“K-3-N-D-R-1-C-K, benar, ini mobil yang membuatku harus mendengar ocehan seorang Bettyana. Asisten pribadiku yang bawelnya melebihi mamihku sendiri.”
Vindry menatap plat mobil yang terparkir di samping mobil hitam miliknya, kemudian ia melangkah dengan anggun menghampiri petugas valet parking, tidak lupa memberikan senyum manisnya, dan direspon baik oleh petugas valet parking.
“Ada yang bisa kami bantu, Nona?” tanya petugas valet parking kepada Vindry yang benar-benar cantik malam ini.
Vindry melirik mobil hitam mengkilat dengan type yang berbeda dengannya, lalu kembali menatap petugas valet, dan tersenyum.
“Apakah pemilik mobil hitam dengan plat nomor polisi K-3-N-D-R-1-C-K ada di dalam?” tanya Vindry dengan lembut dan sopan. Petugas valet menatap mobil yang dimaksud oleh Vindry, lalu melihat buku tamu.
Vindry berdiri anggun, dan sesekali tersenyum kepada pengunjung restoran yang menyapanya dengan senyum manis. Ia sabar menunggu petugas valet yang sedang memeriksa buku tamu. Butuh waktu 3 menit untuk petugas valet memastiikan Kendrick masih di dalam, dan belum check-out.
“Benar, Nona. Tuan Kendrick masih berada di dalam,” ujar Petugas valet kepada Vindry dengan sopan, dan tersenyum manis.
“Kendrick?” tanya Vindry, diangguki oleh petugas valet.
“Benar, tuan Kendrick Milo Intezar.”
Vindry tersenyum manis kepada petugas valet, “Terimakasih,” ucapnya dengan lembut, lalu melangkahkan kaki jenjangnya dengan anggung, benar-benar menunjukkan bahwa dirinya wanita berkelas.
Vindry selalu memberikan senyum kepada beberapa pengunjung yang menyapanya, ia memang murah senyum dan tidak sombong.
Vindry Yema Yumna seorang Script Writter di salah Production House, sudah banyak naskah film layar lebar yang ia buat dan selalu booming di pasaran. Hal itu membuatnya semakin dikenal oleh banyak kalangan, karena selalu hadir pada saat pemutaran perdana film layar lebar di bioskop.
Vindry mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di lobby satu ini, mencari keberadaan seseorang, lalu saat dirinya akan menghampiri rekan kerjanya, ia ditabrak dari belakang sehingga membuatnya terjatuh terduduk.
“Kendrick Milo Intezar, kau memang mempunyai dendam kepadaku?” tanya Vindry saat mendapati Kendrick yang hanya bergeming menatapnya dengan tatapan datar.
“Kau menghalangi jalan,” ucap Kendrick singkat, pada saat ingin melenggang pergi, Vindry menahan pergelangan tangannya. Hal itu membuat Kendrick menatap datar Vindry yang tersenyum manis kepadanya.
“Kau tidak mengerti caranya meminta maaf, Tuan?” tanya Vindry dengan lembut, pembawaannya yang lemah-lembut tidak bisa membuatnya terlalu keras kepada orang lain.
“Untuk?”
Vindry menarik tangannya, menyugar surai panjangnya, menatap kedua manik milik Kendrick, dan tersenyum manis. “Pertama, kau menabrak mobilku dan membuatku harus terlambat ke acara penting. Kedua, kau membuatku terjatuh.”
Kendrick hanya bergeming, tatapannya dingin memperhatikan Vindry yang mengoceh dihadapannya saat ini. Benar-benar membuat Vindry mengulum bibir dan mengangguk mengerti.
“Kau benar-benar tidak merasa bersalah untuk keduanya? Baiklah, aku meminta pertanggungjawabanmu saja disini,” lanjut Vindry, membuat beberapa pasang mata menatapnya dan Kendrick.
Kendrick tidak mengatakan apapun, ia mengeluarkan dompet, dan memberikan beberapa lembar dolar kepada Vindry. Hal itu membuat Vindry terkekeh dan tersenyum manis menatap Kendrick.
“Aku tidak butuh uangmu, Tuan. Saat ini yang aku butuhkan darimu adalah tanggungjawab,” ujar Vindry dengan lembut, benar-benar menggunakan stok kesabarannya yang masih penuh.
