“Bagaimana?”Vindry menggelengkan kepala, ia mengangkat testpack yang dibelikan oleh Kendrick untuknya, dan hasilnya hanya satu garis atau tidak hamil.“Aku hanya kelelahan, Kendrick,” ucap Vindry dengan lembut, testpack yang ia pegang, kini diambil alih oleh Kendrick. Suaminya itu seolah tidak percaya dengan hasil akhirnya.Kendrick menatap Vindry, “Bukannya kalau berhubungan pada saat masa subur itu cepat membuahi?” tanyanya, mengalihkan atensinya, menatap testpack yang sedang ia genggam.Vindry bergumam, mengendikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, mungkin memang belum dikasih kepercayaan sama Tuhan untuk kita mempunyai anak,” ujarnya dengan lembut, dan mengusap lengan kekar Kendrick.Kendrick hanya bergeming, lalu melenggang pergi. Vindry memperhatikan suaminya yang menghampiri sofa di sudut ruangan, ia mengerti perasaan Kendrick, lalu dirinya harus apa? Tidak bisa mengubahnya.Vindry menghela nafas, merapihkan pakaiannya dan Kendrick. Memastikan tidak ada yang tertinggal, dikarenaka
“Kendrick, nanti mampir dahulu yaa di supermarket. Aku ingin membeli peralatan mandi dan cemilann lainnya.”Kendrick yang baru saja menutup pintu bagasi pun menatap istrinya yang berdiri di sisi kanannya dengan tatapan datar, sedangkan Vindry memberikan senyum manis kepada suaminya.“Bukannya kau baru berbelanja dengan Bettyana?” tanya Kendrick dengan penuh penekanan, dirinya menuntut jawaban dari Vindry.Vindry menyengir, “Aku itu boros kalau pakai sabun, tinggal setengah sebenernya, tapikan kita sedang di luar. Lebih baik sekalian aku membeli, kan?” ucapnya, menaik-turunkan kedua alisnya.Kendrick tidak menanggapinya, ia memasuki mobil dan duduk di bangku pengemudi. Vindry yang ditinggal begitu saja hanya menghela nafas, dan melangkah menghampiri pintu penumpang. Vindry segera masuk dan memasang sabuk pengamannya.Tanpa banyak bicara, Kendrick melajukan kendaraan roda empatnya keluar dari basement hotel dan bergabung dengan kendaraan lainnya di jalan raya. Vindry hanya memperhatikan
“Ini produk dari perusahaanmu, kan?”Vindry mengangkat satu bungkus cemilan berukuran sedang, menatap Kendrick yang berdiri dihadapannya saat ini. Keduanya sedang berada di supermarket, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Vindry, saat tiba di Genus mampir dahulu ke supermarket.Kendrick bergumam tanpa mengatakan lebih lanjut, dan tentu saja membuat Vindry gemas dengan respon yang diberikan oleh suaminya.“Kau liat tanggal kadaluwarsanya, seharusnya tidak dijual,” ucap Vindry dengan suara pelan, ia memperlihatkan kepada Kendrick. Suaminya itu menuruti apa yang diperintahkan olehnya.Kendrick mengecek tanggal kadaluwarsa pada cemilan berbahan kentang tersebut, jika memang yang dikatakan oleh istrinya benar, dirinya akan membicarakan kepada PIC. Ia tidak akan menjual produk yang mendekati kadaluwarsa.Kendrick memasukkannya ke dalam troli belanja, dan kembali melihat produknya yang lain. Jika kasusnya sama, ia akan menjadikan bukti untuk menegur karyawannnya. Vindry yang melihatnya pu
