Maaf baru update. beberapa hari ini anakku dan aku sakit.
BAB 172Di saat percintaan terjadi, Citra tidak menolak ketika Dokter Ardian mencumbuinya. Sudah lama ia sangat ingin disentuh. Meskipun hanya dua minggu, tapi rasanya sudah berbulan-bulan lamanya Dokter Ardian tidak tidur dengannya.Dokter Ardian pun semakin bersemangat saat Citra memberikan respons positif pada apa yang dilakukannya. Bahkan Citra lebih agresif dari sebelumnya.“Kamu habis nonton blue film, ya?” tanya Dokter Ardian ketika sudah sama-sama mencapai puncak kepuasan. Dan kini mereka sama-sama berbaring di atas tempat tidur dan di bawah selimut yang sama untuk melepaskan lelah. Keringat membasahi tubuh mereka yang baru saja selesai bertempur.Citra merosot masuk ke dalam selimut tidak mau menampakkan wajahnya pada Dokter Ardian. Ia merasa sangat malu malam ini. Bisa-bisanya dia mengimbangi permainan Dokter Ardian seolah-olah sudah mahir dan minta lebih.“Cit, ngapain sih ngumpet gitu?” ujar Dokter Ardian seraya membuka selimut yang menutupi wajah Citra.“Jangan, Mas! Aku
BAB 173Usai makan dan minum, Citra menatap Dokter Ardian yang juga baru saja menaruh gelas di atas meja setelah menghabiskan minumannya. Ia ingin mengutarakan sesuatu, tapi masih ragu. Ia takut terjadi pertengkaran lagi.“Ada apa?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba. Ia tahu Citra seperti ingin berbicara sesuatu.Citra menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar melalui mulutnya.“Ehm … ehm, anu, Mas, tadi kenapa tidak pakai pengaman dulu?” tanya Citra seraya menatap Dokter Ardian.“Kenapa memangnya? Takut terkena PMS (Penyakit Menular Seksual)?” jawab Dokter Ardian juga dengan menatap Citra.“Bukan … bukan itu maksudku, Mas,” balas Citra dengan menggoyangkan kedua tangan ke kanan dan ke kiri di depan dadanya.“Takut hamil?” tebak Dokter Ardian. Citra menanggapinya dengan anggukan kepala.“Nggak apa-apa. Sudah cukup umur ‘kan? Mau sampai kapan juga kamu menundanya? Di luaran sana, banyak loh orang yang sudah menikah dan pengen punya anak. Kamu kalau dikasih rejeki anak kok
BAB 174Citra menghela napas panjang mendengarnya. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur dan berbaring di samping Dokter Ardian.“Nggak gitu, Mas. Kamu kan tipe laki-laki yang doyan CO. Masa dua minggu nggak nyamperin aku sama sekali, ‘kan aku jadi curiga. Jangan-jangan kamu main sama wanita lain di luaran sana,” balas Citra.“Kamu cemburu, ya?” sahut Dokter Ardian seraya mentoel ujung hidung Citra.“Iya lah. Mas kan suami aku sekarang,” balas Citra sewot.Dokter Ardian tersenyum. “Mana mungkin aku main sama wanita lain. Punya istriku masih rapet kok. Lagian ngapain juga ganti-ganti pasangan? Kan sama aja namanya cari penyakit. Aku kan Dokter SPOG, tahu dong sumber penyakit dan gaya hidup yang bagaimana yang nggak baik. Udah ya, jangan cemburu yang berlebihan lagi. Aku janji akan setia sampai mati,” ujar Dokter Ardian seraya membelai tangan Citra di atas telapak tangannya.“Jangan bilang mati dong, Mas. Memangnya Mas mau ninggalin aku dan Nizam?” sahut Citra tidak suka Dokter Ardian m
BAB 175“Selamat datang ...,” ucap Dokter Ardian menyambut kedatangan Lidia dengan tersenyum ramah.Lidia tersenyum seraya melangkahkan kakinya memasuki pintu gerbang rumah Dokter Ardian. Ini pertama kalinya ia datang ke rumah Dokter Ardian. Ia juga tidak datang sendiri, melainkan mengajak ibunya yang sekaligus ibu kandung Nadia juga.Citra menatap Lidia yang tengah berjalan menuju ke arahnya. Matanya memandang Lidia dengan membulat lebar dan tanpa berkedip. Napasnya pus terlihat memburu.“Cit!” celetuk Dokter Ardian ketika Lidia sudah berada di hadapan Citra.Citra pun menatap Lidia yang sudah berdiri di hadapannya. Ia terus menatap Lidia dengan sangat lekat tanpa berkedip dari ujung kepala hingga ujung kaki.Dokter Ardian mendesah pelan lalu berjalan mendekat ke arah Citra yang sedari tadi tercengang melihat Lidia.“Ini anak saya. Namanya Nizam,” ucap Dokter Ardian seraya mengambil alih Nizam dari gendongan Citra.Citra pun baru tersadar dan terlihat kebingungan setelah Dokter Ardia
