Share

Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga
Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga
Author: iva dinata

Perdebatan.

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2025-03-17 16:07:35

"Maaf, Mas. Tadi, Mama telepon meminta kita makan siang di tempat Oma Rumana."

Tengah malam, kuberanikan diri untuk berbicara pada Mas Ammar yang kebetulan baru tiba di rumah.

Meski takut menghadapi sikap dingin pria berstatus suamiku itu, aku tetap melakukannya.

Sebab sejak sore tadi, mama mertuaku sudah memperingatkan agar kami pergi bersama ke sana.

Katanya, Oma sudah sangat rindu dengan kami. Dan jika aku gagal mengajak Mas Ammar, mertuaku itu akan membuat perhitungan denganku.

Namun, Mas Ammar justru menatapku dingin. “Renjana Zuhayra, apa Kau tak lelah melakukan ini semua?"

"Ma-af, Mas?" tanyaku belum paham maksud ucapannya.

"Jangan pura-pura tidak mengerti, Renjana. Kau tahu kan, aku adalah kekasih Raline, tapi dengan sengaja Kau tetap menerima perjodohan ini? Bahkan sekarang, Kau mencoba memanfaatkan Oma dan Mama demi mendapatkan perhatianku."

Kuhela nafas panjang, menahan rasa sakit yang mendera dalam dada. Tanpa dia mengungkitnya aku sudah tahu Raline cinta matinya. Jadi, tak perlu mengulang kalimat yang sama berulang kali.

Raline adalah sahabatku dan juga kekasih Ammar.

Kami begitu dekat sejak masih duduk di bangku sekolah. Bahkan saat tahu Raline menyukai Ammar, aku memilih mengalah dan menjauh dari keduanya meski aku juga diam-diam mencintai pria di hadapanku ini.

Tapi, takdir sungguh tak mampu dilawan.

Entah bagaimana, keluargaku bangkrut dan butuh bantuan keluarga Mas Ammar. Oma Romana pun setuju membantu kami, tetapi aku harus menikahi Mas Ammar sebagai jaminan.

Awalnya, aku menolak karena tidak mau menjadi orang ketiga di antara Mas Ammar dan sahabatku.

Sayangnya, fakta bahwa aku adalah anak dari wanita simpanan Papa, membuatku tak kuasa menolak. Sebagai baktiku aku harus mengorbankan diri demi keluarga kami.

Tak hanya itu, Mama Salwa–istri sah papaku itu bahkan berani menggunakan cara ekstrem. Dia sampai menyuruh orang untuk mencelakai Arfan, sahabatku sejak kecil, satu-satunya pria yang dekat dan peduli denganku.

Arfan bahkan meninggal tepat seminggu sebelum hari pernikahanku dalam sebuah kecelakaan yang memang sudah direncanakan Mama Salwa demi memaksaku untuk menyetujui perjodohan ini.

Semua dilakukan Mama Salwa agar aku tak kabur, termasuk dengan mengancam akan menyakiti Bunda Laila, ibunya Arfan.

Jika bukan karena janjiku untuk merawat ibu dari Arfan, aku sudah pasti menyusul sahabatku itu…

Tapi, meski kujelaskan pada Mas Ammar pun percuma, pria itu tak akan percaya.

“Maaf….” Pada akhirnya, hanya itu yang mampu kukatakan. Aku sudah sangat lelah dengan ini semua.

Namun entah mengapa, Mas Ammar justru menatapku semakin tajam. "Maaf katamu? Apa kamu sadar karena kamu, aku dan Raline harus menderita? Karena keegoisanmu, aku dan Raline tidak bisa bersatu!"

Kali ini, aku kehilangan kata-kata. Tapi apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya benar.

Dia selalu menyalahkanku. Tapi nyatanya, apakah Mas Ammar sendiri yang tak mau memperjuangkan cintanya? Kenapa tidak dirinya saja yang menolak?

"Bukan karena aku, tapi karena Mas sendiri yang tidak mau memperjuangkan Raline," ucapku tak terima, "Harusnya dari awal Mas yang menolak perjodohan kita. Mengusirku dari hubungan kalian, tapi Mas—"

Kalimatku tertelan kembali kala melihat rahang Mas Ammar mengeras dengan kedua tangannya mengepal. Seketika, aku mendadak takut.

"Baik, detik ini juga aku mengusirmu!” sentaknya menatapku nyalang, “Pergilah dan cepat ajukan perceraian!"

Mengajukan perceraian?

Mana mungkin? Jika aku yang mengajukan cerai, bisa-bisa Mama Salwa kembali menyakiti orang lain yang kusayangi!

"Maaf aku tidak bisa," kataku.

"Lihatlah!" Mas Ammar tersenyum remeh. "Kau memang wanita tidak tahu malu dan pembawa sial. Pantas saja, Arfan meninggal. Pria bodoh itu pasti menyesal karena sempat jadi kekasihmu"

Deg!

"Jangan membawa-bawa namanya. Kau boleh menghinaku tapi jangan dia!"

