Share

Hanya Empat Bulan

"Iya, perjanjian pernikahan," jelas Mike dan Anaya jantungnya semakin merosot.

"Bagaimana membicarakan perceraian kalau pernikahan saja belum terjadi Mike!" protes Anaya dan pria ini duduk kembali berhadapan dengan Anaya.

"Serius!" tepis Mike.

"Kamu gila Mike!" balas Anaya lagi, lalu menggelengkan kepala.

"Aku tidak gila! Semua terjadi bukan kehendak kita. Lalu apa semua harus dinikmati dan mengikuti alur yang telah ada? Tidak, aku tidak mencintaimu. Kau pun, tidak mencintaiku," jelas Mike dan Anaya tersenyum terpaksa.

"Lebih salah lagi jika kita mempermainkan sebuah pernikahan Mike!" sambung Anaya menolak keras pendapat Mike.

"Akan lebih salah lagi hidup dalam kebohongan. Menikah, tapi terpaksa dan hidup penuh sandiwara," jelas Mike dengan suara pelan.

"Maka dari itu kita jangan terjerumus begitu jauh. Jadi kamu mau sampai berapa bulan pernikahan ini? Setelah itu, aku akan menceraikanmu. Aku nggak bisa memberikan kebahagiaan padamu Ay. Hati ini telah membeku bersama cinta Bunga," jelasnya. Sontak Anaya menarik sudut bibirnya sebelah.

"Bahkan di hatimu ada Shakti, kita bukan jodoh. Semua ini hanya kesalahan semata. Bukan, sebuah masa depan. Percaya akan sangat menyakitkan, jika kita bertahan pada hubungan yang kita sendiri tidak mengharapkan itu ada," ucap Mike begitu menusuk pada relung hati Anaya saat ini.

Mike dan Anaya saling pandang wanita ini pun merasakan sakit. Ya, dia memang mencintai Shakti. Namun, apa daya? Saat semua telah didepan mata pertunangan itu gagal. Bahkan bukan mau dia itu terjadi. Takdir yang menunjukan jika Shakti bukanlah jodohnya.

Awalnya Anaya memang sakit akan keadaan yang memaksa dia untuk melepaskan Shakti demi wanita lain.

Namun, kali ini apa yang diucapkan Mike semua salah. Dia sudah melupakan itu. Bahkan dia dan Shakti saat ini masih bersama hanya sebatas adik dan Kakak.

"Lalu apa mau kamu sekarang? Perjanjian pra nikah?" tanya Anaya, sesekali dia menghapus air matanya.

"Ya."

"Seperti yang kita tahu, mengelak atas perintah orang tuamu itu percuma. Kita sudah tidak bisa menolak. Bahkan penjelasan saja tidak didengar, lalu kita bisa apa? Selain mengikutinya dulu. Maka dari itu, kita lakukan pernikahan ini lalu bercerai.”

“Karena pura-pura bahagia itu sakit," sambung Mike dan Anaya menunduk dengan air mata telah tumpah.

"Empat bulan kita menjalankan, lalu aku akan mengajukan gugatan cerai dan akan kembali ke Singapura untuk menjalankan perjodohan yang telah direncanakan nenekku," celetuk Mike dan Anaya mengangkat wajah menatap Mike.

"Jadi maksudnya pernikahan ini, kamu tidak akan memberitahukan pada nenekmu?" sela Anaya dan Mike mengangguk.

Semakin hancur hati Anaya, semuanya begitu membuat dia semakin sesak. Belum ada pernikahan telah seperti ini tidak dianggap.

Mike seorang yatim piatu dari kecil, ia hidup bersama neneknya dan kini pernikahan yang akan terjadi tidak akan melibatkan sang nenek.

"Tidak. Mengingat nenek memiliki riwayat jantung, maka paman yang akan menjadi saksi pernikahan ini."

Anaya tidak dapat mengatakan apa-apa lagi karena berbicara pun percuma Mike, memiliki jalan sendiri untuk membebaskan diri tanpa perduli Anaya yang sama terluka, jika pernikahan hanya dijadikan permainan.

"Terserah kamu deh, Mike. Aku juga bingung, harus berpendapat seperti apa," ucap Anaya bangun dan pergi meninggalkan Mike.

"Anaya!" panggil Mike. Namun, wanita itu tetap pergi tidak mendengarkan Mike.

Mike melihat pada kepergian Anaya yang terlihat kecewa, dia bingung harus seperti apa menanggapi pernikahan ini.

"Kamu terlalu sempurna untukku yang mencintai istri orang lain. Maka dari itu, aku tidak bisa menjanjikan sebuah rumah penuh keindahan.”

“Tidak mungkin, aku memberikanmu harapan palsu. Kamu terlalu baik untuk disakiti," lanjut Mike lalu menyandarkan punggung pada kursi dan menutup mata.

****

BEBERAPA JAM KEMUDIAN ….

Anaya yang sekarang telah kembali pulang ke rumahnya, setelah tadi dirinya di sidang Sean di apartemen Mike. Kini dia pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu, sebelum bertemu dengan Sean kembali. Bahkan ia belum menyetujui ajakan Mike, atas pernikahan yang akan cerai dalam empat bulan.

Dengan langkah gontai Anaya membuka pintu kamar lalu langsung pergi ke kamar mandi menuju shower, tanpa melepaskan pakaian.

