Share

Bab 3: Ada Apa?

Dinda tak ingin semakin membuang waktunya untuk tetap terus berada di indekos tersebut, dengan segera saja tangan sebelah kanannya merogoh saku celana, lalu meraih ponsel yang ia punya. Menghubungi nomor dari salah satu temannya yang memang sudah dekat.

Ia berharap banyak jika temannya itu akan mau menampung dirinya untuk sementara waktu saja, Dinda sangat yakin, jika ia pasti tidak akan bisa tenang tinggal di indekos tersebut.

"Halo, Mel, aku mau minta tolong sesuatu ke kamu, boleh atau enggak?" tanya Dinda, basa-basi terlebih dulu, tidak langsing ke dalam inti pembicaraan, karena memang sungguh rasanya sangat tak enak sekali. Sedikit malu dan juga merasa pasti akan sangat mengganggu.

Namun, karena rasa takut dan juga khawatir akan apa yang ia alami nanti malam, dan Dinda juga tak ingin jika nasibnya akan sama sepeti Tanti.

"Iya, Din, kenapa ya? Kamu mau minta tolong apa? Kok suara kamu kayak yang lagi ga tenang gitu sih?" sahut Amel, teman Dinda yang ternyata langsung peka dengan apa yang terjadi pada teman satu kelasnya itu.

"Aku, boleh enggak numpang nginep dulu semalam dua malam lah di kosan kamu?" Dinda menggigiti jari kukunya, takut akan jawaban yang ia terima dari Amel.

"Hah? Mau nginep di kosan aku? Emangnya kenapa? Di kosan kamu kenapa?" 

"Aku cerita ke kamu nanti aja ya," sahut Dinda, dengan suara yang setengah berbisik, karena ia kembali mendengar suara tawa yang berasal dari dalam kamar Lina.

Bulu kuduk Dinda kembali meremang, ia tak dapat berpikir dengan jernih. Segera saja dirinya melangkahkan kaki untuk segera keluar dari bangunan indekos tersebut.

Jantungnya berdetak dengan sangat cepat, menandakan jika dirinya memang sedang tidak merasa aman dan nyaman. 

"Din? Dinda, halow? Kamu masih bisa denger suara aku, kan?" Di seberang telepon, sedari tadi Amel terus menerus memanggil, tetapi karena rasa takut yang hadir itu lebih besar, makanya Dinda sama sekali tak menyahut, bahkan ia tidak mendengar sama sekali.

Amel tak bisa tinggal diam, dirinya tidak merasa tenang. Sedari tadi hanya mendengar suara napas dari temannya yang tidak teratur saja, tetapi tidak ada suara apa pun yang didengar.

Bermodalkan nekat dan juga rasa khawatir yang berlebih pada sang teman, Amel bergegas keluar dari indekos tempatnya tinggal untuk menuju ke garasi. Mengambil kendaraan roda dua yang memang ia bawa dari rumah, lalu langsung tancap gas untuk segera ke tempat tujuan. Yaitu, indekos di mana Dinda tinggal.

Untungnya, jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, sehingga dapat ditempuh dengan waktu yang cukup singkat. Apalagi ditambah, saat itu Amel mengendarai kendaraan tersebut dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Kedua bola mata Amel langsung mendapati seorang perempuan yang menangis sesenggukan di depan gerbang, perawakannya sangat ia kenali, sehingga dengan penuh rasa percaya diri dan juga keberanian, Amel langsung berseru, "Dinda!"

Seketika itu juga Dinda menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, tentunya dengan kedua tangan yang buru-buru menghapus jejak air mata yang telah jatuh.

Kala tebakannya sudah benar, jika perempuan yang dirinya lihat adalah Dinda, dengan sangat cepat Amel memberhentikan motornya, menatap penuh rasa heran pada Dinda dan juga indekos tempat tinggal sahabatnya tersebut.

"Ini kenapa ramai gini, Din? Lagi ada acara, kah? Makanya kamu minta buat nginep di kosan aku?" tanya Amel, yang memang sudah sangat penasaran.

Sebenarnya, Dinda ingin sekali langsung menjawab dan menjelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya, tetapi ingatannya tentang semua kejadian di dalam indekos tersebut, membuat Dinda langsung menggelengkan kepala.

Entah mengapa, ketegangan dalam dirinya belum saja hilang. Hal ini membuat Amel semakin bingung.

"Din?" tanya perempuan itu kembali.

"Kita lebih baik menjauh dari sini secepatnya! Nanti, aku ceritain semuanya ke kamu."

    

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status