Dadaku terasa bergemuruh, marah dan tidak terima. Entah mengapa, Mas Ammar selalu mengira bahwa Arfan adalah kekasihku.

Belum lagi, pria ini terus saja menyangkut pautkan Arfan dalam masalah kami?

"Luar biasa!" seru Mas Ammar sambil terkekeh. "Jika kamu secinta itu padanya, kenapa kamu meninggalkannya dan memilih menikah denganku?"

"Karena wanita tak tahu malu ini lebih cocok dengan pecundang sepertimu," balasku kesal. Jika biasanya aku diam, kali ini aku tidak terima.

"Beraninya kamu," geram Mas Ammar dengan wajah memerah padam.

Brakkk!

Pria itu membanting keras tas kerjanya ke atas meja ruang tamu membuat benda hancur. Pecahan beling dari meja kaca itu berhamburan dan salah satunya mengenai betisku. Perih.

Dengan menggigit bibir bawahku aku menahan rasa sakit dan perasaan takut yang mulai membuat kedua kakiku gemetaran. "Akan kulakukan apapun, termasuk menutupi hubunganmu dan Raline."

“Tapi soal perceraian, aku tak bisa,” jawabku lugas, “kecuali jika kau sendiri yang menceraikanku.”

Ya. Hanya itu satu-satunya cara supaya kami berhenti saling menyakiti dan semua ini berakhir.

"Jangan berani mengaturku!" ujarnya. "Sekarang kembali ke kamarmu!!!" perintahnya tegas.

Mas Ammar tampak menahan amarahnya. Kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Entahlah, aku tak tahu mengapa perdebatan selesai setiap kali kuminta ia menceraikanku.

Namun, segera aku bergegas pergi dari sana, takut memancing emosi Mas Ammar lebih besar lagi. Saking takutnya aku langsung mengunci pintu kamarku.

"Astaghfirullah....." gumamku sambil memegangi dad* menahan tangis.

Lagi dan lagi kutahan rasa marah, kecewa, dan sedih yang bercampur menjadi satu di dalam dada.

Sayangnya, belum sempat menormalkan degup jantung, bunyi ponsel di dalam saku membuatku tersentak.

[Mama Salwa memanggil]

Ya, Tuhan... ibu sambungku tidak akan menelpon jika tidak ada yang dia inginkan. Kali ini apa lagi?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kau aja yg goblok dan mencari2 alasan utk g mau bercerai. klu diancam bahkan sampai ada nyawa yg melawan, harusnya kamu lapor polisi dan bukannya diam menye2
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Pilihan yang sulit

    "Tanpa alasan yang jelas semua investor tiba-tiba membatalkan kerja sama," bisik Arya. Mendengar kabar mengejutkan itu pandangan Ammar langsung tertuju pada sosok yang srsang memandangnya sambil membusungkan dadanya. Samudra tersenyum sinis, dengan satu alis terangkat. "Bagaimana? Apa kabarnya baru kau dengar?" ujarnya dengan nada mengejek. Di tempatnya Maliq menghela nafas, tidak menyangka kedua putranya akan saling menjatuhkan karena cinta. "Ana, kamu yakin dengan keputusanmu?" tanyanya pada Renjana. Dan wanita itupun mengangguk. Dibanding dirinya yang harus memilih, Renjana lebih ikhlas jika Ammar menentukan pilihannya. "Apapun pilihan Mas Ammar akan saya terima. Apapun yang terjadi dia akan tetap ayahnya Ayu." Maliq kembali menghela nafas. Dia tahu seperti apa sifat putra pertamanya. Pria itu tidak akan mengorbankan kepentingan orang banyak demi kepentingan pribadinya. "Dari data yang kuterima, ada sekitar seribu lima ratus karyawan dan buruh yang menggantungkan hidup

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Katanya otak dari insiden itu sudah diketahui

    Pagi ini Renjana sengaja memasak nasi goreng seafood, salah satu makanan favorit Ammar. Dengan telaten wanita yang memakai jilbab soft pink itu mengisi piring suami dan putrinya dengan nasi goreng buatannya. Di ujung meja Akmal menatap dengan perasaan haru. Mata tuanya bahkan sampai berkaca-kaca melihat keharmonisan yang tercipta di meja makan pagi ini. Sudah sangat lama dia menantikan moment bahagia putrinya itu. "Papa mau nambah lagi?" tanya Renjana pada Akmal yang sejak tadi menatapnya sambil tersenyum. "Nggak, sudah cukup." Renjana pun mengalihkan pandangannya pada Ammar. "Oh iya, Mas. Nanti pulang dari antar Ayu sekolah, aku mau pergi lihat lokasi tanah yang mau aku beli." "Kamu jadi buka sekolah?" tanya Ammar. Sebelumnya Renjana memang sudah mengutarakan keinginannya itu pada sang suami. Namun Ammar tidak menyangka jika istrinya akan segera merealisasikan keinginannya itu secepat ini. "Jadi dong... mendirikan sekolah adalah caraku untuk memberikan jalan pada anak-an

