Pagi di Nice datang perlahan. Langit kelabu masih menyelimuti pantai, namun aroma laut kini terasa lebih tenang. Aku berdiri di balkon tempat Verena semalam menyerah, memandangi horizon yang dipenuhi cahaya lembut. Udara dingin menyapa wajahku, namun tidak mampu membekukan perasaan hangat yang mengendap dalam dada.
Untuk pertama kalinya sejak lama, aku bisa bernapas tanpa dihantui bayangan masa lalu.
Verena Callisto telah ditangkap.
Dion Castel—yang semalam sempat mengacungkan pistol ke arahku—kini terbaring di ruang tahanan bawah markas. Ia tertembak di bahu oleh Vincent ketika mencoba kabur melalui jalur belakang villa. Luka itu cukup untuk melumpuhkannya, tapi tak sampai membunuhnya.
Aku menoleh saat langkah kaki ringan datang dari arah belakang.
Clara muncul dengan dua cangkir kopi. “Kau tidak tidur?”
Aku menggeleng. “Terlalu banyak yang kupikirkan.”
Ia menyerahkan satu cangkir padaku dan berdir
Langit Prancis tampak mendung ketika pesawat jet hitam yang membawa kami meninggalkan Nice. Di dalam kabin, suasana hening namun tegang. Meskipun Verena, Dion Castel, Rafael Vega, dan Max Hayes telah ditangkap, kami tahu satu hal: perang belum benar-benar berakhir.Aku duduk di sebelah jendela, memandangi awan kelabu yang berarak pelan. Di seberang lorong, Grayson duduk dengan wajah datar, jari-jarinya mengetuk-ngetuk sandaran kursi dengan gelisah yang ia sembunyikan rapi. Di belakang kami, Clara dan Vincent berdiskusi pelan tentang rotasi pengamanan ketika kami mendarat nanti.Tapi firasatku buruk. Sesuatu terasa tidak beres.Dan seperti menjawab pikiranku, tak lama setelah kami mendarat di landasan pribadi milik keluarga Blake, sebuah ledakan terdengar di ujung hanggar. Tanah bergetar. Teriakan terdengar. Suara senjata.“Ambush!” teriak Vincent.Aku segera merunduk, menarik pistol kecil yang selalu kusimpan di dalam jaket. Grayson lan
Pagi di Nice datang perlahan. Langit kelabu masih menyelimuti pantai, namun aroma laut kini terasa lebih tenang. Aku berdiri di balkon tempat Verena semalam menyerah, memandangi horizon yang dipenuhi cahaya lembut. Udara dingin menyapa wajahku, namun tidak mampu membekukan perasaan hangat yang mengendap dalam dada.Untuk pertama kalinya sejak lama, aku bisa bernapas tanpa dihantui bayangan masa lalu.Verena Callisto telah ditangkap.Dion Castel—yang semalam sempat mengacungkan pistol ke arahku—kini terbaring di ruang tahanan bawah markas. Ia tertembak di bahu oleh Vincent ketika mencoba kabur melalui jalur belakang villa. Luka itu cukup untuk melumpuhkannya, tapi tak sampai membunuhnya.Aku menoleh saat langkah kaki ringan datang dari arah belakang.Clara muncul dengan dua cangkir kopi. “Kau tidak tidur?”Aku menggeleng. “Terlalu banyak yang kupikirkan.”Ia menyerahkan satu cangkir padaku dan berdir
Langit Nice menjelang senja dilapisi rona keemasan, tapi keindahan itu tak menyentuh pikiranku. Di dalam mobil hitam yang melaju cepat di sepanjang jalur pesisir Prancis Selatan, aku duduk di kursi belakang bersama Clara dan Vincent. Grayson memimpin di mobil terpisah, bersama Damien dan tiga anggota elitnya.“Kita masuk dari dua sisi,” ujar Clara sambil membuka peta digital. “Tim Grayson akan menyusup dari sisi utara bangunan utama. Kita dari sisi timur, melewati terowongan bawah tanah yang dulu dipakai sebagai jalur pelarian oleh Lucien Moretti.”“Pengamanan Verena pasti diperketat setelah Max ditangkap,” gumam Vincent. “Tapi dia tak tahu bahwa kita sudah mengantongi semua informasi logistik dan kelemahannya.”Aku menatap peta dan titik-titik merah di sekeliling villa Verena. “Kalau semua sesuai rencana, kita akan masuk dalam waktu tujuh menit.”Keringat dingin mulai muncul di telapak tanganku.
