya.Saat dia membuka buku tersebut, sebuah kertas meluncur jatuh ke lantai. Penasaran dengan kertas itu, Tiara mengambilnya."A-apa ini?" Tiara menajamkan matanya membaca sebuah struk belanja yang tintanya sudah memudar. "Kapan Mas Damar membeli ini semua? Perasaan aku tidak pernah menerima hadiah seperti ini," gumam Tiara.Di sana tertulis jenis belanjaan yang menghabiskan sekitar 15 juta. Sampai di sini Tiara masih berpikir positif. Barangkali Damar membelanjakan keluarganya. Wanita itu lalu memilih duduk di kursi kebesaran suaminya. Lalu menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Membayangkan wajah suaminya yang selalu ceria setiap bersamanya.Tanpa sengaja tangan Tiara menyenggol tumpukan berkas yang ada di meja ketika hendak bangkit. Tiara membungkuk untuk memunguti berkas-berkas tersebut. Lagi, dia menemukan sebuah struk belanja. Kali ini barang yang dibeli adalah keperluan orang sakit seperti popok sekali pakai untuk orang dewasa. Tiara melihat tanggal struk tersebut dan ternyata itu dua hari yang lalu.Entah mengapa pikiran Tiara langsung terhubung pada foto yang dikirim Dina barusan. Seketika jantung wanita itu berdetak kencang membayangkan suaminya bersama wanita itu. Spontan Tiara berjalan keluar meninggalkan ruang kerja suaminya dan mengambil gawainya."Ayolah, Din angkat!" gumam Tiara nggak sabaran."Halo, Ra ada apa?" jawab Dina ketika panggilan sudah terhubung."Din, kamu masih di rumah sakit?""I-iya. Emangnya kenapa, Ra? Aku nungguin sepupuku yang lagi opname ini.""Di rumah sakit mana?""Hah?""Di rumah sakit mana?" Tiara setengah membentak. Dia harus memastikan sesuatu malam ini juga. Dia nggak mau didera rasa curiga karena temuan-temuan struk belanja yang aneh.Setelah mendapat informasi rumah sakit dan kamar dari wanita yang ada dalam foto yang dikirim Dina barusan, Tiara langsung keluar mengendarai motor agar cepat sampai. Sebelumnya dia sudah menitipkan putrinya pada pengasuh yang bekerja di rumahnya.Sepanjang jalan, Tiara tak bisa tenang. Pikirannya semakin kacau saat kakinya mulai menginjakkan kaki di rumah sakit. Ia segera mencari kamar yang sudah diberi tahu oleh sahabatnya. Dengan napas ngos-ngosan, Tiara berhenti di depan pintu kamar VIP.Jantungnya berdetak kencang ketika mengintip melalui kaca. Di dalam sana, suaminya yang pamit ke luar kota tengah duduk di samping brankar. Sama seperti yang ada di dalam foto. Mendadak lutut Tiara menjadi lemas. Jantungnya berdetak dengan cepat ketika melihat suaminya menatap khawatir pada wanita yang terbaring lemah di dalam sana."Tiara?" Spontan Tiara menoleh."Din? Mas Damar, dia ... dia-" Tiara tergugu di depan pintu kamar rawat wanita yang belum diketahui identitasnya itu.Dina memeluk tubuh Tiara. "Sabar, Ra. Kita belum tahu siapa wanita itu. Jangan berpikiran negatif dulu. Lebih baik kamu pastikan sendiri.""Tapi, Din, Mas Damar sudah berbohong. Dia bilang mau keluar kota. Nyatanya?" Tangis Tiara pecah."Mungkin dia punya alasan menyembunyikannya. Ayo, kutemani kamu masuk." Dina membuka pintu. Spontan Damar menoleh dan kedua matanya membulat melihat istrinya sudah berada di sana."Dek? Ka-kamu kenapa bisa ada di sini?""Dek, Ke-kenapa kamu ada di sini?" tanya Damar gelagapan. Tentu saja dia tidak mempersiapkan apapun untuk menghadapi kedatangan Tiara yang tiba-tiba. Dia bahkan tidak tahu kalau Tiara bisa mengetahui keberadaannya. Karena selama ini lelaki itu bisa bermain dengan cantik dan Tiara tak pernah curiga apapun tentangnya."Kenapa aku ada di sini? Harusnya aku yang yang bertanya padamu, Mas kenapa bisa ada di sini? Bukankah tadi kamu pamitnya mau keluar kota? Oh, apa ini tugas dari bosmu yang katanya harus lakukan perjalanan bisnis lama beberapa hari itu?" Tiara menatap nyalang suaminya yang terlihat gelisah.Damar berusaha untuk meraih tubuh Tiara namun wanita itu berusaha untuk menghindar. Tidak, sebelum semuanya jelas siapa wanita itu."Dek, dengerin Mas dulu. Ayo kita keluar Mas akan jelaskan semuanya," bujuk Damar pada wanita yang dia nikahi dua tahun yang lalu. "Tidak. Katakan saja di sini, Mas! Kenapa harus keluar? Oh ... apa kamu takut kalau wanita itu terbangun dan melihatku ada d
