Share

212. Kurus dan Jelek

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2025-09-25 10:05:33

Malam itu, usai perbincangan singkat di depan asrama, Aurelia mengajak Gian berjalan ke taman kecil di sisi gedung. Taman itu sederhana saja, dipenuhi semak bunga yang baru mekar di musim semi. Sebuah bangku kayu panjang berdiri di bawah pohon besar, sementara jalan setapak dihiasi lampu kuning redup yang temaram. Udara Melbourne mulai terasa dingin, membuat embus napas terlihat seperti kabut tipis.

“Kenapa tiba-tiba mengajakku ke sini?” tanya Gian, alisnya sedikit berkerut, matanya menatap Aurelia penuh rasa ingin tahu.

Aurelia hanya tersenyum kecil, menunduk sejenak sebelum menjawab. “Aku tidak mau berduaan di hotel. Makanya lebih baik kita di sini saja.”

Jawaban itu membuat Gian terdiam sesaat. Sebelum ia sempat menanggapi, rintik hujan turun perlahan, mengenai daun-daun dan menimbulkan suara gemericik halus. Hujan kian rapat, memaksa mereka bergegas mencari tempat berteduh.

Mereka akhirnya berlindung di bawah pohon besar yang m

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   226. Kau Tidak Percaya Diri

    Lampu-lampu kristal di ballroom hotel bintang lima Melbourne berkilauan, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan yang dipenuhi para tamu undangan. Malam itu adalah perjamuan eksklusif kalangan bisnis Indonesia di Australia, sekaligus penutupan rangkaian Melbourne Fashion Week. Musik lembut jazz mengalun, para tamu berbincang dalam bahasa campuran Indonesia–Inggris, gelas anggur beradu, dan pelayan berlalu-lalang membawa hidangan mewah.Gian hadir dengan setelan hitam yang rapi, dasinya berwarna midnight blue, menyesuaikan dengan suasana resmi. Ekspresinya tenang, tapi dalam dadanya ada gejolak yang sulit ia redam. Malam ini ia tahu, selain urusan bisnis, ada satu orang yang benar-benar ingin ditemuinya.Dan akhirnya orang itu muncul. Baskara. Pria itu melangkah dengan percaya diri, mengenakan jas abu-abu elegan, senyumnya ramah seperti biasa. Kehadirannya segera menarik perhatian beberapa tamu, sebab reputasinya sebagai pengusaha muda yang sukses memang sudah terdengar. Gian yang sejak

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   225. Kenapa Harus Dia?

    “Aku tidak mau!” suara Aurelia pecah, lebih keras dari yang ia niatkan. Kedua tangannya menepis genggaman suaminya, matanya menajam penuh peringatan. “Jangan paksa aku ikut ke mana pun sekarang. Kalau kau nekat, aku tak segan menggugat cerai!”Kata-kata tadi menggantung di udara, menohok jantung Gian. Lelaki itu terdiam sepersekian detik, sebelum mendecak sebal sambil menyisir rambutnya yang berantakan. “Kau selalu pakai kata itu, Aurelia. Cerai, cerai, cerai. Seolah itu jalan keluar dari semua masalah kita.”Aurelia menggenggam erat lengannya sendiri, berusaha mengendalikan getar emosi. “Kalau kau terus bersikap posesif begini, mungkin itu memang jadi satu-satunya jalan.”Tatapan Gian menajam, namun segera meredup dengan nada kecewa yang menyeruak di ujung suaranya. “Baskara punya proyek di sini sampai dua bula

