Share

BAB 3

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-31 13:04:14

Kenapa? Itulah pertanyaan yang ada di benakku saat ini. Kenapa harus istriku yang mengalami ini? Aku seorang Dokter Kandungan yang setiap hari memeriksa puluhan orang hamil dan membantu belasan orang melahirkan, tapi kenapa aku tidak bisa menyelamatkan istriku sendiri?

Aku merasa menjadi dokter yang tidak berguna. Percuma aku menjadi Dokter Kandungan kalau tidak bisa menyelamatkan istriku sendiri.

Nasi sudah menjadi bubur. Istriku sudah pergi untuk selama-lamanya. Meskipun aku seorang dokter, tetap saja aku tidak bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah mengikhlaskannya agar dia tenang di alam sana.

ā€˜Maafkan aku, Sayang,’ gumamku dalam hati sambil menatap wajah istriku yang semakin pucat.

Pergantian shift pun berlalu. Aku masih termenung meratapi kepergian istriku. Rasanya aku masih belum percaya ia pergi secepat ini. Biasanya ia akan tersenyum hangat padaku ketika aku pulang dari rumah sakit. Kini ia sudah pergi untuk selamanya.

Aku pun merasa haus karena sedari tadi belum minum atau makan apa pun. Kulihat semua orang tengah sibuk mengurus jenazah istriku. Hingga akhirnya tatapanku tertuju pada seorang bidan muda sedang menulis laporan. Aku pun menghampirinya dan menepuk bahunya.

ā€œA-ada yang bisa saya bantu, Dok?ā€ tanyanya padaku. Tampak sekali kalau ia sangat terkejut.

ā€œTolong belikan saya teh hangat di kantin!ā€ pintaku dengan lirih seraya menyerahkan uang dua puluh ribu padanya. Gadis itu pun setuju dan pergi ke kantin.

Tidak berapa lama kemudian gadis itu kembali dari kantin. ā€œIni pesanannya, Dok,ā€ katanya seraya menaruh nampan berisi satu gelas teh dan beberapa roti di atas meja yang ada di depanku.

ā€œAku tidak memesan roti,ā€ ujarku ketika melihat roti di samping teh itu. Karena sudah merasa sangat haus, aku pun meraih gelas berisi teh hangat itu dan meminumnya.

ā€œIya saya tahu, Dok, tapi Dokter juga harus makan. Anak Dokter membutuhkan Papanya. Jadi, Dokter juga harus punya tenaga untuk merawat dan menjaganya,ā€ tuturnya padaku.

Aku pun menatapnya. Aku bisa melihat ketulusannya. ā€œTerima kasih,ā€ ucapku padanya kemudian.

ā€œSama-sama, Dok. Kalau begitu saya permisi,ā€ pamitnya.

ā€œTunggu!ā€ ujarku tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.

Gadis itu pun berbalik dan menatapku. ā€œIya, Dok!ā€ sahutnya.

ā€œIkut saya ke ruang Perinatologi!ā€ ajakku. Tiba-tiba aku ingin melihat anakku dan mengajak gadis itu.

Sesampainya di ruang Perinatalogi, aku mencuci tangan di wastafel sebelum menyentuh anakku.

Setelah mencuci tangan, aku mendekati ranjang di mana anakku berada. Aku menatapnya lalu mengangkat tubuhnya dan mendekapnya di dadaku. Dia sangat tampan. Andai istriku masih hidup, mungkin ia akan sangat bahagia saat ini. Lagi-lagi dadaku terasa sesak saat mengingat almarhumah istriku yang baru saja meninggal dunia beberapa jam yang lalu. Air mataku pun tak bisa terbendung lagi.

Setelah menidurkan bayiku dan mengusap air mataku, aku pun menatap gadis itu. Tiba-tiba terbesit di pikiranku meminta gadis itu untuk menjadi pengasuh anakku.

Untungnya dia langsung setuju setelah aku menawarkan gaji yang lebih besar dari gajinya di rumah sakit. Bagaimana pun aku harus tetap bekerja untuk menghidupi dan membahagiakan anakku. Karena istriku sudah tiada, mau tidak mau aku harus memperkerjakan seorang pengasuh. Aku rasa dia orang yang tepat karena terlihat belum menikah. Jadi ia bisa fokus mengurus anakku tanpa harus mengurus suami dan anaknya di rumah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Yah elah dia jg kotor lg keles hbs nyetir
goodnovel comment avatar
dwi nurhayati
mb sifa ngikut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.ā€œKenapa?ā€ tanya Dokter Ardian.ā€œDia menendang, Mas,ā€ jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.ā€œAaaahhh, Mas! Sakit!ā€ ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.ā€œApa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.ā€œKenapa kamu tidak menikah lagi?ā€ celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.ā€œKenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?ā€ tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.ā€œAku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,ā€ jawab Dokter Ardian.ā€œBagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,ā€ ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 218

    BAB 218ā€œKamu kerja?ā€ tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. ā€œIya, Mas,ā€ jawab Citra.ā€œKalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?ā€ imbuh Citra lagi.ā€œMaaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,ā€ ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.ā€œKenapa?ā€ tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.ā€œCukur dulu berewoknya, Mas,ā€ gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 217

    BAB 217ā€œKata Mama, Papa sudah di surga,ā€ sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.ā€œMungkin maksud Mama calon Papa, Kak,ā€ sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.ā€œTuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,ā€ gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.ā€œNggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!ā€ ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.ā€˜Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.ā€œMama!ā€ seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.ā€œBagaimana sekolahnya hari ini? Seru?ā€ tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.ā€œSeru… sekali, Ma!ā€ balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.ā€œKalau Arman?ā€ tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, ā€œSebel ah,

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ā€˜Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. ā€œCit,ā€ panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.ā€œMas …, aku rindu,ā€ lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.ā€œAndai waktu bisa diulang, aku akan bilang ā€˜I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ā€˜Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,ā€ ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah LagiĀ Ā Ā BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.ā€œCit,ā€ ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.ā€œIbuk,ā€ balas Citra lirih.ā€œMau minum?ā€ Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status