"Iya, perjanjian pernikahan," jelas Mike, sementara jantung Anaya semakin merosot.
"Bagaimana bisa membicarakan perceraian kalau pernikahan saja belum terjadi, Mike!" protes Anaya, dan pria itu duduk kembali berhadapan dengannya. "Serius!" tepis Mike. "Kamu gila, Mike!" balas Anaya lagi, lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak gila! Semua ini bukan kehendak kita. Lalu, apa kita harus menikmati dan mengikuti alur yang sudah ada? Tidak, aku tidak mencintaimu. Kau pun tidak mencintaiku," jelas Mike, dan Anaya tersenyum terpaksa. "Lebih salah lagi jika kita mempermainkan sebuah pernikahan, Mike!" sambung Anaya, menolak keras pendapat Mike. "Akan lebih salah lagi hidup dalam kebohongan. Menikah, tapi terpaksa, dan hidup penuh sandiwara," jelas Mike dengan suara pelan. "Maka dari itu, kita jangan terjerumus begitu jauh. Jadi, kamu mau sampai berapa bulan pernikahan ini? Setelah itu, aku akan menceraikanmu. Aku nggak bisa memberikan kebahagiaan padamu, Ay. Hati ini telah membeku bersama cinta Bunga," jelasnya. Sontak, Anaya menarik sudut bibirnya sebelah. "Bahkan di hatimu ada Shakti. Kita bukan jodoh. Semua ini hanya kesalahan semata, bukan masa depan. Percaya, akan sangat menyakitkan jika kita bertahan pada hubungan yang kita sendiri tidak inginkan," ucap Mike, menusuk hati Anaya. Mike dan Anaya saling pandang. Wanita itu merasakan sakit. Ya, dia memang mencintai Shakti. Namun, apa daya? Pertunangan itu gagal di depan mata. Takdir menunjukkan bahwa Shakti bukanlah jodohnya. Awalnya, Anaya memang sakit karena harus melepaskan Shakti demi wanita lain. Namun, kali ini apa yang diucapkan Mike salah. Dia sudah melupakan itu. Bahkan, dia dan Shakti sekarang hanya sebatas adik dan kakak. "Lalu, apa maumu sekarang? Perjanjian pranikah?" tanya Anaya, sesekali menghapus air matanya. "Ya." "Seperti yang kita tahu, mengelak perintah orang tuamu percuma. Kita sudah tidak bisa menolak. Penjelasan saja tidak didengar, lalu kita bisa apa? Selain mengikutinya dulu. Maka dari itu, kita lakukan pernikahan ini lalu bercerai." "Karena pura-pura bahagia itu sakit," sambung Mike. Anaya menunduk, air matanya tumpah. "Empat bulan kita jalani, lalu aku akan mengajukan gugatan cerai dan kembali ke Singapura untuk menjalankan perjodohan yang telah direncanakan nenekku," celetuk Mike. Anaya mengangkat wajah, menatapnya. "Jadi maksudnya, pernikahan ini tidak akan kamu beritahukan pada nenekmu?" sela Anaya. Mike mengangguk. Semakin hancur hati Anaya. Semuanya membuatnya sesak. Belum ada pernikahan, tapi sudah seperti ini, tidak dianggap. Mike, seorang yatim piatu sejak kecil, hidup bersama neneknya. Kini, pernikahan yang akan terjadi tidak akan melibatkan sang nenek. "Tidak. Mengingat nenek memiliki riwayat jantung, maka paman yang akan menjadi saksi pernikahan ini." Anaya tidak dapat berkata apa-apa lagi. Berbicara pun percuma. Mike memiliki jalannya sendiri untuk membebaskan diri, tanpa peduli Anaya yang juga terluka jika pernikahan hanya dijadikan permainan. "Terserah kamu deh, Mike. Aku juga bingung harus berpendapat seperti apa," ucap Anaya sambil bangun dan meninggalkan Mike. "Anaya!" panggil Mike. Namun, wanita itu tetap pergi, tidak mendengarkannya. Mike memandangi kepergian Anaya yang kecewa. Dia bingung harus menanggapi pernikahan ini seperti apa. "Kamu terlalu sempurna untukku, yang mencintai istri orang lain. Maka dari itu, aku tidak bisa menjanjikan rumah tangga penuh keindahan." "Tidak