Share

Terpaksa Menikah
Terpaksa Menikah
Penulis: Yunita Cihuy

Terpaksa Menikah

"ANAYA!!" Suara Sean memekik begitu keras.

Pria berusia 60 tahun itu berusaha mengatur napas dan emosinya yang siap ditumpahkan. Bagaimana tidak, saat dirinya masuk ke apartemen yang tidak terkunci akibat terganjal stiletto, dirinya melihat pemandangan kurang pantas antara anak gadisnya dengan seorang pria single.

"Aya bangun kamu!" ulang Sean murka, seketika Anaya dan dan Mike membuka mata. Mengumpulkan nyawa sebentar, namun detik kemudian ….

"Akhhh!!" jerit Anaya, barengan dengan Mike.

Mike menyilangkan tangan pada dadanya dan Anaya menarik kain putih untuk menutup tubuhnya, hingga batas dada. Bahkan Mike dibuat bingung kenapa bisa dia tidur bersama Anaya.

Sontak pria ini memijat kepalanya tanpa peduli ada pria yang saat ini tengah berdiri di depan kasur. Namun, berbeda dengan Anaya dirinya telah takut melihat keberadaan Sean.

"Papi," ucap Anaya. Bahkan jantung telah berdebar lebih kencang, melihat Sean dengan wajah tak ramah.

Mike melihat pada pria yang dikenal sebagai orang tua Anaya, rekan kerjanya. Lalu dia melihat pada Anaya masih mencerna dan berpikir apa yang terjadi. Sehingga sampai tidur bersama Anaya, hingga ada Sean di kamarnya.

"Apa kamu perkosa aku, Ay?" tanya Mike dengan jari telunjuk menunjuk Anaya dan wanita polos ini membulatkan mata. Bagaimana mungkin, dia memperkosa seorang pria. Namun, Anaya memilih tidak melayani ucapan Mike, karena ada yang lebih serius dari sekedar memperdebatkan siapa yang memperkosa yaitu orang tuanya.

"Aya pakai pakaian kamu!" titah Sean. Lalu Anaya memungut pakaiannya yang ada di lantai dan memakainya kembali di atas tempat tidur. Sedangkan Sean dan Mike saling pandang.

Setelah Anaya memakai pakaiannya kembali dia turun dari kasur dan mendekati Sean yang kini duduk di sofa depan kasur dengan tatapan penuh selidik. Begitu juga Mike memakai pakaian dirinya yang dia ambil dari lemari dan duduk di samping Anaya berhadapan dengan Sean.

"Apa yang kalian lakukan tadi malam?" Sean mulai membuka suara yang sedari tadi diam di depan dua manusia yang kini dia dapati satu tempat tidur tanpa pakaian luar, hanya pakaian dalam saja.

"Ay-aya, nggak sengaja tertidur Pi ... Tapi tidak melakukan apapun, sumpah. Untuk apa Aya berbohong pada Papi?" jelas Anaya dengan mata mulai mengumpul cairan bening dan siap tumpah. Namun, belum lagi tangan gemetar saat ini.

"Benar apa kata Aya ... Kami tidak melakukan apapun. Saya sendiri tidak ingat apapun," ujar Mike, menambahkan penjelasan yang mana harapannya Sean percaya.

"Karena kamu mabuk, saya bisa mencium bau alkohol dari mulutmu!" sela Sean, murka pada Mike. Bahkan wajah pria ini tidak ada ramahnya.

"Tapi saya ingat jika Aya, hanya menemani untuk menjadi teman curhat, kita tidak melakukan apapun, ini salah paham," jelas Mike kembali menepis dan menjelaskan apa yang dia rasakan. Namun, Sean diam menatap Mike dan Anaya penuh rencana yang kini dia pikirkan.

"Lalu bagaimana kalian tanpa pakaian?" Sean menegakkan duduknya menatap Anaya dan pria ini. Sontak Anaya melihat tubuhnya bahkan mata Mike fokus pada tubuh Anaya.

"I -Itu … Ka-Karena," jawab Anaya gugup. Bahkan tangan gemetar, melihat tatapan Sean sangat membuat dia takut sekilas, Anaya melihat Mike yang kini menunduk.

"Anaya!" pekik Sean, membuat wanita ini tersentak lalu kembali melihat pada Sean.

"Jawab yang jelas," pinta Sean semakin membuat sang anak berdebar jantungnya. Bahkan telapak tangan telah basah dan keringat telah mengumpul pada kening.

Sejujurnya Anaya tidak mengingat jelas kejadian semalam. Sampai dirinya melihat ada bekas muntahan pada bajunya.

