Share

4. Siap menikah?

Penulis: Kii_zaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 13:10:11

Zaura belum menjawab, tapi kedua matanya menatap mata sang ibu seolah meminta pendapat. Ibu Tika hanya mengangguk, hingga Zaura pun ikut mengangguk.

"I-iya Tante, demi ibu! Aku bersedia!"

Rosa tersenyum bahagia mendengar jawaban Zaura. Harapannya untuk menikahkan anak laki-lakinya akan segera terwujud.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu ya tik. Karena Zaura juga sudah bersedia, aku akan secepatnya mempersiapkan pernikahan Al dan Zaura!"

"Aku minta maaf Ros, aku tidak bisa membantu kamu untuk mempersiapkan acara pernikahan Zaura dan anakmu. Tapi satu hal yang aku minta, pernikahan Zaura dan putramu di adakan secara sederhana saja. Aku tidak mau Zaura menjadi bahan gunjingan dari orang lain, biar kita saja yang menjadi saksi pernikahan mereka," kata Tika

"Kamu tenang saja Tika, aku yang akan menyiapkan semua. Tapi, kalau untuk konsep pernikahan sederhana, apa kamu bersedia Zaura? Atau nanti Tante buatkan pesta resepsi yang mewah untuk kamu dan Al?"

"Tidak usah Tante, cukup sederhana saja. Benar yang di katakan ibu tadi, saya tidak mau acara pernikahan yang sudah di konsep rapi menjadi berantakan karena mereka mengetahui siapa saya."

"Kamu tenang saja. Setelah kamu menikah dengan nanti, Tante tidak akan membiarkan siapapun menghina kamu. Karena Tante tahu, kamu tidak seperti yang mereka tuduhkan sayang."

Belum menikah saja, Rosa sudah menyayangi Zaura sampai Sudi melindungi Zaura dari hinaan dan caci maki orang lain. Apalagi jika Zaura suah menjadi menantunya. Itulah yang membuat Tika sedikit tenang jika putrinya menikah dan di terima dengan baik oleh keluarganya.

Setelah Rosa pamit, Zaura kembali menggenggam tangan ibunya. "Bu, ibu yakin mau menikahkan Zaura?"

"Yakin. Ibu sangat yakin, bahkan ibu bisa tenang karena kamu akan hidup di dalam keluarga yang menganggap kamu dan menyayangi kamu. Tidak seperti keluarga ibu sendiri yang malah menghina kamu."

"Baiklah, apapun untuk ibu, akan Zaura lakukan. Tapi Zaura hanya minta, ibu harus bertahan lebih lama lagi. Ibu gak boleh ninggalin Zaura."

"Baiklah, tapi ibu tidak janji!"

*

*

*

Rosa baru saja sampai di rumahnya, ternyata suami dan putranya sedang berkumpul di ruang tengah. Seperti kebiasaan mereka pada malam hari, yaitu berbincang satu sama lain sebelum tidur.

"Habis dari mana ma?"

"Dari rumah sakit pah, Mama baru saja jenguk sahabat Mama yang sedang sakit!"

"Kasihan sekali pah, sepertinya hidupnya tidak akan lama lagi. Dia menderita kangker otak stadium akhir, keluarganya tidak ada yang mau merawatnya. Hanya anaknya saja yang berada di rumah sakit menjaga ibunya."

"Oh iya, terus apa yang mau Mama lakukan?" tanya Gavin, ingin tahu apa rencana Rosa selanjutnya.

"Sebenarnya, Mama menyarankan dia untuk menjalani kemo agar bisa sembuh. Mama bahkan sudah berniat mau membayar biaya pengobatannya. Tapi Tika menolak, dia malah menitipkan putrinya pada Mama. Karena sejak dulu, Mama dan dia pernah berjanji untuk menjodohkan anak kami," jawab Rosa, seraya melirik putranya yang sibuk dengan ponselnya.

Alandra mendengarnya, tapi laki-laki itu masih tetap acuh seolah tidak mendengar ucapan ibunya.