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   224. Sekarang Juga

    Pagi itu, cahaya matahari menembus celah tirai apartemen mewah yang mereka tempati. Aroma lembut dari sprei berpadu dengan hangatnya tubuh yang masih terperangkap di dalam selimut. Aurelia menggeliat pelan, matanya masih terasa berat. Ia baru saja berniat bangkit dari ranjang ketika tiba-tiba sebuah tarikan kuat membuat tubuhnya kembali jatuh ke pelukan hangat.“Gian,” protes Aurelia setengah malas. Ia hendak meronta, tapi sia-sia. Tangannya terkunci dalam dekapan suaminya.Suara serak Gian terdengar begitu dekat di telinganya, berat sekaligus menggoda. “I want more, baby.”Aurelia terdiam sepersekian detik, lalu merasakan ciuman lembut—namun menuntut—mendarat di bahunya. “Gian… cukup,” rengeknya manja, menyembunyikan wajah di balik bantal. Tapi pria itu hanya tertawa kecil, menenggelamkannya lagi ke dalam keinti

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   223. Dasar Manis

    Aurelia masih bisa merasakan sensasi hangat dari bisikan Gian di telinganya. Kata-kata pria itu—“Malam ini, jangan tolak aku lagi”—terus terngiang, membuat wajahnya panas hingga ke telinga. Ia mencoba mengalihkan perhatian dengan menunduk, merapikan tali tasnya, padahal jantungnya berdegup seperti genderang perang.“Kenapa diam?” suara Gian lagi, datar namun berbahaya.Aurelia mendengus kecil, sengaja memalingkan wajah. “Aku tidak tahu harus jawab apa.”Suaminya terkekeh rendah, lalu meraih tangannya dan menggenggam erat. “Nanti malam kau jawab dengan tindakan saja.”Aurelia menoleh cepat, mata membulat. “Gian!” serunya dengan nada setengah berbisik, setengah protes.Namun, pria itu sama sekali tidak terpengaruh. Ada senyum tipis di bibirnya, senyum yang membuat Aurelia gemas sekaligus malu.Selesai berjalan-jalan di Darling Harbour, Gian tiba-tiba menggiring la

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   222. Jangan Di Sini

    Suasana ruang seminar kampus itu masih dipenuhi suara tuts laptop, desiran kertas, dan gumaman diskusi antar-mahasiswa internasional. Aurelia duduk di salah satu sudut ruangan, tubuhnya sedikit membungkuk di depan layar. Jemarinya menari cepat, menyusun laporan akhir untuk proyek short course yang harus dikumpulkan minggu depan.Sesekali ia menghela napas, menarik rambut sebahunya ke belakang lalu menyematkannya dengan penjepit agar tidak jatuh menutupi wajah. Matanya fokus, tetapi jelas sekali tubuhnya lelah. Sejak pagi, ia sudah menghadiri dua seminar, satu workshop, dan sekarang masih harus menuntaskan draft laporan kelompoknya.“How?” tanya Marie, teman sekelompoknya asal Prancis, dengan logat khas.“Almost,” jawab Aurelia singkat, tersenyum kecil. Ia kembali mengetik, mengabaikan rasa pegal di bahunya.Beberapa mahasiswa lain sudah berkemas, ada yang keluar untuk mencari kopi, ada pula yang bercanda. Aurelia memilih bertahan,

  • Terpaksa Jadi Mempelai Pengganti di Pernikahan Kakakku   221. Flirting?

    “Hey, Aurelia! Did you finish the draft for tomorrow’s project?” suara seorang pria memecah keheningan senja di taman itu.Aurelia menoleh, sedikit terkejut, tapi segera tersenyum. “Yes, Daniel. I’ve got most of it done. Just need a little touch-up tonight.”“Great. We’ll review it together before the class, right?” Daniel menambahkan dengan ekspresi ramah.“Of course. Don’t worry, everything’s under control.”Gian yang duduk di samping Aurelia hanya memandangi pria itu dengan tatapan dingin. Matanya menyipit, menakar siapa sosok asing yang begitu santai memanggil istrinya. Wajah Gian datar, tapi jelas ada bara api yang membara di balik sorot matanya.Aurelia berdiri sebentar, memperkecil jarak. “Oh, Daniel, this is my husband. Gian.” Suaranya lembut, penuh kebanggaan.Daniel tampak sedikit kaget, tapi segera mengulurkan tangan sopan. “Nice to mee

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status