mungkin aku memberikanmu harapan palsu. Kamu terlalu baik untuk disakiti," lanjut Mike, lalu menyandarkan punggung pada kursi dan menutup mata. --- BEBERAPA JAM KEMUDIAN… Anaya sudah kembali ke rumahnya setelah tadi di sidang oleh Sean di apartemen Mike. Kini, dia menuju kamarnya untuk membersihkan tubuh sebelum bertemu Sean lagi. Bahkan, ia belum menyetujui ajakan Mike tentang pernikahan yang akan berakhir dengan perceraian dalam empat bulan. Dengan langkah gontai, Anaya membuka pintu kamar, lalu langsung menuju kamar mandi tanpa melepaskan pakaian. Anaya menyalakan shower dan duduk di lantai, membiarkan air membasahi tubuhnya. Bayangan Sean melihat dirinya dengan Mike berputar, hingga perintah menikah dan ucapan Mike tentang pernikahan selama empat bulan juga berputar, begitu menyakitkan. Anaya memeluk kedua lututnya, menangis meratapi hidupnya yang tragis. Sebelumnya, ia gagal menikah dengan pria yang ia cintai. Kini, ia dipaksa menikah dengan Mike hanya karena satu tempat tidur. Belum lagi, pria itu tidak akan menganggap pernikahan tersebut, jika terjadi nanti. Ia harus siap menjadi janda setelah empat bulan. "Apakah aku tidak berhak bahagia? Tidak adakah satu pria yang bisa menerimaku dengan tulus? Ini tidak adil, Tuhan. Kenapa dua kali aku harus merasakan sakit tentang pernikahan?" ucapnya, memeluk kedua lututnya, menangis di bawah air shower tanpa merasa dingin sedikit pun. Hatinya sudah terlalu sakit, harus kembali menjalani pernikahan tanpa cinta. Anaya berdiri, membuka pakaian, mematikan shower, lalu keluar dengan handuk yang ia ambil dari balik pintu. Handuk itu melilit tubuhnya. Anaya mengambil kaos dan celana sembarang dari lemari, lalu memakainya. Ia duduk di depan cermin, menatap wajah muramnya. "Akan jadi seperti apa rumah tanggaku? Jika pernikahan ini terjadi, sedangkan ikatan suci pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa berhenti ketika bosan dan dilanjutkan ketika masih bahagia," ucap Anaya, menatap pantulan dirinya di depan cermin. Anaya menunduk, air mata kembali tumpah pada pahanya. Demi apapun, bukan seperti ini yang dia mau. Sekalipun pernikahan terjadi, bukan seperti permainan yang ia inginkan. "Aku memang tidak cinta padamu, Mike, tapi mempermainkan pernikahan denganmu bukanlah diriku yang sebenarnya," gumamnya lagi sambil menunduk. Suara pintu terbuka membuat Anaya memutar leher sejenak, namun ia kembali menunduk. Ternyata Sean datang, pria yang memintanya menikah dengan Mike. "Kamu persiapkan diri untuk minggu depan, karena semua akan terjadi untuk menghindari apapun yang bakal terjadi di masa depan," kata Sean. Anaya yang menunduk sontak bangun mendekati pria tua yang menjadi orang tuanya begitu kejam, tanpa belas kasihan. "Jangan membantah. Papi tidak suka," lanjut Sean, melihat wajah Anaya yang terlihat ingin marah. Anaya tersenyum, lalu berjalan dan duduk di samping kasur. "Bukan membantah, Pi. Hanya ingin meluruskan apa yang Papi lihat. Tidak semua seperti itu. Aya memang tidur dengan Mike, tapi hanya sebatas itu. Tidak ada kelanjutan seperti yang ada di pikiran Papi," jelas Anaya. Namun, Sean tetap teguh pada pendiriannya: Anaya dan Mike harus menikah secepatnya. "Tidak ada bantahan lagi. Sebaiknya kamu bicarakan dengan Mike, karena dia ada di depan. Beritahu dia, minggu depan pernikahan terjadi, dan siapkan siapa wali yang akan hadir," kata Sean, lalu berbalik dan pergi dengan wajah datar. Anaya yang kesal hanya bisa melampiaskannya pada