"Kalau begitu, kita nikahkan saja anak sahabat Mama dengan Al. Al juga sudah cukup umur untuk menikah, gimana Al? Kamu mau kan?"

Mendengar namanya di sebut, Alandra mendongakkan wajah dan menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tidak setuju.

"Tidak, aku tidak mau di jodohkan dengan siapapun."

Rosa mendengus kesal, selalu seperti itu jika membahas perjodohan dengan Alandra." Lalu sampai kapan kamu akan menikah? Kamu sudah cukup umur untuk menikah Al! Bahkan teman-teman kamu hampir semuanya sudah menikah dan memiliki anak, Mama juga mau punya cucu seperti teman-teman Mama."

"Kalau begitu, kenapa Mama gak nikahin Marisa saja Ma? Bukanya dia sudah dewasa dan sudah cukup umur untuk menikah?"

Plak!

Rosa memukul tangan anaknya pelan. Gemas dengan Alan yang selalu saja menjawab dan melawan orang tuanya.

"Kamu tahu sendiri Marisa itu baru lulus SMA, dia juga baru saja memulai kuliahnya di Swiss. Adikmu belum cukup umur untuk berumah tangga. Lagian, memangnya Kamu mau di langkahi sama adikmu?"

"Benar Al, kenapa kamu tidak menerima saja perjodohan Mama kamu? Papah bosan sekali melihat kamu sendirian, lama-lama kamu bisa jadi bujang lapuk nantinya!"

"Pfftt." Rosa hampir saja tertawa mendengar ucapan suaminya, tapi memang benar putranya ini sangat sulit di suruh untuk menikah.

"Pah, aku ingin menikah dengan wanita yang aku cintai. Aku mohon, bersabarlah sampai waktunya tiba aku akan membawa gadis itu ke hadapan kalian!"

Rosa memutar bola matanya dengan malas, selalu saja alasan itu yang di berikan anaknya. "Kamu minta Mama dan Papah buat bersabar, tapi sampai kapan? Kamu mau nunggu Mama mati dulu baru kamu akan menikah?" tanya Rosa, tak bisa menahan emosinya lagi melihat putranya yang sulit untuk di atur.

Bayangkan saja, umur Alandra sudah hampir tiga puluh tahun dan laki-laki itu belum juga menikah.

"Mama kok ngomongnya gitu, aku janji. Secepatnya aku akan membawa gadis itu ke hadapan Mama. Aku mohon ma, beri aku waktu sebentar lagi."

Rosa hanya menghela nafas berat, Gavin juga sebrnarnya kasihan melihat istrinya yang ingin sekali menimang cucu. Tapi mau bagaimana lagi, putranya memang sulit untuk di atur.

"Mah, memangnya anak teman Mama itu seperti apa? Apa mama punya fotonya? Papa pengen tahu. Kenapa Mama pengen banget jodohin Al sama wanita yang Mama maksud."

Rosa teringat, jika dulu Tika pernah mengirim foto putrinya padanya. Rosa merogoh ponsel mahalnya dari dalam tas, dan mencari-cari foto Zaura untuk di libatkan pada suaminya.

"Ini pah,cantik kan," kata Rosa dengan pede, seraya menyerahkan ponselnya pada suaminya.

"Wah, benar Mah dia cantik. Cocok kalau nikah sama Al, kalau begitu Papah dukung Mama seratus persen!" ujar Gavin ikut antusias.

Sementara Alandra hanya berdecak, karena Papahnya ikut-ikutan heboh seperti Mama nya.

"Tuh Al, dengar apa kata Papah kamu? Mama ini gak asal-asalan jodohin kamu sama perempuan. Anak teman Mama ini cantik, dan baik. Yakin masih mau nolak?"

Alandra hanya diam, seolah tidak mempedulikan ucapan Mamanya. "Nih, kamu lihat dulu orangnya. Jangan asal jawab gak mau, kamu belum tahu siapa wanita yang Mamamu maksud!"

Gavin menyerahkan ponsel milik istrinya pada anaknya. Sementara Alandra hanya menerima ponsel itu dengan malas, seolah tak tertarik dengan foto gadis yang di tunjukan di ponsel Mamanya tadi.