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Kompromi

    "Bagaimana?" Satu alis Samudra terangkat saat sebuah senyuman tipis Renjana sematkan di bibir tipisnya. "Kenapa? Apa penawaran yang kuberikan kurang menarik?" "Kenapa kamu tidak ajukan penawaran itu pada Mas Ammar?" "Maksudmu?" Samudra menatap wanita berhijab yang duduk di sebelah mamanya itu penuh tanya. Tak hanya pria itu, kedua orang tuanya juga nampak penasaran dengan maksud Renjana. "Buat kesepakatan dengan Mas Ammar. Suruh dia memilih, kehilangan perusahaan yang sudah dibangunnya dari nol atau menceraikan aku?" "Ana apa maksudmu?" Rosa reflek memegang lengan menantunya itu. Istri Maliq Zafier itu tidak menyangka menantunya akan mempertaruhkan pernikahannya yang belum genap dua minggu. "Mama tenang saja, InsyaAllah aku tahu apa yang aku lakukan," ujar Renjana masih dengan wajah dan ekspresi tenang. "Kalau Mas Ammar memilih menceraikan aku, maka saham milikku dan putriku akan menjadi milikmu. Bagaimana?" Samudra mengambil duduk di dalah satu kursi. punggu

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Sikap Arrogant Samudra.

    "Sekarang kita harus bagaimana?" ucap Raline memandang Samudra yang duduk tenang di sebelahnya. "Rencana kita sudah gagal, lalu sekarang apa? Aku tidak mau masuk penjara," katanya lagi menepis ketakutan yang mulai merasuki pikirannya. "Sam... jangan diam saja!!!" sentaknya mulai kesal. Pada pria yang duduk tenang di sebelahnya. "Rencana kita sudah gagal, sekarang kita harus bagaimana?" Kemarin, seharusnya Samudra bisa membawa Renjana dan Dahayu untuk fitting baju. Lalu, setelahnya Renjana akan dibawa keluar kota dan disana dipkasa menikah siri dengan Samudra dengan Dahayu sandra. Sebuah tempat di luar pulau sudah Samudra siapkan untuk tempat persembunyian sebelum akhirnya kembali tepat di hari pernikahan yang sudah ditentukan. Dan itu akan jadi pukulan yang berat untuk Ammar. Namun sayangnya Ammar jauh lebih pintar. Putra pertama Maliq Zafier itu sudah bisa membaca rencana yang dibuat Samudra. Ammar sudah lebih membawa Renjana untuk rujuk di salah satu guru spritualnya d

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Hidup baru.

    Pukul sepuluh malam Maliq dan istrinya sampai kediamannya. Raut lelah nampak jelas di wajah keduanya. Meski begitu kilatan kebahagiaan masih terpancar daru kedua mata. "Mama sama Papa dari mana?" Suara berat terdengar begitu langkah kedua orang itu memasuki rumah. "Astaga......" Rosa memegangi dadanya karena kaget. "Astagfirulloh... Samudra, kamu bikin Mama kaget," kesalnya menegur Samudra yang sedang duduk menyilangkan kaki di sofa ruang tamu. Dengan ekspresi datar Samudra menatap kedua orang tuanya itu intens. "Kamu malam-malam bukannya tidur, malah duduk di pojokan," omel Rosa terlihat kesal. "Aku nunggu Mama?" "Ck... kayak anak kecil aja." Rosa melangkah masuk di susul suaminya. "Mama belum jawab pertanyaanku," kata Samudra bangkit dari duduknya. "Sudah besok aja Mama capek, ngantuk." Rosa yang sudah menapaki anak tangga menuju lantai dua tak menghiraukan pertanyaan putra keduanya. "Aku hanya ingin tanya, Mama sama Papa dari mana?" Samudra menyusul kedua oran

  • Terpaksa Aku Menjadi Orang Ketiga   Akhirnya.

    Sebuah mobil berhenti di depan pagar rumah Renjana. Seorang pria dengan kemeja biru keluar dari dalam mobil. Langkah lebar itu mendekati pos jaga security yang berada di sisi kanan pagar besi kediaman keluarga Fahrezi. "Permisi, bisa bukakan pintu pagarnya?" ucapnya pada security yang berjaga. Pria berseragam security itu tak langsung menuruti permintaan Samudra, tapi malah memanggil temannya yang berada di dalam. "Maaf anda siapa dan ada perlu apa?" "Saya Samudra, putra kedua Maliq Zafier. Saya ingin bertemu Ana," jawab Samudra. Dua security itu saling pandang, tatapan kedua pria itu berubah curiga. "Maaf, Nona Renjana sedang tidak berada di rumah." Samudra mengerutkan dahinya. "Kalian tahu dia kemana?" tanyanya dengan tatapan curiga. Dari laporan anak buahnya, sudah satu minggu lebih Renjana tidak lagi mengajar di sekolah. Lalu, kemana wanita itu pergi pagi-pagi begini, pikirnya. Bukannya menjawab, dua pria yang bertugas menjaga kediaman Fahrezi itu kembali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status