Share

Terpaksa Menikah karena Wasiat
Terpaksa Menikah karena Wasiat
Penulis: KIKHAN

Nikah Sama Dia?!

Hidup sebagai penulis novel membuat Mila Atania menghabiskan waktu lebih banyak untuk menghalu demi kelanjutan alur novel daripada alur hidupnya. Pekerjaannya hanya rebahan sambil merangkai kata, itu saja bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit.

Kebanyakan genre novelnya adalah romansa CEO. Terakhir ia menamatkan novel berjudul “Love My Poor Woman” dengan meraih hingga 80 juta rupiah.

Tahu apa yang dibeli dengan uang segitu? Ya, benar. Tidak dibelikan apapun selain kuota, beras, listrik dan air, juga kebutuhan bulanan lainnya. Kalau sisa? Ia tabung.

Sekarang ini Mila tidak tahu Tuhan sedang merencanaka kejutan apa untuknya. Fila, bundanya menerima tamu yang tidak lain adalah rekan papa yang bernama Meida. Ia disuruh membuatkan dua cangkir teh panas, jadi otomatis pergi ke Dapur. Bakat mengupingnya dari kecil mendadak muncul, sambil menunggu teh menjadi hangat, ia bersembunyi di balik dinding pembatas antara dapur dan ruang tamu. Walaupun jaraknya lumayan jauh, percayalah, telinganya tidak akan salah dengar.

“Diaz belum datang, sebentar lagi kayaknya, bilangnya sih lagi di jalan.” Meida bicara pada Fila dengan senyum merekah.

“Mila kaget gak ya kalau tau mau dijodohin?”

WHAT THE—

APA?!

“Gue dijodohin? Sama siapa!?” batinnya teriak disusul jantungnya berpacu cepat.

Omong-omong, ia tidak salah dengar, kan? Apa telinganya sudah error?

“Pasti kaget, Mbak. Anak segitu mana mungkin gak kaget kalo tau dijodohin...” Meida menjawab pertanyaan Fila yang tadi.

“Gak, gak. Gue gak mau dijodohin begini.” Nasib para wanita di novelnya sangat tidak beruntung karena dijodohkan dengan pria yang tidak dicintai. Mulai dari diabaikan, diselingkuhi, bahkan dipoligami. Atau paling parah... disiksa sampai mati.

TIDAK! Mila harus mengambil tindakan.

Saraf otaknya mulai bekerja keras untuk berpikir bagaimana caranya menolak perjodohan ini.

“Diaz katanya mau dicariin pasangan aja, dia gak mau cari sendiri. Katanya takut gak dapet restu.”

Mila melotot terkejut lagi. "Ohh, jadi pria itu yang meminta dicarikan pasangan ... mana Tante Meida membujuk bundanya lagi," batinnya.

Ide cemerlang muncul. Saat situasi seperti ini otak Mila memang tidak mengecewakan.

“Gue kabur, pura-pura sakit parah. Gue harus minta tolong Stephen,” batinnya mendekati jendela dan membuka kuncinya. Kakinya sudah berhasil naik ke jendela, tinggal melompat saja maka rencana pertama berhasil.

HAP

Setelah kakinya menapak di tanah. Mila segera menghubungi Stephen, sahabat baiknya untuk membahas dunia halu. Ia mengendap-endap keluar rumah sambil menunggu Stephen menjawab teleponnya.

“Halo, Phen. Lo bisa ke depan komplek rumah gue, gak? Urgent nih, ntar gue kasih fee deh.”

Sedikit lagi Mila sampai ke depan pagar rumahnya. YES!

“Gue mau pura-pura penyakitan, gak ada cara lain. Masa gue mau dijo—“

DUG

Mila terhuyung ke belakang sampai bokongnya mencium lantai, ia meringis pelan supaya tidak ketahuan minggat karena wajahnya menabrak sesuatu yang keras.

“Kamu ngapain?”

Mila berhenti mengusap bokongnya. Jadi dia bukan menabrak tembok? Lalu apa dan siapa yang ada di depannya? Ia melihat kaki seorang pria, matanya bergerak ke atas, wajahnya mendongak.

Ia beringsut mundur lagi setelah melihat sosok pria berpakaian formal, kulit putih, dan bermata besar sedang menatapnya bingung. Mila langsung berdiri dan memohon-mohon. “Jangan kasih tau siapa-siapa ya, Om. Saya mau kabur, saya gak mau dijodohin.” 

“Dijodohin?” ulangnya.

Mila berdecak. “Jangan keras-keras ngomongnya.” Ia mendekat untuk membisikkan sesuatu dekat telinganya. “Saya takut dianiaya kalo dijodohin. Permisi, Om.”

Pria yang dipanggil “Om” tadi menarik ujung baju Mila, mencegahnya pergi. “Mau kemana?”

“Hah?” beonya sambil balik badan lagi. Wajahnya sudah seperti menunggu uang cair di awal bulan, nelangsa. “Saya mau pergi. Om jangan ngadu ke Bunda.”

“Kamu gak mau tau saya siapa?” tanyanya melepaskan Mila.

“Ya siapa lagi, pasti temen kerjanya Bunda kan. Udah, jangan ngajak ngobrol terus, nanti saya gagal kabur.”

“Saya bantu telepon teman kamu, coba siniin HP-nya.”

“Serius?” Mila sudah berbilangsung memberikan ponselnya agar dibantu kabur dari rumah.