Anaya menyalakan shower dan duduk di lantai membiarkan air membasahi tubuhnya.

Bayangan Sean melihat dirinya dengan Mike berputar, hingga perintah menikah dan ucapan Mike atas pernikahan untuk empat bulan juga berputar sangat menyakitkan.

Anaya memeluk kedua lutut menangis meratapi hidupnya yang sangat tragis, sebelumnya gagal menikah dengan pria yang dia cintai. Kini dipaksa menikah dengan Mike, hanya karena satu tempat tidur. Belum lagi pria itu tidak akan menganggap pernikahannya, jika terjadi nanti. Lalu harus siap menjadi janda setelah empat bulan pernikahan.

"Apakah aku tidak berhak untuk bahagia? Tidak, adakah satu pria yang bisa menerimaku dengan hati tulus? Ini tidak adil Tuhan, kenapa dua kali aku harus merasakan sakit tentang pernikahan?" ucapnya, memeluk kedua lutut dengan dagu di atas lutut menangis.

"Bahkan orang tuaku tidak percaya padaku lebih memilih, menjalankan pernikahan ini, hanya karena takut mencoreng nama keluarga. Tanpa berpikir bagaimana nanti anaknya menjalankan pernikahan tanpa cinta? Itu akan menjadi jurang kesakitan. Haruskah aku menerima semuanya? Bahkan Mike, mencintai wanita lain," keluh Anaya terus menangis di bawah air shower tanpa ia merasa dingin sedikitpun. Karena hatinya telah terlanjur sakit harus kembali menjalankan pernikahan yang tidak mungkin ada balasan sebuah cinta.

Anaya berdiri lalu membuka pakaian dan mematikan shower dan keluar dengan handuk yang dia ambil dari balik pintu. Kini handuk melilit pada tubuhnya.

Anaya mengambil sembarang kaos dan celana dalam lemari dan memakainya. Kemudian ia duduk di depan cermin menatap wajah muramnya.

"Akan menjadi seperti apa rumah tanggaku? Jika pernikahan ini terjadi. Sedangkan ikatan suci pernikahan, bukanlah sebuah permainan yang bisa berhenti ketika bosan dan lanjut ketika masih bahagia," ucap Anaya menatap pantulan dirinya di depan cermin.

Anaya melipat bibir menunduk dan buliran cairan bening, kembali tumpah pada paha wanita ini. Demi apapun bukan seperti ini mau ia. Sekalipun terjadi pernikahan bukan sebuah permainan yang dia mau.

"Aku memang tidak cinta padamu Mike, tapi untuk mempermainkan pernikahan denganmu bukanlah diriku yang sebenarnya," gumamnya lagi menunduk.

Suara pintu terbuka membuat Anaya sekilas memutar leher. Namun, kembali menunduk. Ternyata Sean yang datang pria yang meminta dia menikah dengan Mike.

"Kamu persiapkan diri untuk minggu depan, karena semua akan terjadi untuk menghindari apapun yang bakal terjadi kedepannya," kata Sean dan Anaya yang menunduk, sontak bangun mendekati pria tua yang menjadi orang tuanya begitu kejam. Tanpa belas kasihan memandang Anaya dan mengambil keputusan sepihak.

"Jangan membantah. Papi tidak suka," lanjut Sean melihat wajah Anaya terlihat akan marah.

Anaya tersenyum lalu berjalan dan duduk di samping kasur.

"Bukan membantah Pi, hanya ingin meluruskan apa yang Papi lihat itu tidak benar semua seperti itu. Aya memang tidur dengan Mike, tapi hanya sebatas tidak ada selanjutnya seperti yang ada di pikiran Papi," jelas Anaya. Namun, Sean tetap teguh pada pendiriannya Anaya dan Mike menikah secepatnya.

"Tidak ada bantahan lagi, sebaiknya kamu bicarakan dengan Mike, karena dia datang ada di depan. Beritahu dia minggu depan pernikahan itu terjadi dan siapkan wali siapa yang datang," kata Sean, lalu balik badan pergi dengan wajah datar. Sedangkan Anaya yang kesal hanya bisa melampiaskan pada bantal dia lempar pada lemari.

Anaya bangun dan pergi untuk menemui pria yang membuat dia kesal, kini berani datang ke rumahnya.

Anaya yang membuka pintu melihat sosok Mike duduk di kursi depan rumah, lalu berdiri saat melihat Anaya keluar dari balik pintu dengan wajah datar.

"Papi bilang minggu depan pernikahannya. Kamu siapkan walimu siapapun itu dan maaf. Aku tidak bisa memberikanmu kepastian berapa bulan semuanya berlangsung. Tapi jalankan saja dulu, sekiranya nanti kamu tidak bahagia denganku kamu bisa pergi dalam empat bulan yang kau katakan.”

“Aku tidak akan menghentikanmu, jika di luar sana ada yang bisa membuatmu lebih nyaman daripada bertahan denganku," sambung Anaya dengan wajah datar. Bahkan air mata mendadak tidak keluar, tapi hati begitu sakit.

Pernikahan belum terjadi. Namun, malah harus mendapatkan ajakan konyol itu dari sosok pria yang dia kenal baik selama ini.

"Hanya empat bulan, aku pastikan Ay, tidak akan lebih."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status