Share

Part 2

Di sepanjang perjalanan Alex terus saja mengoceh hal yang tak penting membuat Laura pusing mendengar ocehannya.

"Bisa gak sih diem!" teriak Laura yang kehabisan kesabaran sambil memukul keras bahu Alex.

"Aww," teriak Alex kesakitan. "Yah abisnya kamu diem aja," balas Alex sambil mengusap bahunya bekas pukulan laura yang cukup sakit.

"Berhenti!"perintah Laura.

"Kenapa? belum sampaikan," tanya Alex heran.

"Gue bilang berhenti," teriak Laura tepat di sebelah telingga Alex.

Repleks Alex menghentikan motor sprotnya karena teriakan Laura yang membuatnya kaget.

"Ini belum sampai Ra," ucap Alex sambil melirik ke arah spion untuk melihat Laura yang berada di jok belakang.

"Gue mau turun di si...,"

Tau kelanjutan dari ucapan Laura, tanpa pikir panjang Alex langsung menancap gas.

"Aakhhhh," teriak Laura saat Alex tiba-tiba melajukan motornya dengan cepat membuat Laura refleks memeluknya.

"Gila yah lo," teriak Laura marah.

"Kenapa? Mau turun yaudah turun," ucap Alex datar.

"Yah berhentiin dulu motornya," dumel Laura.

"Ogah! Kalau mau turun loncat aja sana," sinis Alex.

Laura melirik ke kiri dan ke kanan jalan, lalu menelan air ludahnya melihat jalan aspal, pasti akan sakit belum lagi akan terluka kalau ia tetap nekat loncat dengan kondisi motor yang melaju sangat cepat.

"Dasar gila," jengkel Laura.

"Tapi kamu tetap nyaman tuh Ra meluk orang gila," sindir Alex sambil melirik ke arah pinggangnya yang sejak tadi di peluk kencang oleh Laura.

"Pelanin dulu motornya, gue takut kalau ngebut kaya gini," cicit Laura.

"Aku tau, kamu dari dulu takut kalau di boncengin ngebut gini, makannya aku ngebut biar bisa di peluk," ucap Alex sambil terkekeh pelan.

Laura memutar kedua matanya malas, pelukan pada pinggang Alex tak mengendur malah semakin erat seiring Alex yang terus mengendarai motornya semakin cepat.

•••••

Kini Alex dan Laura telah sampai di depan gerbang Sma Harapan tempat Laura bersekolah.

"Udah di sini aja," perintah Laura sambil melepaskan pelukannya pada Alex.

Alex seolah tuli, dia tetap melajukan motornya masuk ke dalam lingkungan sekolah dan memakirkan motornya di parkiran khusus siswa.

"Lo apaan sih, gue bilang sampe depan aja," sewot Laura.

Laura turun dari motor Alex dan memberikan helm yang sudah Laura buka sejak masuk ke dalam sekolah tadi.

"Nih," Laura menyerahkan helm pada Alex yang langsung di ambil olehnya.

"Mau kemana?" tanya Alex sambil memengang tangan Laura, saat Laura akan berjalan pergi.

"Apaan sih?" Laura menyentak kasar tangan Alex yang memegangi tangannya.

"Anterin," ucap Alex gamblang.

"Kemana?" tanya Laura bingung.

"Ruang kepala sekolah,"

"Ngapain? "

Alex mendengus dan berjalan mendekat ke arah Laura "Ra gak usah banyak tanya bisa, kalau masih mau nanya aku cium, mau?" ucap Alex pelan tepat di sebelah telinga Laura.

Laura bergidik ngeri dan berjalan mundur menjauh dari Alex yang menatapnya dengan senyum yang terlihat mengerikan bagi Laura.

"Gue gak mau nganterin," tolak Laura.

"Kamu mau aku cium Ra," ucapnya lembut sambil berjalan pelan ke arah Laura.

"Iya," teriak Laura.

Mata Laura melebar dan kedua tanganya menutup mulut, saat sadar apa yang di ucapakannya tadi, apalagi teriakan Laura membuat para murid yang berada di parkiran kini memperhatikan mereka berdua.

"Maksud gue enggak," ucap Laura gelagapan.

Laura melihat sekitar dengan wajah yang gugup dan panik, "Rafa," panggil Laura pada seseorang yang berada di area parkiran.

Laura berlari mendekati pria yang tadi ia panggil dan menarik tangannya mendekati Alex yang kini memeperhatikan Laura tanpa berkedip.