Wanita dengan balutan gamis dan kerudung bertali itu masih menatap tajam pada sosok wanita yang terbaring lemah di atas ranjang pasien. Menunggu penjelasan dari wanita itu."Bisakah kalian tinggalkan kami berdua dulu? Kami perlu bicara, Mas," ucap wanita itu.Meski agak heran Tiara membiarkan saja suami dan sahabatnya keluar. Jika Damar tidak mau menjelaskan semuanya dia berharap wanita ini yang menggantikannya. Melihat kondisinya yang sudah sangat lemah Tiara yakin wanita ini tidak akan mampu untuk berbohong."Kamu yakin?" tanya Damar khawatir.Tentu saja pria itu takut kalau terjadi perdebatan antara dua wanita itu. Mengingat saat ini Tiara sedang dikuasai oleh emosi. Sedangkan sosok satunya tidak bisa berbuat apa-apa dalam kondisi yang sangat lemah. Dia takut Tiara akan berbuat nekat yang bisa membuat wanita lainnya semakin ngedrop."Apa kamu juga tidak percaya sama aku, Mas?" tanya wanita tersebut.Dengan berat hati Damar keluar diikuti oleh Dina di belakangnya. Sebelum pintu bena
Tiara terus berlari menuju jalan Raya mencari taksi yang bisa mengantarkan dirinya untuk pulang. Tepat saat sebuah taksi berhenti di depan Tiara, Dina sahabatnya memanggilnya."Tiara! Kamu mau kemana?" Dina berlari mendekati Tiara. Wanita itu khawatir Tiara akan berbuat nekat dengan melakukan sesuatu yang tidak-tidak. Ia langsung menutup kembali pintu taksi sebelum Tiara benar-benar masuk."Kamu mau ke mana, Ra? Jangan pergi dalam kondisi seperti ini. Ayo kita ke sana dulu agar kamu tenang." Dina menunjuk sebuah cafe yang masih buka di seberang jalan."Tidak, Din anakku di rumah sendirian. Aku harus pulang." Tiara kembali membuka pintu taksi dan masuk meninggalkan sahabat. Dina tak mau terjadi apa-apa di jalan sehingga gadis itu ikut masuk menemani Tiara pulang."Aku temani kamu pulang, ya?" Tiara mengangguk.Sepanjang jalan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Tiara. Ibu satu anak itu memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Semua bayangan kebersamaan dengan sua
Mau tidak mau Damar bergegas ke rumah orang tuanya. Peringatan yang diberikan oleh mamanya melalui telepon barusan membuat pria itu tidak tenang dan terpaksa harus meninggalkan rela di rumah sakit sendiri. Sebelum pergi Damar menitipkan Lela pada perawat jaga yang sudah sangat mengenalnya.Menjadi pasien di rumah sakit itu Lela akhirnya dikenal oleh para dokter dan perawat yang sering menanganinya. Itulah sebabnya Damar selalu bisa menyembunyikan rahasianya selama ini. Dengan kecepatan tinggi Damar mengendarai mobilnya menuju ke rumah kedua orang tuanya.Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam saat lelaki itu memasuki rumah mewah milik kedua orang tuanya. Rupanya wanita yang melahirkannya ke dunia ini 30 tahun yang lalu sudah menunggu di ruang tamu. "Ada apa, Ma kenapa malam-malam begini menyuruhku datang ke sini?" tanya Damar sembari mencium tangan mamanya.Wanita berusia 50 tahun itu memasang wajah garang. Tatapannya pada Damar terlihat sangat tidak bersahabat. "Bagaimana Tiara
