Ada sedikit rasa takut meninggalkan Nana sendirian setelah mendengar bahwa istri kecilnya itu melihat seorang laki-laki yang mirip Adit. Raven sudah menelpon Miko dan memintanya memastikan bahwa si brengsek itu benar-benar masih di penjara atau tidak. Tapi Miko membutuhkan waktu untuk memastikannya sehingga Raven hanya bisa bersabar saja.
“Nana nggak papa kan mas tinggal sendiri?” Raven memastikan lagi. Siang ini ada meeting lagi yang harus Raven hadiri dan Nana tidak mungkin diajak kesana.
“Nggak papa kok mas, kan ada mbak Lestari sama mbak Yuni. Mas jadi khawatir karena Nana bilang lihat orang mirip mas Adit yah? Mas tenang saja, kayaknya Nana salah lihat soalnya dari kejauhan. Mas nggak usah takut yah, Nana pasti baik-baik aja kok.” Ucap gadis itu dengan senyuman manisnya. Yang tidak pernah membuat Raven bosan walau hanya memandangnya saja. Raven kemudian mendesah dan menarik Nana dalam pelukannya.
“Jangan keluar dari hotel ini y
Raven langsung berlari ke kamarnya meninggalkan meeting ketika Miko memberithaukan bahwa dua hari lalu ternyata Adit kabur dari tahanan. Dan semakin frustasi ketika melihat Lestari dan Yuni tergeletak tidak sadarkan diri dan Nana tidak ada.“Sayang, kamu di dalam?” Raven masih berharap Nana ada di dalam kamar mandi tapi ternyata pintunya tidak terkunci dan yang lebih membuat Raven ingin mengamuk adalah karena laki-laki itu menemukan beberapa alat tes kehamilan menunjukan positif tergeletak di kamar mandi. Lalu dering ponsel Nana di kasur membuat Raven segera keluar dari kamar mandi dan mengangkatnya. Rupanya Anggi yang memanggil.“Hallo Na, gimana hasilnya? Posistif nggak?” ucap Anggi dengan nada penarasan, Raven terduduk di samping tempat tidur dan sebulir air matanya jatuh.“Nana nggak ada mah.” Ucapnya sambil terisak. Pertama kali dalam hidupnya, Raven menangis seperti ini dan dia tunjukkan pada Anggi.“Nggak a
Nana sudah berkeringat dingin ketika Adit memaksanya untuk masuk ke dalam ruamh tua yang begitu menyeramkan. Apalagi melihat senyuman mesum Adit yang ditujukkan padanya. Nana kembali menangis, berharap Raven segera menyelamatkannya dari situasi menyeramkan ini. Nana berjanji akan menjadi istri dan ibu yang patuh jika dia selamat. Nana sangat mencintai Raven dan dia akan mengatakannya berulang kali jika selamat nanti. Kejadian ini membuat Nana sadar bahwa waktu bisa membawa manusia ke dalam situasi apapun tanpa di sangka-sangka. Sehingga ketika Tuhan memberikan waktu pada manusia untuk mencintai dan dicintai, mereka harus bersyukur dan saling membahagiakan.“Sebelum aku menjadikanmu mayat dan membuangku ke lautan, sepertinya akan sedikit menghibur jika aku mencicipi sedikit tubuhmu yang tidak sexy ini.” Ucap Adit. Nana gemetar, dan tidak berani menatap laki-laki jahat itu. Nana memejamkan matanya sambil terus berdoa. Semoga saja tuhan masih berbaik hati untuk mempe
Ketika Nana membuka mata, orang pertama yang dia lihat adalah Raven yang tertidur di sampingnya sambil bertopang pada salah satu tangannya. Terlihat jauh sekali berbeda dari Raven yang biasanya selalu rapih dan wangi. Raven yang Nana lihat sekarang rambutnya kusut, ada kantung mata yang terlihat jelas dan wajahnya tampak lelah. Tapi hati Nana menghangat menyadari bahwa salah satu tangan Raven menggenggam tangannya erat.Sebutir air mata jatuh di pipi Nana, gadis itu masih ketakutan jika mengingat kejadian kemarin. Nana kemudian meraba perutnya yang memang masih rata sambil terisak. Pergerakannya di rasakan oleh Raven sehingga laki-laki itu membuka matanya dan tersenyum lega melihat istri kecilnya sudah sadar.Raven mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipi Nana kemudian mengecup bibirnya tanpa bicara apapun. Lalu setelahnya dia memeluk Nana masih tanpa suara membuat Nana menyadari apa yang sebenarnya terlah terjadi. Nana kembali terisak dan menangis semaki
Tidak ada kehilangan yang mudah, terutama bagi Nana yang masih terlalu muda. Diasanlah peran Raven dibutuhkan. Nana masih terus menangis bahkan dalam tidurnya. Tapi Raven selalu berada disampingnya, menggenggam tangannya dan membisikkan kata cinta sebagai pengingat bahwa Nana tidak pernah sendirian menghadapi semua itu.Hari ini sudah hari ke empat Nana di rawat. Raven menitipkannya pada Anggi sebentar karena masih ada sisa masalah yang harus dia selesaikan. Adit memang berhasil tertangkap dan Raka menyewa banyak pengacara untuk memastikan laki-laki itu membusuk di penjara. Bahkan Raka sempat memukulinya sampai babak belur ketika dia datang ke kantor polisi. Tentunya tidak ada satupun Polisi yang keberatan dengan apa yang Raka lakukan.Tapi rupanya Siska berhasil kabur dan Raven bertekad bahwa dia tidak akan pernah membiarkan wanita itu lolos. Ketika Raven menginjakkan kakinya di hotel setelah semua yang terjadi, semua orang menunduk hormat dan sedikit takut merasakan
Dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, beberapa kali Raven menitikkan air matanya. Menangis dalam diam karena sesungguhnya dia juga sangat terluka. Belum lagi mengingat seberapa terpuruknya Nana atas kehilangan ini. Menambah rasa sakitnya yang memang sudah menggunung.“Tolong ke toko bunga dulu.” Ucap Raven yang diangguki oleh supirnya. Dan ketika sampai disana, Raven membeli buket bunga Anyelir merah yang cantik dan masuk kembali ke dalam mobilnya. “Kita ke Vila!” Perintah Raven lagi. Sang sopir mengangguk.Raven memang memilih untuk memakamkan calon bayinya itu di halaman belakang Vila yang dibeli olehnya untuk berduaan dengan Nana. Disana ada taman bunga yang indah impian Nana. Dan sekarang taman bunga itu Raven harapkan bisa menjadi taman bermain untuk anaknya dalam keabadian.Raven sendiri belum berani mengatakan mengenai pemakaman ini. Raven masih berusaha menjauhkan topik tentang anak dari Nana. Berharap emosi Nana tenang dulu, baru
Melangkah kembali setelah kehilangan yang menyakitkan itu tidak mudah. Tiga bulan bahkan sudah berlalu tapi Nana kadang masih menangis jika mengingatnya. Untung saja Nana memiliki Raven di sampingnya yang walaupun Nana tahu dia juga terluka, tapi selalu berusaha untuk kuat dan terlihat tegar di hadapan Nana. Membuat Nana mulai berpikir bahwa dia juga harus menjadi wanita yang kuat dan pintar agar bisa terus berdiri tegak di samping laki-laki hebat seperti Raven.Pagi ini Nana sudah rapi dan wangi. Tapi dia juga sudah tiga kali berganti baju karena Raven terus mengomentarinya dan menyuruhnya berganti. Akhirnya di putuskan Nana menggunakan kemeja warna pastel dan celana bahan warna hitam. Tapi dimata Raven itu masih terlalu cantik dan membuatnya kesal.“Wahhh menantu mama cantik banget mau kuliah.” Anggi langsung memeluk Nana dengan suka cita. Tapi matanya melirik wajah Raven yang sudah di tekuk sejak pertama muncul.“Nana deg-degan, doakan yah m
Hari pertama di kampus, membuat Nana banyak berpikir. Kehidupan di kampus ternyata sangat berbeda dengan ketika dia masih di SMA. Semuanya harus di lakukan mandiri tidak bisa bergantung pada pengajar lagi. Papa Raka ternyata benar, Nana harus memiliki banyak teman untuk ini, tapi Nana juga jadi bingung karena mas Ravennya melarangnya memiliki banyak teman.Belum ada hal serius ketika kelas pertama, anak-anak hanya melakukan pemilihan kapten dan kepengurusan kelas selama semester satu. Sebab semester ini masih masuk dalam paket SKS yang kelasnya tidak akan di rubah hingga semester ganjil berikutnya.Seperti biasanya, Nana cenderung pasif, tidak banyak bicara dan berkomentar. Tapi parasnya yang cantik dan imut lumayan menjadi pusat perhatian. Beberapa laki-laki di dalam kelas mulai meliriknya tapi Nana tidak begitu sadar.Menurut Laras, Nana memang kurang peka mendekati bodoh sehingga tidak begitu paham maksud beberapa laki-laki mengajaknya berkenalan. Laras sendi
Raven makin uring-uringan karena memakai baju apapun Nana terlihat begitu cantik. Bahkan memakai kemeja kebesaran dan celana jins saja Nana malah terlihat seperti artis Korea. Sudah seminggu istrinya itu kuliah dan setiap hari selalu terjadi perdebatan mengenai pemilihan baju.Anggi tersenyum geli melihat putranya mulai terusik karena tidak mau membagikan kecantikan istrinya itu. “Udah dong Ven, Nana itu anak yang baik. Dia nggak mungkin macam-macam di kampus. Kamu tuh jangan cemburuan kelewatan gitu dong.” Tegur Anggi di ruang keluarga. Hari ini Raven libur ke kantor tapi Nana harus tetap kulian. Raven hanya ada meeting saja nanti siang sambil menjemput Nana pulang kuliah.“Mama nggak tahu aja sih, baru hari pertama aja udah ada cowok yang nempel. Raven pengen ajakin ribut jadinya.” Jawab Raven kesal. Anggi malah ketawa.“Ya kan Nana memang cantik, wajar saja kalau ada cowok yang deketin. Yang penting kan Nana tidak merespon Ven. M