Share

Chapter 2

“Aduh, Nyonya. Barang sebanyak ini, mengapa nyonya bawa sendirian? Sini aku bantu, Nyonya.”

Vindry yang akan memasuki supermarket terhenti saat melihat wanita setengah paruh baya yang kesulitan membawa lima kantong belanjaan yang penuh, bahkan beberapa belanjaan dari wanita tersebut keluar dari dalam kantong belanjaan.

Vindry mengambil tiga tas belanjaan milik wanita setengah paruh baya tersebut, tidak lupa mengambil belanjaan yang terjaatuh di lantai, dan memasukkan ke dalam tas belanjaan yang ia ambil alih.

Wanita setengah paruh baya hanya tersenyum, dan melangkahkan kaki menghampiri car sport berwarna silver, diikuti oleh Vindry. Ia menekan tombol pada pintu bagasi, dan bagasi terbuka. Tidak berfikir lama, langsung memasukkan dua tas belanjaannya ke dalam bagasi, begitu juga dengan Vindry yang memasukkan ketiga tas belajaan ke dalam bagasi.

“Terimakasih, Nak. Kalau tidak ada kamu, aku tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi,” ujar wanita setengah baya itu, sembari memeluk Vindry cukup erat.

“Nyonya hanya sendirian? Membawa tas belanjaan yang sebanyak itu benar-benar melelahkan, Nyonya. Lain kali, jangan sendirian yaa, karena hanya ada segelintir manusia yang mempunyai rasa perduli,” ujar Vindry dengan lembut, senyum manisnya pun tidak lupa ia perlihatkan.

Wanita setengah baya dengan surai sebahu menambah kesan bahwa ia bukan dari keluarga yang sembarangan, menatap Vindry, “Tidak, aku bersama dengan anakku. Tetapi dia masih berada di dalam, katanya ada yang lupa dibeli, dan menyuruhku untuk masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.”

“Nyonya kenapa tidak menggunakan troli? Itu cukup membantu,” ucap Vindry, menatap lembut wanita setengah baya dihadapannnya saat ini.

“Lohh mommy? Kok aku tidak menemukan troli? Tadikan aku sudah mengingatkan mommy untuk menggunakan troli belanjaan,” tanya Kendrick, menatap wanita setengah baya yang sedang bersama dengan Vindry.

“Tuan?”

Kendrick menatap Vindry, raut wajahnya berubah menjadi dingin, “Kau?”

Mommy memukul putranya, “Kau jangan menampilkan ekspresi seperti itu, gadis ini yang sudah menolong mommy,” ujarnya, membuat Kendrick menatap Vindry dengan sebelah alis terangkat.

Vindry tersenyum, “Hei, Tuan. Bagaimana kabarnya? Aku harap, tuan selalu sehat,” ucapnya diakhiri dengan terkekeh.

“Aku tidak baik setelah bertemu denganmu,” bantah Kendrick, ia menarik Mommy untuk menjauh dari Vindry, lalu menatap Mommy, “Lain kali, mommy jangan terlalu akrab dengann seseorang yang baru mommy kenal, siapa tahu dia hanya baik di depan saja.”

Vindry memicingkan mata, “Tuan Kendrick yang terhormat, urusan kita belum selesai yaa. Aku masih menunggu pertanggung jawabanmu,” ujarnya, melirik Mommy melalui ekor matanya.

Mommy terkejut, memukul bahu putranya, “Mommy tidak menyangka, Kendrick. Mommy fikir, kau benar-benar tidak dekat dengan perempuan manapun, setelah dikhianati oleh mantan kekasihmu itu.”

Kendrick menatap tajam Vindry, lalu beralih menatap Mommy, “Aku jelaskan di rumah, ayok pulang, Mom.”

Mommy menggeleng, menatap Vindry, “Berapa bulan?” tanyanya, membuat Vindry tersedak salivanya sendiri.

Vindry menggeleng, “Bukan, Nyonya. Lebih baik kita duduk dulu saja di sana, nanti akan aku ceritakan,” ucapnya, melenggang pergi terlebih dahulu untuk menghampiri salah satu truck food yang terparkir di depan supermarket.

Vindry menarik kursi kosong dan mempersilahkan Mommy untuk duduk. Ia menatap Kendrick, “Kau juga, Tuan.”

Mommy duduk dikursi yang sudah dipersiapkan oleh Vindry, sedangkan Kendrick hanya bergeming dan menatap dingin Vindry.

“Kendrick,” panggil Mommy dengan penuh penekanan, membuat Kendrick menempati kursi di sisi kanan Mommy dan berhadapan dengan Vindry.

Vindry tersenyum, ia duduk dengan cantik dan elegant, benar-benar mencerminkan perempuan yang memiliki high quality. Vindry menatap Mommy lembut, senyum manisnya tidak luntur.

“Kemarin pada siang hari, saat aku sedang menunggu lampu merah berganti dengan lampu hijau, tiba-tiba mobil yang dikendarai oleh Kendrick melaju cukup kencang, dan dia menabrak bagian belakang mobilku, Nyonya. Jadi, aku ingin meminta pertanggungjawaban dari tuan Kendrick, Nyonya,” jelas Vindry, membuat Mommy menutup mulut.