“Apa?”
Vindry menggelengkan kepala dengan respon singkat dari Kendrick, laki-laki dihadapannya saat ini cukup menguras tenaga. Lagi, Vindry harus menggunakan kesabaran dan kelembutan hati untuk berbicara dengan Kendrick.
“Kau harus bertemu dengan asisten pribadiku, Tuan. Kau harus menjelaskan kepadanya, karena kau, aku terlambat datang ke press conference tadi siang.”
“Kau menyalahkanku?” tanya Kendrick tanpa rasa bersalah sedikitpun, dan berhasil membuat Vindry bergumam.
“Mobilku penyok, dan aku harus menunggu supir untuk mengantarkan mobil yang lainnya. Sedangkan mobilku yang penyok, dibawa ke bengkel. Kau benar-benar tidak merasa bersalah, Tuan?” tanya Vindry setelah memberitahu apa yang dialami olehnya tadi siang.
Aksi keduanya saat ini menjadi pusat perhatiann dari beberapa pengunjung lainnya. Vindry yang memiliki pembawaan yang tenang dan tidak mudah terpancing emosi, hanya memfokuskan kepada Kendrick. Begitu juga Kendrick. Mereka tidak perduli jika harus menjadi tontonan.
“Kau menginginkan aku menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada asistenmu?”
Vindry mengangguk, dan kembali tersenyum manis kepada Kendrick yang menatapnya dengan datar, tanpa ekspresi.
“Kau seorang pria dewasa, Tuan. Aku rasa, kau tidak perlu diberitahu bagaimana caranya bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat, bukan?” tanya Vindry dengan lembut, dan terkekeh.
“Kalau aku tidak mau?” tanya Kendrick dengan nada dingin, membuat Vindry memicingkan mata tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick saat ini.
Bayangan Vindry yang akan senang berinteraksi dengan Kendrick, hilang sudah. Bahkan, ia tidak membayangkan sosok laki-laki dihadapannya saat ini benar-benar menyebalkan. Balik lagi, dirinya harus tetap lemah-lembut, mengingat bahwa selalu ada kamera yang menyorotnya.
Vindry maju langkah, merapihkan jas yang digunakann oleh Kendrick. Senyum manisnya tidak luntur sedikitpun, walaupun Kendrick memberikan tatapan datar kepadanya.
“Aku kasih dua pilihan. Pilihan pertama, kau tidak akann berbicara dengan asistenn pribadiku, tetapi kartu identitasmu aku sita dan aku akan terus mengganggumu. Pilihan kedua, kau menjelaskan kejadiannya kepada asisten pribadiku, dan aku tidak akan menganggumu,” jelas Vindry dengan elegan, menatap kedua manik milik Kendrick.
“Tidak ada pilihan ketiga?” tanya Kendrick, berhasil membuat Vindry terkekeh.
“Tidak. Aku hanya memberikan dua pilihan, dan itu semua ada ditanganmu, Tuan.”
