Home / Romansa / Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga / "---Dia seperti pelita yang memberiku semangat untuk hidup

Share

"---Dia seperti pelita yang memberiku semangat untuk hidup

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2025-07-06 00:36:02

"Aku....." Renjana menatap Ammar. "Setuju, tapi...."

"Tapi apa?" sahut Ammar tak sabar.

"Tolong beri aku waktu untuk bicara sama Papa dan Kak Gio, kamu pasti sudah tahu seperti apa pemikiran mereka tentangmu? Aku harap kamu bisa mengerti,"

Tak marah, Ammar malah mengurai senyum yang membuat wajah tampan itu tidak lagi terlihat dingin.

"Aku mengerti dan siap menunggu. Asalkan kamu setuju aku akan mengusahakan segalanya untuk meluluhkan keluargamu."

Renjanan tertegun, senyum dan ucapan Ammar membuatnya tak bisa berkata-kata lagi. Jantungnya mendadak berdegup kencang, sama seperti dulu saat pertama kali bertemu dengan Ammar di pantu asuhan.

Untuk pertama kalinya seorang Renjanan Zuhayra jatuh cinta di umurnya yang baru menginjak lima belas tahun.

"Aku bisa simpulkan kalau kamu setuju kan?" tanya Ammar lagu memastikan.

"Iya," jawab Renjana gugup.

"Kamu akan memberitahu Ayu bahwa aku papa kandungnya dan aku bebas menemuinya kapan saja?"

"Iya, tapi aku butuh waktu."

"Ok
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Ayu marah.

    Setelah menyelesaikan pekerjaan sore ini Ammar datang ke rumah Renjana. Menjelaskannya pada mantan istrinya itu bahwa dirinya sudah mengambil tindakan atas perbuatan Raline. Pria itu juga ingin bertemu sang buah hati. Rindunya sudah menumpuk dan tidak bisa ditahan lagi. Namun sayang, gadis kecil itu menolak beetemu papanya. Begitu melihat kedatangan Ammar, Ayu langsung berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari dalam. "Maaf ya, Mas. Ayu nggak mau ketemu kamu. Mungkin dia masih kesal. Maklum anak kecil," ucap Renjana merasa tak enak hati pada pria yang ada di depannya. "Tak perlu minta maaf, aku bisa memakluminya." Meski kecewa, Ammar menarik kedua sudut bibirnya melengkung. "Sifat Ayu agak kaku, kalau marah lama luluhnya. Tapi, nanti aku akan coba bicara sama dia." "Iya, tapi kamu bicaranya pelan-pelan saja. Jangan memarahinya." Selayaknya orang tua, Ammar terlalu sayang pada putri semata wayangnya itu sampai tidak rela ada yang memarahi apalagi membuatnya

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Peringatan terakhir.

    "Nona Raline," Dua orang pria sudah berdiri di depan pintu saat Raline baru saja keluar dari butik tempatnya bekerja. Ya, sejak putus dari Ammar empat tahun lalu, perlahan karir desainer wanita itu meredup. Kuliahnya pun terhenti karena terkendala biaya. Dengan terpaksa wanita itu bekerja di sebuah butik di salah satu mall untuk bertahan hidup. Wanita bertubuh semampai itu memandang dua sosok pria berpakaian serba hitam dengan tatapan curiga. "Kalian siapa?" tanyanya. "Kami orang suruhan Tuan Ammar," aku salah satu pria. "Beliau meminta kami untuk menjemput Nona." Salah satu orang itu mempersilahkan Raline untuk berjalan lebih dulu. Sebuah senyum tipis muncul dibibir wanita berparas cantik Itu. Lalu, sambil mengangkat dagu mulai melangkah menuju pintu keluar mall. "Dimana mobilnya?" tanya Raline sesaat setelah sampai di depan mall. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan mereka. "Silahkan," ucap pria berwajah garang sambil membukakan pintu mobil

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Kesabaran dan ketegasan Ammar.

