Share

Keluarga baru Juwita

Juwita perlahan mulai membuka matanya. Tenaga yang sebelumnya terkuras sekarang telah kembali lagi. Ia merasa semangatnya sudah mulai terkumpul dan pikirannya mulai jernih kembali.

Saat ia bangun, pandangan mengarah ke semua penjuru kamar. Ia baru sadar bahwa kamar ini terlihat begitu cerah. Tempat ini dipenuhi oleh berbagai macam mainan anak laki-laki. Mulai dari motor, mobil hingga Lego. Robot besar Transformers pun berjejer setinggi dua meter. 

Saat rasa penasaran masih tetap ada di pikirannya, suara di perutnya berhasil mengalihkan perhatian. Ia baru ingat bahwa ia belum makan sejak tadi. Akan tetapi pesan dari pelayan sebelumnya mengatakan bahwa suami dan keluarganya akan datang sebentar lagi. Jadi ia tak boleh terlihat lusuh dan harus memberi kesan terbaik saat pertama kali bertemu.

Juwita mengabaikan rasa lapar dan segera mengambil baju di lemari dan pergi mandi untuk membersihkan diri. Kamar mandi itu terlihat mewah dan berhasil membuat Juwita kagum. Akan tetapi Juwita merasa bingung bagaimana cara menggunakannya. Butuh waktu lama baginya untuk mengutak-atik beberapa tombol di sana, sampai ia bisa menggunakan shower dan akhirnya mandi setelahnya.

Baju yang dipakai berwarna biru tua dan terlihat sederhana. Tapi sebagai orang yang benar-benar hidup sederhana, Juwita tahu betul baju ini tak mungkin murah. Dari bahannya saja ia dapat menyadari betapa mahalnya baju yang ia pakai. Walaupun ia tak tahu nominalnya berapa, ia berterima kasih karena diberi pakaian ini. Karena itu menandakan bahwa keluarga suaminya memperhatikan dan berusaha membuatnya nyaman di rumah ini. Itu membuat satu beban dihatinya turun seketika.

Juwita turun dan disambut oleh berbagai macam makanan yang berjejer rapi di meja makan. Itu membuatnya heran sekaligus penasaran.

"Apakah mereka sudah pulang?"

Seorang pelayan segera mendekat. "Belum nona."

"Lalu kenapa makanan dimeja makan begitu banyak."

"Kami memang selalu menyediakan makanan seperti ini. Kami tidak tau yang mana makanan kesukaan nona, jadi kami membuat semuanya. Silahkan dimakan nona."

Mendengar jawaban pelayan, Juwita merasa kaget. Ia belum pernah melihat orang yang memasak makanan begitu banyak hanya untuk satu orang.

"Jadi semuanya hanya untukku?" ucapnya sambil menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bodoh.

Pelayan itu mengangguk dan tersenyum ringan karena melihat tingkah Juwita yang begitu lucu. 

Juwita hanya mampu berterimakasih dan memakan makanan yang disediakan. Ia hanya memilih dua atau tiga lauk untuk dimakan. Itu pun karena lauk yang tersedia terlalu banyak, hingga ia merasa sungkan jika hanya mengambil satu lauk saja.

Saat Juwita kenyang dan menyelesaikan makanan nya. Para pelayan segera datang dan membersihkannya. Hal ini membuat ia ingat akan tetapi ibunya yang berada di rumah. Juwita yakin jumlah uang yang diterima oleh ayahnya untuk menikahkannya dengan keluarga ini pasti berjumlah sangat besar. Jadi dia berharap semoga beban ibunya sedikit diringankan di sana. Setidaknya mungkin ayahnya dapat membayar 1 orang pembantu untuk membantu ibunya di rumah.

Juwita terdiam untuk sejenak, akan tetapi suara langkah kaki berhasil mengalihkan pikirannya. Langkah kaki itu bukan hanya dari satu atau dua orang saja, melainkan 4 orang. Saat Juwita menoleh ia dapat melihat 4 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 1 wanita paruh baya.

Wanita itu tersenyum lebar dan sedikit mempercepat langkahnya saat melihat Juwita.

"Apakah ini istri Sky?" ucapnya girang.

Juwita yang bingung dan tak tau Sky itu siapa hanya mampu tersenyum canggung dan terdiam.

Melihat istrinya yang terlalu antusias dan berhasil membuat menantu mereka bingung. Membuat Kusuma berinisiatif untuk maju dan memperkenalkan diri.

"Halo Juwi, Saya Papanya Sky dan ini ibunya. Yang itu adik Sky, namanya Samudra dan disebelahnya adalah Sky, suamimu."