“Aduh, Nyonya. Barang sebanyak ini, mengapa nyonya bawa sendirian? Sini aku bantu, Nyonya.”Vindry yang akan memasuki supermarket terhenti saat melihat wanita setengah paruh baya yang kesulitan membawa lima kantong belanjaan yang penuh, bahkan beberapa belanjaan dari wanita tersebut keluar dari dalam kantong belanjaan.Vindry mengambil tiga tas belanjaan milik wanita setengah paruh baya tersebut, tidak lupa mengambil belanjaan yang terjaatuh di lantai, dan memasukkan ke dalam tas belanjaan yang ia ambil alih.Wanita setengah paruh baya hanya tersenyum, dan melangkahkan kaki menghampiri car sport berwarna silver, diikuti oleh Vindry. Ia menekan tombol pada pintu bagasi, dan bagasi terbuka. Tidak berfikir lama, langsung memasukkan dua tas belanjaannya ke dalam bagasi, begitu juga dengan Vindry yang memasukkan ketiga tas belajaan ke dalam bagasi.“Terimakasih, Nak. Kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi,” ujar wanita setengah baya itu, sembari memeluk
“Kau sedang apa dikantorku?”Vindry duduk sofa yang tersedia pada lobby kantor milik Kendrick pun mendongak, kedua sudut bibirnya mengukir senyum manis, lalu menatap Kendrick dengann tatapannya yang lembut.“Kau bertanya padaku? Lalu aku bertanya kepada siapa? Kau sendiri yang mengatakan kepadaku melalui sambungan telfon, aku harus datang ke kantormu untuk membicarakan pertanggungjawab—”Kendrick membekap mulut Vindry, dan menatap dingin Vindry, “Kau akan membuat karyawanku salah paham dengan kata-kata yang kau ucapkan, jangan ada lagi yang salah paham selain mommyku.”Vindry mengangguk mengerti, membuat Kendrick menjauhkan tangannya dari Vindry. Keduanya terlibat adu tatapaan mata, seolah sedang berbicara melalui tatapan mata.“Jadi, kau akan menemui asistenkku?” tanya Vindry, membuka topik obrolan diantaranya dengan Kendrick.“Iya. Supaya tidak bertemu lagi denganmu.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh, “Tidak mudah seperti yang kau bayangkan, Tuan. Membuat asistenku
“Kendrick, siapa yang datang? Tamu spesial mommy, kan?”Kendrick menoleh, ia mendapati Mommy dari kejauhan menatapnya yang sedang berdiri di pintu, menutupi Vindry yang menjadi tamu pada malam hari ini. Tamu undangan yang diundang khusus oleh Mommy untuk makan malam bersama.“Ya.”Mommy tersenyum manis, dan menghampiri Kendrick dengan perasaan bahagia. Kendrick yang mengerti pun menggeser tubuh, agar Mommy bisa melihat Vindry seutuhnya.Vindry tersenyum dan menunduk sebagai salam kepada Mommy yang saat ini berdiri dihadapannya, menggantikan posisi Kendrick. Ia bisa melihat Mommy menyambutnya hangat dengan sebuah pelukan.“Selamat malam, Nyonya. Maaf ya sedikit terlambat, tadi macet di jalan,” ucap Vindry dengan lembut dan tersenyum, diangguki oleh Mommy. Ia memberikan paper berukuran cukup besar, “Maaf ya, Nyonya. Hanya ini yang bisa aku berikan kepada Mommy dan keluarga.”“Wahh, terimakasih, seharusnya kau tidak perlu repot-repot, Nona. Yuk masuk,” ajak Mommy dengan mengamit lengan V
“Vindry, bisakah kita mengobrol berdua saja?”Kendrick melirik kedua makeup artist (MUA) yang berada di kamar hotel. Ya, hari ini adalah acara pernikahan Vindry dan Kendrick. Keduanya sepakat untuk menerima perjodohan kedua orangtua masing-masing.Vindry tersenyum kepada Kendrick yang saat ini sudah menjadi suaminya. Lalu menatap kedua MUA yang ada di samping kanan dan kirinya, mengangguk dan tersenyum. Kedua MUA itu mengerti dan melenggang pergi.Kendrick hanya memasang wajah tanpa ekspresi, dan mengunci pintu setelah kedua MUA keluar dari kamar hotel.“Ada apa?” tanya Vindry dengan lembut, memfokuskan atensinya hanya kepada Kendrick yang kini duduk di sofa berwarna biru.Kendrick menatap Vindry yang tersenyum, dia berdeham, lalu berkata, “Mommy sudah memesankan tiket untuk pergi honeymoon, kau bisa menolaknya dengan alasan kau sedang halangan.”Vindry menaikkan sebelah alisnya, “Kenapa? Bukankah sama saja, menolak atau tidak, kita tidak akan melakukannya, kan?”Kendrick duduk bersa
