Share

Bab 2 - Hari Pernikahan

Author: D'Ecklart
last update Last Updated: 2024-05-20 04:18:08

Olivia hanya bisa terduduk pasrah di dalam sebuah kamar tempatnya dikurung. Gadis itu tidak bisa kabur atau pun menghindar lagi sekarang. Pintu kamar itu dikunci dari luar, dan tidak ada jendela sama sekali di kamar itu.

“Ya Tuhan … kenapa jadi begini?” lirihnya pada keheningan.

Ayahnya dengan tega menjadikannya alat pelunas utang, dan Olivia tentu tak punya uang tiga miliar untuk menebusnya.

Tidak ada yang bisa Olivia lakukan lagi selain menunggu dan menerima. Hari ini, ia akan menjadi istri dari pria yang tidak ia ketahui sama sekali seperti apa rupanya.

Meski begitu, Olivia berharap bahwa calon suaminya bukanlah pria seburuk ayahnya. Gadis berusia 25 tahun itu tidak ingin hidup seperti ibunya yang tidak bahagia karena menikah dengan pria kasar seperti ayahnya.

Sejak dulu impiannya adalah memiliki keluarga yang bisa mencintainya sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya. Namun, impian itu tampaknya terlalu muluk.

Para pelayan tiba-tiba datang memasuki kamar Olivia, dan tanpa basa basi mereka dengan segera menyiapkan semua keperluan yang akan Olivia gunakan selama acara pernikahan berlangsung.

"Nyonya, gadis itu ada di dalam kamar ini."

Ucapan itu membuat Olivia menoleh pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Suasana langsung hening dan terasa mencekam, membuat Olivia merasa gugup. Wanita dengan penampilan anggun dan angkuh ini pastilah Nyonya Besar.

“Jadi kau yang akan menjadi menantuku?” tanya Nindi dengan nada sinis. Raut wajahnya tampak jijik melihat Olivia yang tengah dirias.

“Sa-saya Olivia ….”

Nindi berdecak kesal, lalu dengan segera keluar dari kamar itu tanpa membiarkan Olivia berbicara lebih banyak. "Menyedihkan! Aku tidak sudi mengantarmu ke gereja!”

Olivia hanya bisa menunduk dan memandang kepergian Nindi dengan hati terenyuh.

Bagaimana kehidupan pernikahannya nanti … Olivia tidak bisa membayangkannya.

Apa gunanya menikah apabila tak ada yang menerimanya di keluarga ini?

Tak berapa lama kemudian, Olivia sudah siap dengan gaun pengantin berwarna putih. Dandanannya sederhana, tapi gadis itu tampak menawan.

Kini Olivia siap untuk menikah dan diikat dalam janji pernikahan bersama dengan seorang pria yang Olivia ketahui bernama Reagan Raharja itu.

Memasuki mobil sedan hitam yang mewah, Olivia dibawa masuk ke dalam sebuah gereja dengan altar besar. Pendeta sudah berdiri dengan seorang pria berjas hitam dan kemeja putih yang memakai kursi roda berada di depan altar.

Wajah Olivia yang tertutup veil terlihat sangat terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya.

‘Jadi … aku akan menikah dengan seorang pria lumpuh?’ Olivia bertanya dalam hati.

Gadis itu tidak menyangka bahwa pria yang akan menjadi suaminya ternyata lumpuh. Dalam hati Olivia hanya bisa tertawa hambar menertawakan hidupnya yang semakin menyedihkan ini.

Kedua mata Olivia memanas, sekuat tenaga dia berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis. Olivia merasa marah, tapi dia tidak tahu harus marah kepada siapa!

Pada ayahnya yang tega menjualnya? Pada dirinya sendiri yang menyerahkan diri? Atau pada Armand Raharja yang membuat hidupnya menjadi semakin menyedihkan seperti ini?

