Share

185. Tidak Mudah Ya

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-09-12 16:09:52

Kalimat Devina meluncur begitu saja, singkat namun jelas, “Silakan tanyakan saja pada Pak Gian. Saya masih ada urusan.”

Nada suaranya tenang, tetapi tajam, seperti anak panah yang sengaja ditembakkan ke udara agar jatuh tepat mengenai sasaran. Setelah mengucapkannya, Devina tersenyum tipis, senyum yang sulit ditebak: entah tulus atau penuh strategi. Ia lalu melangkah meninggalkan kerumunan wartawan dengan gerakan anggun, seolah setiap tatapan kamera memang disiapkan untuknya.

Kilatan lampu blitz bertubi-tubi. Suara klik kamera berulang kali terdengar, membutakan pandangan beberapa detik bagi siapa pun yang berdiri di sana. Atmosfer mendadak tegang, karena semua orang tahu, kalimat singkat Devina baru saja membuka ruang spekulasi.

Dan seperti yang sudah diduga, semua mata kemudian beralih ke sosok pria yang masih berdiri tegak di tempatnya.

Gian. Ia tampak tenang, dasi hitamnya sedikit longgar akibat rapat panjang yang baru selesai. Tubuhnya menjulang, ber

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   206. Hanya Sebatas Pekerjaan

    “Kita pergi dari sini atau aku akan membawamu secara paksa.”Kalimat tegas itu membuat Aurelia berdecak, meski jantungnya berdegup kencang. Ia tahu betul, Gian tidak pernah bermain-main dengan ancamannya. Mau tak mau, ia menghela napas panjang, pasrah.“Maaf ya, Bas. Kami pergi dulu,” katanya pada Baskara, suara lirihnya berusaha terdengar tenang.Pria itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, seolah menikmati setiap ketegangan yang tercipta.Di sinilah Aurelia dan Gian sekarang. Mereka baru saja memasuki salah satu kamar hotel mewah di sekitaran CBD Melbourne. Ruangan modern dengan nuansa hangat, lampu redup, dan balkon menghadap kota yang berkilau. Namun, suasana hati Aurelia jauh dari kata hangat.“Sebentar lagi makanan kita akan datang. Apa kau ingin tambahan lagi?” tanya Gian setelah pintu kamar tertutup rapat.Aurelia menggeleng, duduk di ujung sofa dengan wajah kusut. “Kenapa harus ke sini

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   205. Kenapa Kemari?

    Pelukan itu seharusnya mampu menenangkan hati Aurelia. Seharusnya bisa meredakan semua keraguan yang berputar di kepalanya. Namun, kenyataannya berbeda. Tubuhnya memang merasakan hangat, tetapi hatinya justru terasa dingin. Ia terdiam, membeku di dalam dekapan Gian yang begitu erat. Aroma lavender yang ia semprotkan pagi tadi kini memenuhi indera penciuman Gian, seolah mengunci semua kerinduan yang telah lama ia pendam.Namun, justru pada detik itulah Aurelia merasakan sesuatu yang retak. Dengan perlahan, ia mendorong dada Gian hingga jarak di antara mereka tercipta kembali. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan kata-kata.“Kenapa… kenapa kau kemari?” tanyanya lirih, tapi penuh getaran.Gian menelan ludah, rahangnya mengeras. Ia ingin menjawab, tetapi lidahnya terasa kelu. Dari tatapan Aurelia dirinya tahu betul bahwa istrinya itu senang, tetapi ada perasaan gelisah yang berusaha ditutupi sekuat mungkin.Aurelia tersenyum geti

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   204. Pertemuan Yang...