Saat laki-laki paruh baya itu menunjuk ke arah Sky dan mengatakan bahwa itu merupakan suaminya. Saat itulah Juwita baru sadar dan segera mengerti. Iya pun menunduk lalu tersenyum manis sambil memperkenalkan dirinya.

"Halo saya Juwita."

Mendengar nama menantunya, Linda pun terlihat semakin antusias.

"Juwita? Nama yang bagus. Apa nama panjangmu?"

"Hanya Juwita."

Dinda yang mendengar hal itu hanya mampu terdiam heran dan bingung. Sangat jarang melihat seseorang yang memiliki nama hanya satu kata, apalagi nama itu terdengar sangat umum dan banyak digunakan oleh orang lain. Kebanyakan nama yang digunakan pada saat ini adalah nama-nama estetik dengan arti dan terdiri dari 3 kata.

"Owh... Hanya Juwita. Baiklah lupakan hal itu. Kamu sangat manis," ucapnya memuji.

Juwita memang bukan tipe gadis cantik dengan kulit putih dan jernih. Tapi dia memiliki kulit sawo matang dengan wajah manis dan senyum gigi kelinci miliknya. Itu membuatnya terlihat sangat lucu dan manis.

Juwita sedikit menoleh dan melihat laki-laki bernama Sky itu. Laki-laki itu sangat tampan dengan kulit putih dan tinggi satu kepala darinya. Laki-laki itu memakai baju kaos putih biasa dengan jaket. Terlihat sangat polos, hanya saja wajah laki-laki itu memerah hingga ke telinga, berbeda jauh dengan warna lehernya.

Sky terlihat kaku dan meremas tangannya. Ia berdiri tegak dan melihat kearah kiri dan dan kanan seolah menghindari tatapan Juwita. Linda yang menyadari hal itu segera memanggil Sky untuk mendekat.

"Sky, ayo mendekat."

Mendengar perintah ibunya, laki-laki itu langsung menoleh dan mendekat dengan cara yang aneh. Juwita memperhatikan dengan hati-hati dan ia yakin ada yang berbeda dengan cara Sky bertingkah. Laki-laki itu berjalan dengan cara yang kekanakan dan ibunya berbicara dengannya seperti seseorang yang berbicara pada anak kecil.

"Sky perkenalkan ini Juwita, istri kamu. Ayo berkenalan."

Saat Sky mengulurkan tangannya, wajah tampan itu langsung berubah menjadi lebih merah. Tapi ia tersenyum malu dan memperkenalkan dirinya dengan cara yang lucu.

"Halo, nama aku Ethan Sky Subadra. Nama panggilan aku Sky, Sky itu artinya langit dan Papa Mama bilang Sky itu ganteng kayak langit makanya dinamain dengan nama Sky. Terus aku itu suka banget sama warna biru. Aku juga punya banyak mainan di kamar. Aku suka suka banget nonton Spongebob tapi aku nggak suka warna kuningnya. Aku juga punya mainan Transformers, itu hadiah dari Mama Papa ke aku saat ulang tahun ke dua puluh tujuh..."

Sky terus memperkenalkan dirinya terus menerus. Ia menceritakan hampir semua hal yang ia miliki dan cintai. Hal itu membuat Juwita sadar satu hal, apa yang sang ibu sebut tentang suaminya yang 'sakit' adalah hal ini. Sky sepenuhnya tidak normal, bukan secara fisik tapi secara mental.

Juwita tak tau dinamakan apa kondisi Sky saat ini, tapi ia mulai memikirkan nya. Saat Sky sudah selesai memperkenalkan dirinya, ruangan itu hening untuk sejenak. Juwita dapat menyadari bahwa hampir semua orang di ruangan ini berubah menjadi gugup, dan menunggu tanggapan nya.

Juwita telah berjanji didalam hatinya sebelum sampai ke rumah ini. Bahwa ia akan menerima semua kondisi yang ada dan merubah nasibnya menjadi lebih baik. Hari ini ia menyadari bahwa suaminya tak senormal laki-laki pada umumnya. Tapi suaminya sangat manis dan memperlakukannya dengan baik. Apalagi keluarga ini menyambut nya dengan hangat, bahkan jauh lebih hangat dari keluarganya sendiri. Itu membuat Juwita merasa merasa mungkin inilah takdir yang harus ia jalani. Tak masalah, ia selalu percaya Tuhan selalu akan memberikan yang terbaik untuknya.

Juwita memperhatikan tangan Sky yang sedang bersalaman dengannya. Tangan itu begitu lembut, menandakan bahwa keluarga ini begitu memanjakannya dan tak membiarkannya melakukan hal-hal kasar. Itu membuat hati Juwita sedikit melembut, dan ia pun mendongak sambil menatap Sky dengan senyuman manis.

"Halo Sky, nama saya Juwita."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status