Olivia menarik napas dalam-dalam, layaknya seorang pengantin wanita pada umumnya, gadis itu berjalan dengan perlahan hingga ia sampai dan berdiri tepat di samping Reagan.

Mata hitam Olivia menatap ke arah Reagan yang menatap ke depan dengan tatapan kosong. Tidak terlihat sama sekali binar kehidupan di dalam mata hitam kelamnya.

‘Selain lumpuh, ternyata dia juga … buta?’

"Baik, karena kedua mempelai sudah hadir, saya akan memulai upacara pernikahannya!"

****

Acara pernikahan yang dilangsungkan sejak pagi tadi berakhir di malam hari. Olivia sudah resmi berstatus sebagai istri dari Reagan Raharja, pewaris sekaligus CEO dari Raharja Group yang ternyata lumpuh dan buta karena mengalami kecelakaan beberapa minggu sebelum hari pernikahannya.

Sepertinya hal ini pula yang membuat tunangannya, Amelia, memilih kabur karena tidak ingin menikah dengan Reagan yang sudah tidak lagi sempurna seperti dulu.

Olivia masuk ke dalam sebuah kamar yang diarahkan oleh seorang pelayan dengan gugup. Kamar itu terlihat sudah dihias sedemikian rupa dengan dekorasi ala pengantin baru.

Gadis itu tidak menyangka akan tiba hari di mana ia resmi menjadi istri dari seseorang, Olivia merasa gelisah. "Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Namun, di tengah kegelisahannya tentang malam pertama yang akan ia lalui, suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan seorang pria berwajah tampan dengan bathrobe yang masih terpasang rapi di tubuh atletisnya.

Tetesan-tetesan air terlihat berjatuhan dari rambut hitam legam milik Reagan membuat Olivia tanpa sadar terpesona akan pemandangan yang terlihat di depannya. Menyadari bahwa ia melakukan hal yang tak pantas, Olivia dengan cepat menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya sendiri. "Reagan?"

Reagan yang buta dengan cepat menoleh ke arah suara, terkejut saat mendengar suara seorang perempuan di dalam kamarnya. "Kau! Apa yang kau lakukan di kamarku?!"

"Maaf Reagan, aku tidak tahu harus tidur di mana dan pelayan mengarahkanku untuk masuk ke kamar ini." jelas Olivia membuat Reagan mengerutkan alisnya tajam tanda bahwa ia sedang kesal.

Memutuskan untuk tidak menjawab Olivia, Reagan mengarahkan kursi rodanya ke sebuah lemari, kedua tangannya mencoba meraba gagang pintu lemari dan membukanya.

Pria tampan itu dengan asal meraih pakaian yang memang sudah ditata sedemikian rupa dalam bentuk satu set agar ia tidak kesusahan untuk mencari satu per satu pakaiannya.

Tanpa memedulikan Olivia yang berada tak jauh darinya, Reagan mulai melepaskan bathrobe yang terpasang di tubuhnya, berniat untuk mengganti pakaiannya.

Olivia yang melihat Reagan merasa ingin membantu, biar bagaimana pun dengan kondisi Reagan yang seperti itu, memakai pakaian adalah hal yang sulit.

Gadis itu dengan cepat berjalan mendekat ke arah Reagan, disentuhnya lengan Reagan yang tidak tertutup sehelai kain pun dengan lembut. "Biarkan aku membantumu."

Reagan yang merasakan hal itu tersentak kaget, dia dengan segera menepis tangan Olivia yang memegang lengannya dengan kasar. "Apa yang kau lakukan?! Beraninya kau menyentuh tubuhku?!"

Olivia yang mendengar itu terkejut, tanpa sadar ia berucap dengan terbata, "A-aku hanya ingin membantumu! Kau terlihat kesusahan memakainya, jadi aku—"

Reagan tersenyum sinis, kedua matanya yang gelap memandang kosong ke arah yang ia yakini tempat Olivia berdiri. "Kau pikir aku akan mempercayaimu?"