Villa itu berdiri megah di lereng utara Roma, dikelilingi pagar tinggi dan deretan pohon cemara tua. Malam mulai semakin gelap, namun udara sudah dingin dan menusuk, menyelimuti area dengan suasana misterius. Lampu-lampu taman menyala redup, seakan menyembunyikan apa yang terjadi di dalam.Aku berdiri di seberang jalan, mengenakan jaket hitam dengan hoodie yang menutupi sebagian wajahku. Di tanganku, senjata tersembunyi di balik lapisan dalam jaket. Bukan hanya untuk perlindungan—malam ini aku datang dengan tujuan yang tak bisa lagi ditunda.Clara dan Vincent berada dalam radius pengawasan. Mereka tak jauh, namun cukup tersembunyi agar tak mencolok. Clara telah menyusupkan chip pelacak ke salah satu mobil Max Hayes sore tadi. Sekarang, aku hanya menunggu waktu yang tepat.Pukul delapan lewat lima menit, dua mobil hitam berhenti di pelataran villa. Dari jendela belakang, aku melihat Max turun. Rambutnya masih kelabu, jas hitam mahal tersemat rapi, dan langk
Aku menarik kabel USB dari server dengan hati-hati. Layar menunjukkan proses 100%. Data berhasil diunduh. Napasku tertahan, lalu kulepaskan perlahan. Grayson masih berjaga di dekat pintu, tubuhnya tegap, matanya mengamati tiap suara dari balik lorong.“Berhasil,” bisikku sambil menggenggam erat alat kecil itu. Data ini... adalah kunci untuk menjatuhkan Verena.“Bagus. Kita keluar sekarang,” sahut Grayson.Langkah kami cepat, menyusuri tangga darurat menuju basement. Clara dan Vincent sudah menyusun jalur kabur—mobil hitam tanpa tanda, menunggu di sisi belakang gedung.Tapi kami tidak sempat mencapai pintu. Dua pria bersenjata muncul dari balik lorong. Wajah mereka tertutup masker taktis.“Menyerah atau mati,” salah satu dari mereka mengancam, pistol teracung.Tanpa menunggu aba-aba, Grayson menembak lebih dulu. Peluru pertama melesat ke bahu salah satu pria bertopeng. Yang satu lagi mencoba membalas,
Pagi di Palermo kembali redup, tapi tidak untuk kami. Setelah penyusupan sukses ke Marseille dan data keuangan Verena berhasil kami kantongi, hari ini adalah awal dari fase baru. Serangan balasan.Aku berdiri di ruang pertemuan utama vila, masih mengenakan pakaian serba hitam dari misi semalam. Vincent dan Damien sudah lebih dulu hadir. Clara memproyeksikan data dari hard disk yang kami curi ke layar besar."Inilah seluruh jaringan rekening dan operasional Verena," jelas Clara. "Ada total tiga puluh satu akun tersebar di Swiss, Kepulauan Cayman, dan Singapura. Lima belas di antaranya sudah aktif memindahkan dana dalam dua belas jam terakhir sejak kita menyalin data."Grayson berdiri di sampingku, wajahnya tegas namun matanya sesekali melirikku—seperti memastikan aku benar-benar ada di sini dan bukan bayangan mimpi buruknya yang lain.“Berarti Verena tahu kita sudah mengambil sesuatu darinya,” gumamku.Damien mengangguk. “Dia