BAB 176“Jadi, Anda mengira saya menggoda Papanya Nizam gitu? Terus tidur bersama sampai hamil agar dinikahi, gitu?” celetuk Citra tiba-tiba seraya menatap Bu Farha.“Bukan … bukan seperti itu, tapi … kebanyakan pembantu dan pengasuh kan gitu. Kayak cerita di novel-novel online itu loh, majikan menikahi pembantu atau babysitter anaknya. Apalagi majikannya kaya, siapa yang nggak pengen jadi istrinya, ya ‘kan? Pas banget majikannya duda,” sahut Bu Farha tetap tidak mau kalah.“Saya menikahi Citra karena saya sayang sama dia. Dia tidak menggoda saya. Malah saya yang memaksanya agar mau menikah dengan saya,” sahut Dokter Ardian tiba-tiba.“Syukurlah kalau begitu. Padahal kalau mau, Dokter bisa loh menikahi Lidia. Lidia kan mirip dengan Nadia,” balas Bu Farha.Lidia yang tengah meneguk teh-nya pun menjadi tersedak dan terbatuk-batuk mendengar penuturan Ibunya.“Ibuk!” tegur Lidia dengan mata melotot pada Ibunya.Dada Citra tiba-tiba terasa berat. Ada rasa dongkol di dalam hatinya. Ia pun s
BAB 177Setelah mengemasi barang-barang Nizam, kini Citra mulai berganti pakaian. Ia melepas celananya terlebih dahulu. Kemudian ia melepas beberapa kancing bajunya dan menaikkannya ke atas seperti melepas kaos. Sebelum baju itu sempat lepas dari kepalanya, tiba-tiba ia merasakan ada dua tangan yang merangkul perutnya lalu naik meremas buah dadanya yang masih tertutup bra. Dengan segera Citra memberontak dan melepas baju yang ada di kepalanya.“Mas!” pekik Citra saat mengetahui pelakunya adalah Dokter Ardian. Karena terlalu terburu-buru, ia tidak menyadari kalau Dokter Ardian masuk ke dalam kamarnya.“Apa?” sahut Dokter Ardian lembut. Namun, tangannya tetap bergerilya nakal masuk ke dalam cup bra Citra untuk mencari puncak gunung kembar.“Geli ah!” rengek Citra dengan memberengut.Dokter Ardian tersenyum lalu menarik tangan Citra mendekati tempat tidur. Ia menidurkan Citra di sana dan menindihnya.“Main bentar yuk! Tanggung nih, udah telanjang juga, kan?” ucap Dokter Ardian di hadapan
BAB 178Lima menit kemudian, Dokter Ardian keluar dari dalam kamar mandi sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.“Sudah siap?” tanya Dokter Ardian dengan menatap Citra.“Sudah, Mas,” balas Citra. Ia tidak pernah berdandan yang aneh-aneh. Karena itu tidak butuh waktu lama untuk bersiap-siap.“Bawa juga pakaian, mainan, makanan, dan susu Nizam,” ujar Dokter Ardian.“Loh, kok banyak, Mas?” tanya Citra heran.“Nizam mau aku titipkan di rumah mama. Kita pergi jalan-jalan berdua,” ucap Dokter Ardian dengan tersenyum manis pada Citra.“Ke mana sih, Mas?” tanya Citra terus dengan mengerutkan keningnya.“Loh, tanya lagi. Udah cepetan. Aku tunggu di bawah,” pungkas Dokter Ardian seraya menggendong Nizam.Citra berdecak kesal karena Dokter Ardian tidak menjawab semua pertanyaannya. Ia juga kesal karena Dokter Ardian menaruh handuk basahnya di atas kasur. Namun, ia tetap melakukan apapun yang diperintahkan Dokter Ardian.Tidak berapa lama kemudian Citra menyusul Dokter Ardian yang s
BAB 179 “Mm … mm ….” Citra memberontak dengan memukul dada Dokter Ardian berkali-kali. “Sudah nggak pegal lagi ‘kan?” ucap Dokter Ardian dengan tersenyum dan menatap Citra yang terlihat kesal. “Yuk turun! Udah siang ini,” ajak Dokter Arian seraya bercermin pada kaca spion yang ada di hadapannya. Kemudian ia turun dari mobil meninggalkan Citra yang semakin kesal dibuatnya. Dokter Ardian berjalan menuju sebuah loket untuk membeli tiket. Tidak lama kemudian terlihat Citra turun dari mobil dengan wajah ditekuk. “Cemberut mulu nih,” goda Dokter Ardian setelah Citra berjalan menghampirinya. “Habisnya Mas mesum banget. Padahal dari kemarin sudah dikasih jatah. Masih aja nyosor mulu,” gerutu Citra dengan bibir mengerucut. Dokter Ardian mengelus puncak kepala Citra dengan tersenyum. Kemudian ia menggandeng tangan Citra dan berjalan bersama masuk ke pintu kawasan wisata. Citra menatap tangannya yang sedari tadi digandeng Dokter Ardian. Ia merasa seperti sedang berpacaran saat ini. “Kena