“OMAYGAT, kamu tidak apa-apa, kan? Putraku ini kalau mengemudi, memang suka tidak memakai perkiraan,” ucap Mommy, dijawab dengan gelengan kepala dari Vindry.

“Tidak, Nyonya. Hanya kesal banget-banget kepada tuan Kendrick. Nyonya bayangkan saja, aku ingin mendatangi acara penting, lalu aku harus menunggu sopirku untuk mengantarkan mobilku yang lainnya, karena tidak mungkin aku datang dengan menggunakan mobil yang penyok,” ujar Vindry, melirik Kendrick yang hanya bergeming dengan tatapan dingin.

Mommy memukul lengan Kendrick, membuat putranya itu mendelik dan menahan tangan Mommy untuk tidak lagi memukul. Kendrick menatap Vindry tatapan tanpa minat.

“Aku akan mengatur jadwal untuk bisa bertemu dengan asisten pribadimu,” ujar Kendrick, suaranya benar-benar dingin.

“Bukannya tuan memilih untuk tidak bertemu dengan asisten pribadiku?” tanya Vindry dengan bingung, dirinya masih ingat keputusan yang diberikan oleh Kendrick pada satu malam sebelumnya.

“Mommy liat sendiri, kan? Dia ini perempuan gila,” ujar Kendrik menatap Mommy yang memukul lengannya, lagi.

“Kau yang salah, kau juga yang mengatakan orang lain sebagai perempuan gila,” ucap Mommy membela Vindry. Vindry yang mendengarnya, tersenyum lebar kepada Kendrick yang menatapnya dengan mata menajam.

Vindry menegakkan tubuhnya, memfokuskan atensinya hanya kepada Kendrick, “Aku dimarahi oleh asisstenku karena telat hadir pada acara press conference mengenai film yang akan tayang.”

“Lalu, hubungannya dengan kau apa? Kau memiliki jabatan apa disana?” tanya Kendrick, membuat Vindry tersenyum manis.

Vindry mengeluarkan kartu nama dan satu  buku novel yang masih tersegel, lalu diberikannya kepada Kendrick. Vindry menatap Kendrick, “Aku penulisnya, jadi peranku sangat penting pada acara press conference kemarin siang. Banyak hujatan masuk ke dalam pesan sosial media yang aku miliki, mereka mengatakan aku tidak professional.”

Mommy terkejut, “Jadi kau penulis film Aku Langit Senja?” tanyanya, diangguki oleh Vindry. Hal itu membuat Mommy semakin terkejut, sedangkan Kendrick menatap Mommy yang sama gilanya seperti Vindry.

“Nyonya menontonnya?” tanya Vindry dengan lembut, senyum manisnya tidak luntur.

“Jelas. Filmnya menyedihkan, kedua pemerannya bertemu pada saat langit senja, dan berakhir juga pada saat senja itu tiba,” jawab Mommy antusias, membuat Kendrick berdiri dan menarik Mommy itu beranjak.

“Ayok pulang, Mom. Daddy sudah menunggu di rumah,” ujar Kendrick, tetapi ditepis oleh Mommy.

“Daddy mengerti, duduk kembali, Kendrick. Permasalahanmu dengan Vindry harus diselesaikan saat ini juga,” titah Mommy, menarik Kendrick untuk duduk kembali. Aksi keduanya sesekali mendapatkan perhatian banyak pasang mata yang berlalu lalang.

Kendrick menurut, ini semua hanya karena perintah dari Mommy, bukan untuk Vindry. Sedangkan Vindry terkekeh, ia lebih unggul, karena mendapatkan pembelaan dari Mommy. Tidak bisa dipungkiri, hanya Kendrick yang tidak jatuh hati dengan pesona yang dimiliki oleh Vindry.

“Asistenmu itu ada waktu kosong kapan? Biar aku cocokkan dengan jadwalku.” tanya Kendrick dengan dingin, lagi-lagi mendapatkan pukulan di lengan kirinya dari Mommy.

“Akan aku tanyakan, Tuan. Tunggu sebentar,” ucap Vindry, ia melirik kartu namanya yang digenggam oleh Mommy. Vindry tersenyum manis, “Kau bisa menghubungi nomorku untuk mengatur jadwal pertemuanmu dengan asisten pribadiku.”

Kendrick bergeming, memperhatikan tulisan demi tulisan yang tertulis pada selembar kartu berwarna putih. Di sana tertulis nama production house, nama lengkap Vindry, jabataan Vindry, nomor telepon dan alamat kantor tempat Vindry bekerja.

“Vindry Yema Yumna,” gumam Kendrick tanpa melihat Vindry yang mengangguk dan tersenyum manis.

“Benar, namaku Vindry Yema Yumna, seorang script wrtiter di PH bernama Bintangbersinar. Kau bisa datang menemuiku di kantor atau  menghubungi pada nomor telepon yang tertera disana.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status