Olivia terdiam, tidak tahu bagaimana harus membela diri.

Reagan meletakkan pakaian yang baru saja akan ia pakai itu di atas pangkuannya, lalu mendorong kursi rodanya ke arah pintu kamar. 

Namun, sebelum benar-benar meninggalkan Olivia yang masih terpaku, Reagan berkata dengan nada dingin, "Dengar, Olivia atau siapapun namamu! Sampai kapanpun aku tidak akan menerimamu sebagai istriku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 19 - Luka Yang Membawa Keberuntungan

    Kejadian hampir jatuhnya Reagan ke kolam renang dengan cepat didengar oleh Sophie Raharja, sang Nyonya Besar Raharja itu dengan cepat terbang kembali ke Jakarta, beruntungnya Reagan tidak mengalami luka apa pun. Hanya saja, orang yang menyelamatkannya harus mengalami cedera di kakinya. Karena itu, Sophie ingin berterima kasih dengan benar pada orang yang telah menyelamatkan Reagan, yaitu Olivia.Kepulangan Sophie disambut oleh Bi Ira dan para pelayan lainnya. Bahkan Nindi juga ikut menyambut sang ibu mertua yang sudah cukup lama berada di Jerman untuk menemani sang suami, Hardian."Bagaimana kondisi Reagan setelah insiden itu, Nindi? Apa cucuku baik-baik saja?" tanya Sophie pada Nindi yang kini berada di depannya."Reagan baik-baik saja, ibu. Beruntungnya kursi rodanya tidak menggelincir sampai masuk ke kolam renang." jawab Nindi singkat, wanita paruh baya itu tidak menjelaskan secara detail kejadian tersebut karena ia tidak ingin menceritakan tentang Olivia pada ibu mertuanya.Lagi

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 18 - Sedikit Lebih Baik

    Karena insiden tidak terduga itu, kini perlakuan Reagan terhadap Olivia menjadi sedikit lebih baik. Walaupun tidak sering menemuinya, Reagan menunjukkan sedikit respon baik saat pria itu menjenguknya meski hanya sebentar.Meski cedera pada kakinya membuat Olivia tidak bisa bergerak dengan bebas saat ini, entah kenapa rasa sakit yang ia rasakan pada kakinya itu menghilang ketika ia melihat Reagan datang menjenguknya.Perasaan bahagia justru lebih mendominasi Olivia saat ini, ditatapnya Reagan yang kini duduk di atas kursi rodanya yang berada di samping tempat tidur Olivia. Meski Olivia tahu bahwa Reagan tidak bisa melihatnya, Olivia tetap merasa senang.Kedatangan Reagan seolah-olah menjadi obat tersendiri untuknya yang saat ini hanya bisa berbaring di kasurnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Tanpa sadar seulas senyum terbit di wajah cantik Olivia."Terima kasih karena sudah mau menjengukku, Reagan." ucap Olivia yang akhirnya memecah keheningan di antara mereka.Suasana canggung terlihat

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 17 - Merasa Sedikit Bersalah

    Reagan menarik napas dalam-dalam, setelah satu minggu lebih ia hanya mendekam di dalam kamarnya dan perpustakaan pribadinya, dia akhirnya bisa keluar dan menghirup udara segar.Selama satu minggu ini juga ia akhirnya bisa bebas dari gangguan makhluk bernama Olivia itu, perasaan tenang menyelimuti hatinya. Saat ini ia berada di dekat area kolam renang, menikmati keheningan tanpa suara yang membuatnya merasa nyaman.Reagan tidak mengerti, apa yang membuat gadis itu bersikeras mendekatinya dengan berpura-pura baik padanya? Apa karena ia ingin diakui dan diterima sebagai anggota keluarga Raharja? Atau ia ingin mendapatkan sebagian harta miliknya?Tapi, apa pun itu, Reagan tidak peduli. Pria itu tidak akan membiarkan Olivia berhasil mendapatkan tujuannya. Reagan menggelengkan kepalanya pelan, tidak ingin lagi memikirkan gadis menyebalkan itu saat ini.Mata Reagan yang buta menatap lurus ke depan, sebenarnya ia tengah menunggu kedatangan Elvino yang memang akan memberi laporan padanya. Kare