Ponsel Rosa kembali menghitam, tapi karena Alandra tahu pasword ponsel Rosa, Alandra kembali membuka ponsel itu dengan pasword yang dia tahu.

Hingga memunculkan foto seorang perempuan yang selama ini dia kejar, bahkan Alan drasampai sulit meyakinkan wanita itu agar mau menikah dengannya. Dialah Zaura, wanita yang kemarin dia cegat di hotel.

"Aku siap nikah sama dia!" ucap Alandra tegas!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    Kedua pipi Launa memerah, tatkala seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya dan langsung memujinya. Setelah menoleh, ternyata Ziyan yang sedang memperhatikannya sejak tadi. Padahal Launa mengira itu suaminya."Eh, elo. Kirain Zayn.""Kenapa emang?""Gue tadinya salting kalo beneran Zayn yang muji gue. Eh tapi, beneran gue cocok pake baju kayak gini?" tanya Launa lagi, dengan memutar-mutar tubuhnya di depan cermin."Bagus kok, cantik," kata Ziyan lagi, mengakui kalau Launa memang sangat cantik mengenakan gamis berwarna maroon lengkap dengan hijabnya."Kalo gitu gue gak bakal ganti lagi. Gue mau ke kampus pake gamis ini aja. Gue yakin si, pasti banyak orang-ornag yang terpesona.""Terpesona! Inget, udah punya suami!""Ya iya Ziyan tenang aja. Gue juga inget kok."Tiba di ruang makan, semuanya sarapan dengan tenang. Sesekali Aqlan melihat emangnya yang tampak pangling, masih tidak menyangka jika menantunya sudah langsung berubah dan mau memakai set hijab seperti ini."La

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Siang harinya, Khafi menemui sahabatnya di kantor miliknya. Saat ini, Khafi emang membutuhkan Hanif sebagai orang yang dia andalkan termasuk partner curhatnya juga. Dan Hanif juga banyak tahu tentang masalah yang di hadapi oleh Khafi saat ini."Ada apa? Tumben banget pakmil satu ini tiba-tiba datang ke sini.""Gue lagi pusing nif," jawab Khafi, seraya mendaratkan bokongnya duduk di atas sofa ruangan Hanif."Pusing? Kepala Lo kambuh lagi?" tanya Hanif hawatir."Ck, bukan!""Lah, terus apa?""Ada sesuatu yang harus kita selidiki. Hampir satu bulan ini, cafe Alara ada masalah. Pemasukan tiba-tiba menurun, padahal pelanggan tetap rame seperti biasa. Udah ada satu orang yang jadi tersangka, tapi dia kabur.""Terus masalahnya apa? Kenapa gak langsung laporin aja tu orang yang ngambil uangnya?"Khafi menatap Hanif dengan tajam. Jika masalahnya hanya itu, mungkin Khafi tidak mungkin menemuinya untuk mengajak Hanif diskusi."Masalahnya, gue yakin pasti ada orang yang ikut campur dan jadi dalan

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   Revisi

    "Siap," sahut Naila langsung menaiki mobil dan duduk di samping Khafi.Khafi melakukan mobilnya dengan kecepatan cepat, namun cenderung lebih lambat. Sambil sesekali melihat ke samping berhadap bisa menemukan istrinya."Bang, kita mau cari mbak Alara kemana?" tanya Naila dengan nada malas."Ke Cafenya," jawab Khafi singkat. Bahkan sejak tadi Khafi tidak mempedulikan ocehan Naila yang membuat telinganya panas.Bagiamana tidak panas, Naila selalu membicarakan keburukan Alara. Kembali memanas-manasi keadaan agar Khafi tidak perlu mencari Alara."Abang, sebenarnya keputusuan Abang itu udah tepat. Abang nyuruh mbak Alara pergi karena itu kesalahan dia sendiri, Abang yakin masih mau memaafkan mbak Alara sedangkan mbak Alara sudah sejauh ini membohongi Abang."Cekiiittt!Dahi Naila terbentur ke atas dashboard, Khafi menatapnya dengan tajam."A-abang kenapa ngerem mendadak sih," Kesal Naila karena Khafi seperti sengaja ngerem mendadak, tapi setelah melihat gelagat Khafi yang sepertinya marah