"I-Itu ka- karena dia muntahin baju Aya. Lihatlah ini kotor!" Anaya menunjukan baju dirinya yang kini kotor dan Mike, melihat itu sontak menjambak rambutnya. Kenapa bisa dia muntahin pakaian Anaya, hingga kini yang ada malah orang tua Anaya berpikir yang tidak-tidak.

Sean diam melihat keduanya yang kini saling meyakinkan dirinya, akan kenapa bisa tidur bersama tanpa pakaian.

"Papi tidak percaya, karena tidak ada yang tahu pasti apa yang yang terjadi tadi malam. Simpan saja semua alasan kalian yang jelas, mata Papi melihat kalian tidur bersama," kata Sean.

Anaya dan Mike saling pandang dengan pikiran masing-masing. Lalu melihat pada Sean yang masih tidak percaya.

"Nikahi anak saya Mike, tidak ada bantahan lagi!" tegas Sean dan Mike membulatkan mata.

"What menikah?!"

"Papi!" protes Anaya membantah kini air mata telah tumpah menatap orang tuanya tidak percaya akan keputusan sepihak.

"Sudah Papi tegaskan, tidak ada bantahan. Baik kamu ataupun Mike, lakukan dan ikuti semuanya. Jika kalian tidak mau ini terjadi seharusnya, hari ini jangan kalian buat ada," jelas Sean lalu bangun dan pergi meninggalkan dua manusia yang masih terkejut.

Sean yang telah sampai depan pintu, balik lagi dan memutar tubuhnya dua manusia yang masih tidak percaya menatapnya.

"Apapun yang terjadi pada kalian itu tidak bisa dibenarkan. Tetap kalian salah, baik Anaya ataupun Mike. Ini indonesia bukan luar negeri yang bisa bebas tidur bersama dengan lawan jenis, tanpa komitmen yang jelas yaitu pernikahan," tambahnya lalu pergi lagi.

"Papi …." keluh Anaya.

Namun, nyatanya percuma pria tua itu malah bangun dan pergi. Sedangkan Anaya dan Mike, saling pandang masih belum percaya, malah kini harus menjadi sebuah pernikahan yang mereka tahu itu butuh cinta. Sedangkan sekarang? Mereka hanya sebatas teman kerja.

"Kenapa sih, pakai acara mabuk! Jadi malah seperti ini jadinya. Andai tidak mengajak Anaya ke bar, pasti tidak akan menjadi seperti ini. Bagaimana caranya aku cerita pada nenekku?" gumam Mike, merasa stres satu malam membuat dunianya berubah 180 derajat.

Bahkan Anaya kini menunduk telah menangis tidak percaya akan orang tuanya yang tidak mempercayainya. Hanya karena melihat keadaan yang terjadi tanpa tahu awal mula semua terjadi. Hingga kenapa mereka akhirnya satu kasur.

Kini Mike menatap wajah sedih Anaya atas keputusan Sean yang memang tidak adil bagi mereka. Mike tahu Anaya anak baik. Tapi bagi Mike, Anaya bukan tipenya, karena wanita ini terlalu lemah bagi Mike. Hingga tidak pernah dia berpikir untuk jatuh cinta pada Anaya apalagi sampai menikah.

"Seingat aku tuh, semalam kita bertemu di jalan. Lalu, aku mengajak kamu untuk minum. Tapi kamu nggak minum alkohol ya, kan? Jadi kamu tahu dong semuanya? Karena kamu sadar, tidak mungkin kan, kita melakukan itu saat aku tidak sadar, itu malah sangat aneh jika terjadi sesuatu. Karena di antara kita salah satu nggak mabuk," kata Mike dan Anaya tersenyum sinis.

"Yang benar saja Mike, jelas tidak terjadi apapun antara kita. Aku hanya tidak sengaja tertidur!" seru Anaya dan pria ini menyandarkan kepala pada sofa membuat Anaya menyesal. Kenapa bisa semalam dia tidak langsung pulang. Sehingga terjadi hari ini. Dimana kejujuran dia tidak dianggap oleh Sean, hanya karena tidur bersama Mike.

Mike berhenti mondar- mandir, lalu satu tangan dilipat di perut dan satu tangan menggigit kuku menatap Anaya.

"Seandainya jika pernikahan ini terjadi, mau sampai berapa bulan kita menjalankan? Lalu kita cerai," celetuk Mike membuat Anaya terkejut.

"Apa cerai?" ucap Anaya menatap tidak percaya pada pria yang kini berdiri di depan dia.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status