bantal yang ia lempar ke lemari. Anaya bangun dan pergi menemui pria yang membuatnya kesal, yang kini berani datang ke rumahnya. Anaya membuka pintu dan melihat sosok Mike duduk di kursi depan rumah. Mike berdiri saat melihat Anaya keluar dengan wajah datar. "Papi bilang minggu depan pernikahannya. Kamu siapkan walimu, siapapun itu, dan maaf. Aku tidak bisa memberikan kepastian berapa lama semuanya berlangsung. Tapi jalankan saja dulu. Jika nanti kamu tidak bahagia denganku, kamu bisa pergi dalam empat bulan, seperti yang kamu katakan." "Aku tidak akan menghentikanmu jika di luar sana ada yang bisa membuatmu lebih nyaman daripada bertahan denganku," sambung Anaya dengan wajah datar. Air mata mendadak tidak keluar, tapi hati begitu sakit. Pernikahan belum terjadi, tapi malah harus menerima ajakan konyol dari sosok pria yang dia kenal baik selama ini. "Hanya empat bulan. Aku pastikan, Ay, tidak akan lebih.""Aya, apa hubunganmu dengan si kucing anggora itu?" tanyanya. Namun, Anaya terus saja berjalan tanpa menghentikan langkahnya."Aya...," panggil Mike lagi. Namun tetap, wanita itu pergi masuk lift dan Mike ikut masuk sebelum lift tertutup. Anaya menunduk, memainkan bibirnya tanpa melihat Mike."Ada hubungan apa kamu dengan kucing anggora itu?" ulang Mike. Anaya mengangkat wajah, menatap pria yang selalu mengatakan, "Jaga hatimu, jangan sampai jatuh cinta padaku.""Mike, apa kamu masih ingat ucapanmu di kamarku setelah akad nikah? Kita akan melakukan perjanjian kontrak selama empat bulan. Aku boleh hidup sesuai keinginanku selama empat bulan, bebas mencintai siapapun, dan kamu tidak akan melarang. Namun, begitu juga kamu akan tetap mencintai wanitamu," jelasnya, mengingatkan kalimat Mike saat itu. Sontak, pria ini terdiam dan pintu lift terbuka. Anaya tersenyum."Aku hanya mencoba menepati janjiku, untuk tidak mencintaimu agar hatiku baik-baik saja. Jangan salahkan Jerry, dia ada sekara
"Jerry... Ini benar kamu? Serius, astaga ya Allah, sumpah nggak nyangka dulu kamu cupu, pakai kacamata besar, lalu rambut klimis, dan suka menunduk kalau jalan karena takut dibully. Sekarang, astaga, sumpah Lee Min Ho banget, Jer," kata Anaya pada pria yang ternyata klien Arnav, teman masa sekolahnya yang dulu sering dibully, kini mendadak macho dan sangat tampan, 11-12 dengan Shakti."Kamu juga semakin cantik, Fit.""Mulai, Anaya, ok," ralat Anaya."Fitri, ok, Naila Anaya Safitri," kata Jerry, dan Anaya menggelengkan kepala. Pria ini selalu memanggil dia Fitri, sementara yang lain memanggilnya Anaya atau Aya.Arnav yang tadi pamit sebentar kini kembali lagi dan duduk di antara mereka berdua di ruangannya."Kalian saling kenal?" tanya Arnav, dan Anaya serta Jerry mengangguk. Bagaimana juga mereka kenal selama masa SMA. Walau saat masuk fakultas, Jerry ke luar negeri dan Anaya memilih masih di sini."Wah, jadi lebih enak dong ya, tidak merasa canggung lagi karena ternyata teman lama,"
Mike yang telah keluar dari ruangan Jason, bertemu dengan Ritika lagi yang kembali bangun tersenyum pada Mike. "Sebentar sekali. Tumben apa nggak mau ngopi dulu," tawar Ritika dengan bibir bawah digigit menggoda Mike. "Boleh, minta bantuan?" tanya Mike dan Ritika mengangguk. "Bisa, bantu buka google map nggak? Aku sepertinya tersesat di hatimu deh," kata Mike, lalu pergi senyum tipis dan Ritika memegang dadanya. Berdebar akan gombalan Mike, lalu duduk lagi dan pandangan pada pria yang pergi masuk lift. Seperti itulah Mike hanya menggoda lalu pergi, tanpa embel-embel. Tapi jika dia suka pada satu wanita akan terus pantang mundur jika masih diberikan kenyamanan. "Andai kamu suamiku Mike, sayangnya kamu itu jual mahal," ucap Ritika, lalu fokus lagi pada pekerjaanya sebagai sekretaris Jason Renaldy. Mike yang telah sampai di mobil terdiam lalu merogoh saku celana, dia masih mengingat video Anaya yang tidak sengaja di rekam saat melihat polos tubuh Anaya di ruang kerja dia. Bibirnya