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 16 - Istri Yang Tidak Diinginkan

    Melihat hubungan Reagan dan Olivia yang semakin memburuk, di dalam kamarnya Nindi sedang tertawa bahagia. Dia merasa tidak perlu harus bersusah payah karena rupanya gadis itu sendirilah yang menghancurkan hubungannya dengan Reagan.Hal ini menjadi kabar baik baginya dan Armand, sudah berhari-hari Nindi melihat Olivia yang kebingungan karena Reagan menghindarinya. Hal itu cukup membuat Nindi merasa puas. Sayangnya, masih jauh sampai ia bisa mengeluarkan Olivia dan memisahkan keduanya sepenuhnya."Kenapa kau tertawa seperti itu, Nindi?" tanya Armand yang baru masuk ke dalam kamarnya menatap kebingungan ke arah istrinya yang tiba-tiba tertawa keras."Kau tahu, Armand? Sepertinya sekarang hubungan Reagan dan Olivia semakin jauh! Reagan terlihat semakin membenci gadis rendahan itu!" jelas Nindi dengan raut yang bahagia.Armand berjalan mendekat ke arah Nindi sembari menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah?""Tentu saja! Apa sekarang kau tidak percaya padaku?" ucap Nindi sembari memandang taja

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 15 - Terasa Semakin Jauh

    Sudah hampir satu minggu sejak pembicaraan terakhir Olivia bersama Reagan, kini Olivia merasa bahwa Reagan sengaja menjauhinya. Pria itu hampir tidak terlihat di sudut mansion mana pun, sepertinya ia berada di dalam kamarnya selama seharian penuh.Olivia bahkan tidak menemukan Reagan di halaman belakang setiap pagi hari seperti biasanya, pria itu bahkan meninggalkan rutinitas paginya hanya untuk menghindar dari Olivia. Reagan bahkan tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali Bi Ira yang memang harus mengantarkan makanan dan obatnya.Olivia menghela napas pelan, saat ini ia duduk di bangku taman yang memang berada di halaman belakang mansion. Kedua tangannya memegang sebuah buku sketsa dan pensil yang memang ia gunakan untuk menggambar.Setelah meminta pada Bi Ira akhirnya Olivia mendapatkan sebuah buku sketsa dan juga alat untuk menggambar seperti pena pan pensil. Gadis berusia 25 tahun itu memang memiliki hobi melukis sejak kecil sama seperti ibunya.Pandangannya terp

  • Terpaksa Menikah dengan CEO Cacat   Bab 14 - Berhenti Berpura-pura!

    Sehari setelahnya, Olivia yang sedang berjalan di area lantai satu mansion tiba-tiba berpapasan dengan Reagan yang sedang melintas di depannya dengan Bi Ira yang mendorong kursi rodanya dari belakang.Sepertinya pria itu berniat untuk menuju ke kamarnya, Olivia yang melihat itu menghentikan langkahnya. Gadis muda itu menelan ludahnya gugup, merasa bingung apakah ia harus menghentikan Reagan untuk menjelaskan semuanya atau membiarkan pria itu pergi begitu saja.Setelah memikirkannya secara singkat, Olivia dengan cepat berbalik dan mengejar Reagan yang sudah melintas cukup jauh di belakangnya bersama dengan Bi Ira. "Reagan, boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tuan Muda?" Bi Ira yang melihat Olivia tengah berusaha mengajak Reagan berbicara hanya terdiam sebelum akhirnya ikut bersuara, merasa kasihan dengan usaha Olivia yang sepertinya tidak dihiraukan ole Reagan.Reagan hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. "Biarkan saja, Bi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status