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   revisi

    Alandra mengecupi seluruh permukaan wajahnya. Memberikan istrinya ketenangan, agar Zaura tak lagi meratapi rasa sakitnya karena perawan ya sudah benar-benar pecah oleh Alandra, suaminya sendiri. Alandra sedikit menyesal karena hal ini ternyata sangat menyakiti istrinya. Tapi, masa iya dia tidak boleh melakukan hubungan suami istri yang justru dia dan istrinya sudah halal. "Berhenti saja hhhm? Aku gak akan melanjutkannya kalau kamu masih merasa sakit," ucap Alandra, dengan membelai wajah istrinya dengan tangannya. "Jangan! Kenapa harus berhenti?" "Kamu kesakitan, aku gak tega lihatnya!" "Sakitnya cuma sebentar mas. Sebentar lagi mungkin hilang, maaf kalau aku begini karena rasanya benar-benar sakit." "Tidak apa-apa. Aku tidak akan melanjutkannya, biar punya kamu membiaskan diri dengan milik aku." Zaura mengangguk, demi mengalihkan perhatian suaminya Zaura memulainya dengan meraih wajah suaminya dan mencium bibir laki-laki itu. Tentu saja Alandra tidak menolak, dia juga membalas l

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   16. Zaura ketakutan

    Alandra tertawa melihat istrinya yang ketakutan Melihat rudal sakti miliknya. Bagaimana jadinya jika Alandra sampai memasukan rudal saktinya ke dalam goa sempit milik istrinya. Pastinya sangat nikmat, dan Alandra semakin tak sabar menunggu waktunya tiba. Tapi Alandra tak ingin melakuaknya secara langsung, laki-laki itu tidak ingin menakut-nakuti Zaura dengan rudal miliknya yang sudah seperti pedang sakti. "Kenapa Hhhm?" Tanya Alandra, seraya menciumi bahu tebuka istrinya. "I-itu apa mas? k-kenapa besar sekali?" "Ini benda yang akan bikin kamu keenakan. Kenapa malah takut Hhm? Ayo pegang," tukas Alandra, kembali menarik tangan istrinya. Zaura kembali menarik tangannya, rasanya dia enggan melihat ke arah rudal suaminya yang sudah mencuat ke atas. Apalagi sampai menyentuhnya, membayangkannya saja Zaura sudah bergidik ngeri. Lagi-lagi Alandra di buat tertawa dengan sikap sikap istrinya. Zaura takut dengan rudal miliknya, dan apakah Alandra akan berhenti saja? Oh tidak, sulit ba

  • Terpaksa Menikah Karena Wasiat Ibu   15. Ular Besar Alandra

    Tidak berhenti di situ, dan Alandra tidak ingin memandanginya saja. Seraya memajukan wajahnya, bibirnya menyentuh puncak kuncup cokelat itu dan menjilatinya pelan. Zaura kembali bergetar. karena Alandra mulai memasukan seluruh permukaan bukit kembar itu ke dalam mulutnya, menyedotnya dengan kuat. seperti bayi yang kehausan. Sementara tangan satunya lagi masih memberikan remasan kecil di bukit satunya lagi. Bagaimana zuara tidak mengenal lagi. sedangkan perbuatan suaminya ini membuatnya tak kuasa untuk sekedar menahan desahannya. Zaura mendongak, menikmati setiap sesapan suaminya. Zaura juga meremas rambut Alandra dan menekannya hingga bukit kembar itu terasa penuh di mulutnya. Usai memberikan rangsangan melalui bukit kembar istrinya. Alandra mencium seluruh permukaan perut Zaura hingga Zaura menggeliat kegelian. Zaura merasa banyak sekali kupu-kupu yang hinggap di perutnya. Rasanya aneh, dan Zaura tidak sabar untuk menantikan kegiatan selanjutnya. "Ssssh, mas!" jerit Zaura,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status