"Aku mau ngasih tahu, jika sore nenek datang. Katanya lebih cepat. Nanti jangan lupa masak yang enak ya, dan bilang pada nenek. Kamu adalah asistenku sudah satu tahun kerja. Tapi memiliki kerja sampingan, di luar rumah," pintanya dan Anaya terdiam seakan kini jatuh pada jurang. Bagaimana bisa sekarang posisi dia tertukar dengan Hanum. "Aku selalu ingat kok, Mike. Posisiku sebagai apa tenang saja. Ini kedua kalinya kamu mengingatkan aku tentang nenek," ucapnya lalu pergi dari tempat dengan hati nyeri. "Jaga hatimu jangan sampai terluka dan aku tidak akan bosan untuk mengingatkan itu padamu," kata Mike dan Anaya mendengarkan. Tapi tidak balik badan, hanya mengangguk lalu keluar dari pintu dan Mike, menunduk kemudian mengusap wajah seraya balik badan. Mengingat dia harus mengorbankan hati seorang teman untuk sebuah kebahagiaan nenek dan adik angkatnya Hanum. Mike menunduk dengan kedua tangan menyentuh dinding, memikirkan bagaimana jika suatu saat tercium oleh semuanya. Terlebih H
"Jika dengan Hanan tidak sesuai harapan. Saya akan mengambil lamaran Gerry Alexander, dia tidak kalah jauh dengan keluarga Renaldy." ucapnya tersenyum. Setelah acara akad selesai kini Sarah serta Lilis, mengantarkan Nena dan Frans keluar dari kediaman Nasution sesuai perintah Bian. Keduanya harus keluar dari rumah. "Nini ... Mama, please tolong bujuk Papa." pinta Nena tidak kuat harus pergi dari kediaman Nasution, saat ini juga. Sarah menangis memeluk Lilis tidak kuasa melepas anak manja seperti Nena bagaimana nanti, hidup dengan Frans di luar sana. "Ma ... Tolongin Nena," keluhnya dan Frans merangkul sang istri namun wanita ini tepis. "Jangan sentuh aku NAJIS!" protes Nena kesal menepis tangan Frans. "Nena, tidak boleh seperti itu sayang, dia suamimu sekarang, hormati dia." tegur Lilis dan Nena sesegukan. "Kalian jahat sama Nena, membiarkan Nena tinggal bersama pria itu. Nena kecewa pada semuanya." keluhnya lalu balik badan pergi mendahului Frans naik taksi untuk pergi ke ruma
"Saya terima nikah dan kawinnya Serena Nasution binti Bian Nasution dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai,” jawab Frans dengan sangat lancar. Nena terdiam dengan tatapan kosong, harus menerima nasibnya yang begitu sial. Seakan jungkir balik dunianya saat ini saat saksi mengucapkan kalimat sah. Kini dia resmi menjadi istri Frans, sekalipun ini hanya perkawinan siri tetap sakit. Karena permintaan Bian untuk masa depan Nena kelak kini dia mau nggak mau harus terima. Bian menunduk lemas, namun tersenyum bagi Lilis, akhirnya setelah dulu membuat Sarah menikah dengan Bian. Sekarang membuat Nena menikah dengan Frans. Kita lihat nanti Nena, takdir akan membawamu pada kisah manis FraNa(Frans-Nena) yang tidak pernah kamu sesali, cinta kalian itu telah hadir namun, gengsi menutup semuanya. Ucap Lilis dalam hati melihat cucunya terdiam dalam lamunan kosong. Tidak ada menyematkan cincin ataupun mencium kening dan juga menyalami tangan suami. Nena langsung bangun pergi dari meja akad da