    Aurelia membeku di tempat. Jantungnya serasa berhenti berdetak ketika matanya menangkap sosok yang sama sekali tak ia sangka akan hadir di acara sebesar Melbourne Fashion ini.Gian. Ya, suaminya sendiri. Tepat di samping Gian, berdiri Devina—kakak kandungnya.Seketika tubuh Aurelia kaku. Tak sanggup ia menyembunyikan keterkejutannya. Kehadiran dua orang yang sangat dekat dengannya itu dalam satu waktu, satu ruang, membuat kepalanya berputar. Kenapa mereka bisa ada di sini? Pertanyaan itu menyesakkan dadanya.Sementara itu, Gian sama terkejutnya. Ia tak pernah membayangkan kalau Aurelia akan hadir di pertemuan bisnis semacam ini. Bukankah istrinya itu sedang sibuk mengikuti program persiapan belajar bahasa Inggris di kota ini? Begitu pikirnya. Namun kini, kenyataan di depan mata membuat kepalanya semakin berat. Terlebih k

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   203. Bas, Aku Gugup

    “Bas, aku gugup,” cicit Aurelia, suaranya nyaris bergetar, seperti tangis yang tertahan di tenggorokan.Baskara, yang berdiri di sampingnya dengan tubuh tegap, hanya terkekeh kecil. Ada ketenangan dalam sorot matanya—tatapan teduh yang seolah mampu menyalurkan rasa percaya diri. Ia lalu meraih tangan Aurelia, menggenggamnya erat, lembut, sekaligus meneguhkan. “I trust you,” ujarnya pelan, penuh keyakinan. “Ingatlah, ini akan jadi momen berharga dalam hidupmu.”Aurelia memberengut, pipinya merona merah, campuran antara malu dan tegang. Ia menunduk sedikit, seakan berusaha menyembunyikan wajahnya. “Jangan bilang begitu,” rengeknya. “Kalau nanti aku hanya mempermalukanmu, bagaimana?”Baskara mengangkat bahu dengan enteng, senyumnya tipis tapi penuh wibawa. “Biarkan saja. Semua orang ada masanya. Semua masa ada orangnya. Tidak sela

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   202. Rindu Setengah Mati

    Nyonya Lestari terdiam sebentar. Otaknya berpikir cepat, mencari celah untuk membantah, tetapi rasanya sulit. Anak laki-lakinya itu berdiri dengan tatapan begitu penuh harapan, seolah tidak ada satu pun kata yang bisa mengusik keyakinannya."Apa kau yakin?" tanyanya akhirnya, suaranya nyaris hanya bisikan.Gian mengangguk mantap. Sorot matanya tidak goyah sedikit pun. Ada dingin yang menusuk, tapi juga keyakinan membara di baliknya.Ibunya itu mengernyit, menimbang lagi. "Apa tidak sebaiknya kau bicarakan dulu dengan Aurelia? Apalagi tentang hubunganmu dengan—""Aku yakin, Bu." Gian memotong tanpa keraguan. Nada suaranya tegas, seolah tak memberi ruang untuk sang ibu menambahkan apapun. "Dia pernah bilang agar aku tidak menemuinya. Aku tidak melanggar itu. Aku ke sana memang karena ada urusan pekerjaan. Dan soal Devina..."

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   201. Rebut Saja Dia!

    “Diamlah, Jer! Itu bukan urusanmu.”Nada tajam keluar dari bibir Baskara. Matanya menyipit, penuh ketegasan yang tak bisa ditawar. Tatapannya menusuk Jeremy yang berdiri congkak di hadapannya. Namun, begitu pandangan itu sempat beralih ke arah Aurelia dan Caca, sorotnya berubah seketika. Ada kelembutan yang muncul begitu saja, seolah dua sosok di hadapannya itu terlalu rapuh untuk disentuh oleh komentar sinis yang baru saja dilemparkan.Jeremy justru tertawa kecil, terbahak pelan dengan nada mengejek. Suara tawanya bergema samar di ruang keberangkatan bandara yang penuh dengan hiruk-pikuk orang berlalu-lalang. “Ayolah, Bas! Kau itu bisa melakukan apa saja. Kalau kau mau, rebut saja dia dari penerus Mahesa Group yang masih ingusan itu.”Baskara terdiam, menahan emosi yang nyaris meluap. Rahangnya mengeras, gigi terkatup rapat. Ia tahu Jeremy memang senang menguji kesabaran, suka menyinggung hal-hal pribadi hanya demi melihat reaksinya. Tap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status