"Lo di anterin sama Rafa aja," ucap Laura cepat sambil berlari meninggalakan Alex dan Rafa.

"Lo mau di anterin kemana?" tanya Rafa sambil melihat Alex, yang sebelumnya tak pernah ia lihat di sekolah Sma Harapan.

"Mungkin anak baru," batin Rafa.

Sementara Alex masih melihat Laura yang kini lari terbirit-birit ke arah lorong sekolah, setelah Laura menghilang dari pandanganya, tawa Alex pun pecah yang sejak tadi dia tahan-tahan.

"Hahahaha,"

"Lo baik-baik ajakan?" tanya Rafa yang merasa heran melihat Alex yang tiba-tiba tertawa.

"Hahahaha,"

"Lucu banget anjir," ucap Alex di sisa tawanya.

"Nih orang kerasukan kali yah," batin Rafa.

Alex menyudahi ketawanya dan mengusap sudut mata yang keluar air mata sedikit lalu merangkul erat Rafa.

"Kenalin gue Alex Xander Desmon," ucap Alex memeperkenalkan diri.

"Gue Rafa Faranda," ucap Rafa agak risih di rangkul oleh Alex yang tak ia kenal apalagi sikap anehnya tadi yang tiba-tiba tertawa membuatnya sedikit takut.

"Yuk anterin gue," suruh Alex.

Rafa yang masih bingung hanya bisa menganggukan kepalanya ragu menjawab ucapan Alex dan mengantarkannya ke ruang kepala sekolah yang Alex tuju.

•••••

"Duh kenapa sih nih mulut bisa typo segala," dumel laura sambil memukuli bibir tipisnya.

"Mulut sialan," gerutu Laura yang masih saja memukuli bibirnya.

"Laura," panggil Gretha Belvina sahabat karib Laura di Sma Harapan.

Gretha langsung menghampiri Laura yang masih saja memukuli mulutnya, ia menautkan alisnya melihat sikap aneh Laura yang tak berhenti memukuli bibir dan terus mendumel.

"Tuh bibir kenapa di pukul terus?" tanya Gretha.

"Gak, gak papa," jawab Laura cepat.

Ia memincingkan mata," Jangan-jangan abis di cium yah," tebak Gretha.

"Apaan sih," ketus Laura.

Meskipun tebakan Gretha salah, tetap saja Laura jadi mengingat kejadian tadi yang membuatnya malu sendiri.

"Jadi beneran," ucap Gretha antusias.

"Apa," ucap Laura malas.

"Lo di cium, sama cowok?" tanya Gretha dengan mata yang berbinar.

"Gak," sengit Laura.

"Bohong yah," ucap Gretha dengan nada mengejek.

Laura memutar kedua matanya malas dan berjalan mendahului Gretha.

"Lo beneran abis di cium," tanya Gretha sambil berjalan agak cepat mendahului Laura.

Tanpa mengubris ucapan tak bermutu sahabatnya Laura tetap memilih berjalan menuju kelasnya dan mengabaikan Gretha.

"Laura," rengek Gretha sambil mengguncangkan tangan Laura dengan kencang.

"Laura, beneran yah," tanya Gretha, yang masih saja menguncangkan tangan Laura seperti anak kecil.

"Laura abis di cium siapa sih, ganteng gak cowoknya, kalau ganteng gue juga mau di cium," teriak Gretha.

"Lo gila, gak usah pake teriak juga," ucap Laura membekap mulut Gretha, sambil melihat ke sekitar lorong yang penuh dengan para murid dan tengah menatap mereka berdua.

Gretha melepaskan bekapan Laura "ya maaf," seru Gretha sambil cengengesan.

"Woy, kakel mau di cium, sini gue cium," teriak salah satu siswa yang terlihat berandalan.

"Cium doang gak mau lebih," seru temannya yang lain dengan senyum mesumnya.

"Sini atuh teh neng ku aa sun," timpalnya lagi.

"Mau dong A, sini cium sini," ucap temannya yang lain dengan ketawa kerasnya di akhir membuat perutnya ikut bergoyang karena tubuhnya yang Gemuk.

"Hahahaha," gema tertawa di sepanjang lorong mendengar celetukan dari mereka.

"Lo sih," ucap Laura menyalahkan Grethaa, lalu berlari meninggalan Gretha menuju kelas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status