    "Ana plis, aku tidak akan aku bisa menahan diri kalau Samudra ikut campur. Kita harusnya punya privasi untuk masalah kita. Jangan biarkan ada orang ketiga diantara kita," ucap Ammar. "Aku tahu." Renjana memilirik Ammar sinis. Dirinya juga tidak ingin mengumbar masalahnya. Meski enggan wanita itu pun masuk ke dalam mobil. Apa yang dikatakan mantan suaminya itu benar. Mengingat sifat Samudra, adik kandung Ammar itu pasti akan ikut campur. Tepat setelah Ammar menyalakan mesin, Samudra sampai. Pria itu berusaha membuka pintu mobil namun tak bisa. "Ammar hentikan mobilnya!" teriakmya namun tak dihiraukan oleh Ammar. Mobil pun melaju meninggalkan pelataran kantor. Sepuluh menit berlalu dan dua orang itu masih setia dalam diam. "Ini mau kemana?" tanya Renjana menoleh keluar jendela. Jalanan itu bukan menuju rumahnya. "Ke rumah lama kita," jawab Ammar menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. "Kenapa ke sana?" "Untuk bicara. Kita butuh tempat yang private," "

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Bisa marah.

    Sesampainya di rumah Renjana langsung menyerahkan Ayu pada pengasuhnya. "Sama suster dulu, ya Sayang. Mama harus balik ke sekolah," ucapnya yang hanya dijawab anggukan kecil dari sang anak. Sebelum pergi Renjana berpesan pada security rumah untuk tidak menerima tamu. Meski pikiran dan hatinya sedang dipenuhi amarah namun Renjana tetap bersikap profesional dan kembali ke sekolah untuk menunaikan kewajibannya. Wanita yang tak perlu diragukan kesabarannya itu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Bibirnya masih bisa tersenyum meski di dalam dadanya sudah dipenuhi amarah yang siap meledak. Tepat pukul dua siang, jam mengajarnya telah usai. Wanita itu pun meminta izin untuk pulang lebih awal dari jam pulang guru yang seharusnya. "Ada hal mendesak yang harus saya lakukan," ucapnya menyesal. "Nggak papa, kalau memang ada keperluan silahkan pulang lebih awal. Toh jam ngajar Bu Renjana sudah selesai," kata Amira mempersilahkan. Selesai membereskan meja kerjanya, Renjana bergeg

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   "Aku bisa lebih kasar dari ini jika kau berani menyentuh putriku,"

    "Wah.. cucu Eyang sudah siap berangkat sekolah," ucap Akmal yang baru saja keluar dari kamarnya. Dipandanginya Ayu dan Renjana yang baru menuruni tangga. Dua wanita kesayangannya itu sudah rapi dengan setelan masing-masing. "Ayu duduk dekat Papa Gio, Ya?" Dengan cekatan Gio mendudukan keponakannya itu di kursi sebelahnya. Gadis dengan seragam sekolah berwarna pink itu membuatnya gemas dan memberinya dua kecupan di pipi dan dahinya. "Cup.. cup... kesayangan Papa cantik sekali," katanya gemas. "Kamu jadi ngajar di sekolah punya teman Gio?" tanya Akmal di sela-sela sarapan mereka pagi ini. Renjana mengangguk. Senyum tipis menambah wajah cantiknya semakin Ayu. "Iya. Dari departemen aku tidak diizinkan pindah ke Jakarta. Terpaksa aku mengundurkan diri," katanya, ada raut kecewa di wajahya. Keinginannya untuk hidup menepi dari hiruk pikuk ibu kota pupus sudah. "Sebenarnya kamu tidak perlu susah-susah cari kerja. Gantikan Papa urus perusahaan," sahut Akaml setelah menelan m

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Demi Ayu.

    Akmal menghentikan langkahnya begitu sampai di depan kamar rawat Laela. Membuat yang lain ikut menghentikan langkahnya. Pria itu pun berbalik dan memandang Ammar. "Ammar, kamu tunggu di luar saja," ucap Akmalnya. Ammar memandang Akmal bingung, namun detik berikutnya menjawab satu kata. "Iya," Meski dalam hati merasa kecewa namun pria itu berusaha terlihat biasa saja. Dengan lembut menurunkan Dahayu dari gendongannya. "Ayu sama Mama ya," katanya sembari mengelus rambut panjang putrinya itu. "Ayu, sini sama Mama." Renjana menarik pelan tangan Dahayu. "Aku harap kamu tidak tersinggung. Kamu pasti sudah tahu, Bunda tidak menyukaimu. Kalau tiba-tiba melihatmu, takutnya akan mempengaruhi kondisinya." Tak ingin Ammar salah faham, Gio pun menjelaskan. "Tentu saja tidak. Aku bisa mengerti. Kalian masuk saja aku akan menunggu di sini," ucap Ammar sangat faham dengan situasinya. Keadaan Laela saat ini tidak lain karena ulahnya. Jika dirinya memaksa untuk ikut masuk, bukan tidak mung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status