Share

Teror Ghaib 5

Emma berjalan ke arah Dakota. Gadis itu menyeringai. Wajah Emma tidak berubah. Tetap seperti biasa. Tapi, matanya terus melotot. Seperti orang kesurupan.

Semakin dia memandang Emma, ​​Dakota semakin ketakutan. Dia kemudian berlari cepat ke dalam tenda.

"Teman-teman, bangun," kata Dakota sambil menggoyangkan kaki ketiga anak lelaki yang sedang tidur itu.

Anak laki-laki berambut keriting yang bangun lebih dulu. Dia kemudian membangunkan Tony dan siswa laki-laki lainnya yang berponi.

"Ada apa?" tanya Ben, laki-laki berambut keriting.

“Emma … dia,” jawab Dakota. Nafasnya tersengal-sengal.

Tony melihat sekeliling tenda. Dia baru menyadari kalau Emma tidak ada di sana. "Kenapa Emma?" dia bertanya, “Di mana kamu ngeliat dia?”

"Aku...," kata Dakota.

Tak sabar menunggu jawaban Dakota, Tony lalu bergegas keluar tenda. Dia terkejut saat melihat Emma berdiri tak jauh darinya dengan mata melotot. Gadis itu berjalan ke arahnya dengan langkah yang sangat cepat.

"Emma, ada apa?" tanya Tony.

Emma tidak menjawab. Gadis itu malah mengarahkan tangannya ke leher Tony.

"Ngapain kamu?" tanya Tony. Dia berusaha melepaskan tangan Emma namun tidak berhasil. Kekuatan Emma begitu kuat.

"Teman-teman, tolong aku," kata Tony keras-keras saat tangan Emma semakin menekan lehernya.

Tiga orang yang berada di dalam tenda kemudian keluar. Dakota dan anak laki-laki berponi dengan ragu-ragu berjalan ke arah Tony.

“kalian apa?” kata Ben, “cepetan jalannya. Tony bisa mati.”

“Kalian nggak liat apa, Emma lagi kesurupan,” kata Dakota, “dia juga bisa nyerang kita.”

"Aku ... aku panggilin siswa yang lain, ya," ucap anak laki-laki berponi itu. Dia kemudian berjalan cepat meninggalkan empat orang lainnya.

Ben menghampiri Emma. "Lepasin tanganmu," katanya sambil menarik kedua tangan Emma.

Namun, Emma tetap mencekik Tony. Anak laki-laki itu terbatuk.

“Kubilang lepasin tanganmu!” Ben berkata lagi. Ia berusaha menjauhkan tangan Emma dari leher Tony.

Emma tidak berhenti. Gadis itu malah menatap Ben. Matanya melotot seolah hendak keluar.

Pada saat yang sama, para mahasiswa tiba. Dua orang dosen pembimbing acara perkemahan pun ikut datang. Salah satu dosen kemudian segera menghampiri Tony dan Emma. Dia kemudian langsung meraih Emma saat menyadari gadis itu sedang menyerang Tony.

Merasa tenaganya kurang kuat, si dosen kemudian meminta bantuan kepada mahasiswanya. Sekitar tiga orang membantu menarik tangan Emma. Setelah mencoba beberapa detik, akhirnya tangan Emma lemas. Tubuh gadis itu kemudian terkulai. Dia pingsan.

“Ayo cepet kita bawa dia ke dalam tenda,” ajak seorang dosen laki-laki. Tangannya melambai meminta bantuan para siswa laki-laki untuk mengangkat tubuh Emma.

Tony membantu mengangkat tubuh Emma. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi gadis itu.

“Bagi yang tidak berkepentingan, boleh kembali ke tenda,” ucap dosen perempuan itu sebelum masuk ke dalam tenda bersama para mahasiswa yang mengangkat tubuh Emma.

“Apa yang kalian lakukan di luar?” tanya dosen perempuan itu, "kalian tidak mau tidur?"

“Kami semua tadinya tertidur,” kata Dakota, “tapi saya terbangun karena gigitan nyamuk. Saat itu aku menyadari kalau Emma tidak ada di sana. Ketika aku meninggalkan tenda dan melihat Emma duduk tidak jauh dari api unggun, aku mendekatinya. Tapi, dia malah nyengir dan melotot. Sangat menakutkan."

“Tony,” kata sang dosen, “kamu teman dekat Emma, ​​kan?”

"Ya," kata Tony.

"Apa kamu sering melihat Emma seperti itu?" Dia bertanya.

Tony menggelengkan kepalanya. “Tidak, Bu,” jawabnya, “Aku hanya melihatnya seperti ini sekali.”

“Pastikan dia banyak istirahat,” kata dosen tersebut, “jika kondisinya belum membaik hingga besok pagi, dia tidak perlu mengikuti aktivitas.”

Tony mengangguk. "Ya," katanya.

Setelah semua orang yang tidak ada dalam tim dan dua orang dosen meninggalkan tenda, Tony kemudian menghampiri Emma yang matanya masih terpejam.

"Ayo kita tidur lagi," kata laki-laki berponi itu.

"Tidurlah," kata Tony. Dia melihat arlojinya, “Ini masih jam setengah empat. Masih ada waktu sebelum jam enam pagi.”

Tony tidak mau tidur lagi meski matanya masih mengantuk. Dia menunggu Emma bangun.

Saat Emma terbangun, Tony langsung menghampiri gadis itu.

“Kenapa kamu nunggu di sampingku?” tanya Emma, ​​“Kamu nggak mau tidur? Apa yang terjadi?"

"Tadi kamu kesurupan," jawab Tony, "emangnya kamu nggak sadar?"

Emma menggelengkan kepalanya. “Nggak,” katanya. Dia kemudian tertawa, “berhenti bohong. Jangan bikin aku takut, Tony.”

“Aku nggak bohong, Emma,” katanya, “kamu hampir bunuh aku dengan mencekikku.”

Emma hanya tertegun mendengar apa yang dikatakan Tony. Dia benar-benar tidak percaya akan hal itu.

"Udahlah lupain, semoga kamu nggak ngalamin hal itu lagi," kata Tony. Dia kemudian berbaring. "Tidur sana. Jam enam pagi masih beberapa jam lagi.”

Tony kemudian segera memejamkan matanya dan berbaring membelakangi Emma.

“To ... Tony, aku,” kata Emma.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status