Tiara menatap sahabatnya dengan tatapan sendu. Lalu beralih pada buah hatinya yang mengerjap-ngerjap lucu. Ia peluk Ara erat-erat dalam dekapannya, berharap semua rasa sakit yang ia rasa sekarang terobati."Tiara, aku bukannya mau bela siapa-siapa. Aku juga nggak ada niat mengusirmu dari sini. Aku senang bisa membantumu. Tapi ... aku juga nggak mau melihatmu seperti ini. Aku yakin kamu paham seorang wanita bersuami tidak boleh keluar rumah tanpa izin. Apa tidak sebaik-""Aku tahu!" sahut Tiara cepat. Aku ... akan pulang," putus Tiara akhirnya. Setelah memikirkan masalah yang membeli rumah tangganya selama beberapa hari ini akhirnya Tiara memutuskan untuk pulang sementara demi anaknya. Dia masih butuh klarifikasi dari suamiya. Meski dalam hati merasa kecewa tapi Tiara tidak mau hawa nafsunya menang.Tiara bukanlah wanita yang tidak paham hukum syariat sama sekali. Bahkan orang tuanya senantiasa menasehatinya agar tidak mempertirutkan hawa nafsu. Dina tersenyum mendengar jawaban sahab
Tiara memasuki rumah yang selama ini ia tinggali bersama Damar. Lelaki yang selalu memperlakukan dirinya bak ratu sekaligus menorehkan luka mendalam karena memiliki wanita lain dalam hidupnya. Menghela nafas panjang, Tiara memindai seluruh ruangan yang penuh kenangan. Tak terasa air mata mengalir membasahi pipi. Setiap sudut ruangan ini menyimpan banyak kenangan. Entah apa yang terjadi selanjutnya dalam hidup Tiara. Mampukah dia menjalani kehidupan rumah tangga seperti ini? Sekali lagi Tiara menarik nafas panjang. Mengisi paru-parunya dengan udara sebanyak-banyaknya agar sesak yang menghimpit dada perlahan memudar. Sentuhan lembut dari tangan mungil Ara membuat wanita itu tersadar. Dalam sedihnya, ia mengulas senyum untuk sang buah hati tercinta. Dia tak mau putri kecilnya yang masih kecil ikut merasakan kesedihan yang ia rasa. "Ibu sudah pulang? Rumah ini sangat sepi tanpa Ibu," ucap Marni, ART yang mengurusi seluruh kebersihan rumah ini. "Bibik, apa Bapak pernah pulang selama sa
Setelah salat subuh Tiara menyibukkan diri di dapur. Meskipun dia sedang tak ingin berbicara dengan suaminya tapi wanita itu tetap berusaha untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Yang membuat sarapan kesukaan suami dan anaknya. Setelah semalaman berpikir Tiara memutuskan untuk mencoba menjalani kehidupan ini lebih dulu. Jika dia kuat bertahan maka dia akan terus berada di sisi suaminya tapi jika dia sudah nggak kuat maka dia akan memilih untuk menyerah. Menu sarapan pagi sudah terhidang di atas meja makan. Damar tersenyum senang melihat sang istri sudah kembali menjalankan rutinitasnya. Rumah yang beberapa hari ini terasa begitu sunyi tanpa kehadiran Tiara sekarang mulai terasa hangat karena wanita yang menjadi ratu di rumah itu sudah kembali. Damar menatap punggung Tiara dengan perasaan tak menentu. berbagai rasa bercampur aduk di dalam hatinya saat ini. Ingin mendekat tapi ada rasa segan setelah sang istri mengetahui rahasianya. Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya
Dalam kebimbangan, Damar melirik sang istri yang tampak acuh tak acuh. Sesuai perjanjian dengan Lela bahwa dia tak akan menghubungi Damar jika posisi suaminya itu sedang bersama Tiara. Namun telepon ini membuat lelaki itu berada di persimpangan jalan. Di satu sisi dia ingin meyakinkan Tiara kalau dirinya mampu bersikap adil pada dua istrinya. Namun di sisi lain ada kekhawatiran kalau-kalau terjadi sesuatu pada Lela. Pasalnya wanita itu tidak akan pernah berani menghubungi dirinya jika sedang bersama dengan Tiara. Cukup lama ponsel Damar menjerit-jerit minta diangkat. Namun pria itu tetap bergeming karena tak ingin kepercayaan Tiara padanya semakin hilang. "Kenapa nggak diangkat, Mas? Bagaimana kalau istri tercintamu sedang membutuhkan kamu saat ini?" sarkas Tiara.Sungguh Damar sempat terkesiap dengan cara Tiara bertutur yang mulai berubah. Namun pikirannya ia tepis jauh-jauh karena ia yakin perubahan Tiara karena kecewa. Ya, dia tahu pasti kalau wanita yang mengisi sebagian ruang