Pria itu menghubungi seseorang dan mulai bicara. “Ini saya Diaz, teman kamu yang bernama Mila ada di depan rumah sekarang. Katanya mau kabur, jadi segera dijemput ya, kasihan.” Selesai bicara dia berikan lagi ponselnya pada Mila. “Tunggu aja sebentar lagi, gak ada dua menit kamu dijemput.”

“Hah?” 

CKLEK

“Eh Diaz ... kapan sampai sini?” 

Bundanya membuka pintu lalu menyambut pria yang barusan bilang akan membantunya. Merasa ada kejanggalan, Mila langsung mengecek riwayat panggilan di ponselnya dan melotot sempurna. Nama “Bundaku Sayang” berada di urutan paling atas dengan durasi panggilan 10 detik.

“Baru aja, Tante.” Pria yang diketahui bernama Diaz menyalami Fila dengan santun. Dia turut menyalami Meida yang merupakan Ibunya.

Mila dibohongi.

Fila mencubit pelan lengan Mila karena coba-coba kabur dari rumah. Pantas saja disuruh bikin teh tapi gak sampai-sampai, ternyata oh ternyata ada kesempatan di balik kesempitan.

“Mila. Kenalin ini anaknya Tante Meida, Diaz.” Fila menyuruh Mila untuk menyapa Diaz.

Diaz inisiatif menyapa Mila dahulu dengan mengulurkan tangan. “Diaz Prayoga,” katanya memperkenalkan diri. “Maaf tadi—“

Mila menepis tangan Diaz cukup kasar sampai Fila memekik terkejut.

“Mila. Gak boleh gitu,” tegur Fila.

“Gue gak suka dibohongin,” ucap Mila untuk Diaz.

Diaz menurunkan tangannya dan menenangkan Meida dan Fila karena respon Mila yang cukup kasar.

“Salah Diaz tadi bohong. Iya, saya salah. Saya minta maaf.”

“Ayo masuk du—“

“Gak perlu masuk, Bun.” Mila menghentikan Fila yang terlalu beramah tamah pada mereka. “Mila gak mau dijodohin begini. Bunda gak mikirin perasaan aku?”

Meida memegangi sebelah lengan anaknya. Diaz juga membisiki bahwa dia tidak apa-apa, menerima sikap Mila yang masih terkejut.

“Papa minta Bunda menikahkan kamu dengan Diaz, kebetulan Diaz juga lagi cari pasangan. Kamu jangan begini, Mila.” Fila menjelaskan kenapa tiba-tiba ada perjodohan.

“Bunda. Apapun alasannya, Mila gak mau nerima ini. Mila belum mau nikah, apalagi sama Om-om!” ketusnya lalu pergi meninggalkan mereka bersamaan dengan jatuhnya air mata karena kecewa.

Fila hendak mengejar anaknya namun dicegah Diaz. “Ini salah saya, dia marah karena itu.” Dia pergi masuk setelah dipersilahkan Fila.

Kalau begini, keputusan untuk pergi adalah solusi yang baik. Lebih baik ia pergi dari rumah dan mencoba hidup sendiri daripada dijodohkan dengan orang yang sama sekali tidak ia cintai.

“Kamu mau pergi lagi?”

Mila mendengus, melihat Diaz berdiri di depan kamarnya tanpa menjawab pertanyaan pria itu.

“Gimana sama Tante Fila? Kamu mau ninggalin orang yang udah melahirkan kamu?”

Lalu dia pikir, dia siapa sampai bisa masuk ke keluarganya? Tidak tahan lagi, Mila menghampirinya dan bilang, “Lo cari cewek lain, asal jangan gue.”

“Om Raffa mengamanahkan saya untuk jaga kamu, selamanya. Saya cari pasangan, itu kebetulan.”

“Gue gak mau.”

“Saya juga,” balas Diaz. “Tapi ini bukan karena perasaan kita, tapi perasaan mereka yang punya hutang budi sama almarhum ayah kita yang meninggal kecelakaan 3 bulan yang lalu,” lanjutnya dengan pelan namun jelas.

“Lo terima keputusan mereka?” tanya Mila dengan mata berkaca-kaca dan menahan isakan.

“Gak ada pilihan lain. Kalau ada, saya dianggap durhaka.”

“Keluar.” Mila mengusir Diaz dari rumahnya.

“Saya akan bilang ke mereka kamu butuh waktu,” kata Diaz sebelum pergi.

Mila langsung menutup pintu kamarnya dan menangis sekeras mungkin. Apa Raffa tidak berpikir panjang sebelum menjodohkannya?

Diaz keluar dan mengatakan pada mereka kalau Mila butuh waktu untuk berpikir. Fila sedikit lega, ia pikir daripada Mila menolak, lebih baik waktu diulur sebentar mengurangi keterkejutan anaknya.

“Makasih ya, Diaz.” Fila beruntung Diaz bisa negosiasi dengan anaknya yang keras kepala.

“Kami permisi dulu.” Diaz menyalami tangan Fila dan mengantar Meida masuk mobil. Di perjalanan, Meida sempat bicara atas sikap Mila pada Diaz.

“Sebenarnya Mila anak baik,” ungkap Meida langsung di depan anaknya.

“Diaz tau.”

Meida tersenyum. “Jaga Mila, dia amanah dari Papa.”

“Pasti.”

Yang Diaz takutkan, Mila setuju karena terpaksa. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status