“Kita akan satu kamar, karena mommy akan sering berkunjung.”Kendrick membuka pintu kamarnya, mempersilahkan Vindry untuk memasuki kamarnya. Ya, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kendrick, pada pukul 6 pagi mereka check-out dan langsung ke rumah milik Kendrick.Vindry melangkah masuk dengan membawa kopernya, karena asisten rumah tangga Kendrick sedang libur. Ia menyimpan kopernya dekat lemar coklat berukuran besar, diikuti oleh Kendrick. Kendrick berdiri dihadapan Vindry yang sedang menatapnya.“Apakah kita akan tetap pergi honeymoon?” tanya Vindry, dijawab dengan kedua bahu yang menaik.“Kau sudah menolaknya? Kalau iya, kita tidak akan pergi honeymoon.”Vindry mengangguk, “Aku sudah menolaknya kemarin pada saat seluruh tamu undangan sudah pulang. Sesuai dengan perintahmu, aku mengatakan bahwa aku sedang halangan.”Kendrick menaikkan sebelah alisnya, “Lalu apa tanggapan mommy? Membatalkan?” tanyanya, menampilkan ekspresi datar. Sedangkan Vindry menggeleng.“Mommy mengatur ulang
“Bagaimana rasanya menikah dengan seorang Kendrick Milo Intezar?”Vindry menoleh, menatap Bettyana yang sedang menyetir. Ya, sesuai dengan janji, asisten pribadinya itu menjemput di rumah Kendrick dan kini sedang dalam perjalanan ke supermarket untuk membeli bahan masakan untuk stok di rumah Kendrick.“Biasa saja,” jawab Vindry, menatap ponselnya, membalas pesan masuk di sosial medianya yang mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Kendrick.Bettyana menoleh sekilas, “Kau sudah melakukannya?” tanyanya, membuat Vindry bergeming dan otomatis menoleh.“Apa? Malam pertama? Tidak. Kami tidur secara terpisah,” jawab Vindry apa adanya, karena dirinya percaya kepada Bettyana, asisten pribadinya itu tidak akan memberitahu kedua orangtuanya dan kedua orangtua Kendrick.“Baiklah. Aku ingin memberitahumu, kita tidak punya banyak waktu untuk belanja,” ujar Bettyana, menatap Vindry yang mengangguk mengerti.“Masih cukup waktunya jika kita menaruh belanjaan itu di rumah Kendrick terlebih dahulu
“Kau jangan salah paham.”Vindry menatap bingung Kendrick yang keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bath robes atau jubah mandi berwarna putih, sedangkan Kendrick menghampiri Vindry dan mengambil pakaian gantinya.“Salah paham?” tanya Vindry, membuat Kendrick menatapnya dengan tatapan datar.“Kau istriku, tidak baik jika kau diantar atau dijemput lelaki lain,” ucap Kendrick, lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Vindry yang mengerjapkan kedua matanya.Vindry mengulum bibir, menahan rasa kesalnya terhadap Kendrick yang menyebalkan di matanya saat ini. Ia melangkahkan kaki keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk menyeduh segelas coklat hangat.“Menyebalkan, kalau bukan karena mamih sama papih, aku tidak mau menikah dengan laki-laki seperti Kendrick.”“Non? Ada apa?” tanya Bibi yang baru keluar dari kamar mandi di dekat tangga, kehadirannnya yang tiba-tiba membuat Vindry mengusap dadanya karena terkejut.“Bibiii. Bisa tidak kalau muncul itu kasih kode?” oceh
“Kau jadi makan siang di rumah?”Vindry memberikan tas kerja milik Kendrick, ia mencoba untuk menjadi istri yang baik untuk Kendrick. Seperti saat ini, mengantarkan Kendrick ke carport dengan membawakan jas dan tas suaminya.Kendrick menerimanya, wajah tetap dengan ekspresi dingin, menatap Vindry yang tersenyum kepadanya.“Ya.”Vindry mengangguk, tidak masalah jika hanya dijawab dengan satu kata, menurutnya itu sudah lebih dari cukup, karena yang dibutuhkan adalah kepastian. Ia tidak ingin jika makanan yang sudah dipersiapkan olehnya akan terbuang cuma-cuma atau dengan kata lain terbuang.“Semangat kerjanya, Kendrick,” ucap Vindry lembut, menyalimi suaminya dan tersenyum manis kepada Kendrick.Kendrick hanya bergumam, lalu masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil dan menurunkan kaca jendela mobilnya. Ia menatap Vindry yang menatapnya bingung.“Ada yang ketinggalan?” tanya Vindry, tidak direspon oleh Kendrick. Membuat Vindry semakin bingung, tiga hari menjadi istri seorang Kendrick