“Bagaimana kondisi Vindry?”Mommy menatap Vindry yang terbaring di ranjang dari kejauhan, ia dikabarkan oleh Kendrick bahwa Vindry sedang tidak sehat, membuatnya langsung datang ke kediaman putranya.Kendrick bergumam, fokusnya hanya ditujukan kepada Vindry. Pada saat mereka tiba di rumah, ia langsung menggendong Vindry untuk ke kamar dikarenakan kondisi Vindry yang semakin melemah, bahkan berjalan pun tidak kuat.“Sedikit lebih baik, dibuatkan coklat hangat oleh Bibi, Mamih juga datang untuk membawakan boneka milik Vindry,” jelas Kendrick, membuat kedua alis Mommy bertaut.Mommy menatap boneka berukuran berada di dalam dekapan Vindry, boneka tersebut berwarna biru dan berbentuk hewan ‘Rusa’, boneka yang langka. Mommy menoleh, dan kedua iris matanya bertemu dengan kedua mata elang milik putranya.“Apa boneka itu penting buat Vindry?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Putranya itu memutus kontak mata dengannya.“Boneka dari kakaknya, menggantikan sosok kak Erlangga.”Mommy menatap
“Kau darimana?”Vindry menatap Kendrick yang baru saja melepaskan kemeja hitam dan menyimpannya di keranjang kotor, kini suaminya itu tidak mengenakan pakaian atas atau ‘shirtless’. Kendrick hanya menoleh, tidak menjawab.Vindry yang sedang memakan buah naga pun hanya mengendikkan kedua bahunya, tidak ingin membuat kepalanya kembali pusing. Di jawab ya bagus, tidak dijawab bukan suatu masalah untuknya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Kendrick setelah selesai mengenakan kaos oblong berwarna putih, duduk di sisi ranjang.Vindry bergumam, “Sedikit lebih membaik.”Kendrick mengangkat tangan kanannya dan menempelkan punggung tangannya pada kening istrinya, tidak panas. Ia mencoba untuk mempercayai Vindry, menatap nakas yang dipenuhi oleh buah-buahan.“Bibi yang membelikannya,” ucap Vindry, seolahh tahu apa yang sedang difikirkan oleh suaminya itu. Kendrick menoleh, dan hanya bergeming.Vindry mendekatkan sepotong buah naga berbentuk kotak dadu, dan ditolak. Hal itu membuatnya mengerucutkan b
“Kau tidak perlu ikut, kau harus istirahat.”Vindry menggeleng tegas, jelas saja ia tidak mengindahkan perintah dari suaminya, karena dirinya ingin memantau sikap yang akan diambil oleh Kendrick kepada Karyawan yang hampir membahayakan nyawa orang lain.“Aku sudah sehat, Kendrick. Cape tau kalau istirahat terus. Kemarin dari sore hingga pagi hari aku sudah istirahat. Tadi pagi hingga siang hari hanya di tempat tidur. Yayaya?”Kendrick menatap dingin Vindry yang sedang membujuknya saat ini, dan melenggang pergi dari Vindry yang otomatis berdecak kesal. Ia mengambil ponselnya di nakas dan menyimpannya dalam saku.“Ganti pakaianmu,” titah Kendrick memperhatikan pakaian Vindry dari bawah hingga atas. Vindry menatap Kendrick yang sedang menatapnya, walaupun dengan tatapan datar.“Memangnya pakainku kenapa?” tanya Vindry, memperhatikan kembali pakaiannya saat ini, lalu bergumam. Ia menatap Kendrick yang hanya bergeming.“Lima menit dari sekarang, atau tidak sama sekali.”Vindry yang tidak
“Pilihannya hanya ada dua, membayar pinalti atau dipindah tugaskan ke daerah terpencil.”Kendrick menatap dingin laki-laki dihadapannya saat ini, sedangkan lawannya hanya menunduk ketakutan. Memang, berhadapan langsung dengan Kendrick seperti mengajukan nyawanya, dan harus menerima dengan legowo keputusan dari Kendrick.Vindry menatap cemas suaminya, dirinya ditarik mundur oleh Chandra dengan ancaman jika dirinya tidak mundur, karyawan yang lalai dalam bekerja akan langsung diberikan surat pemecatan tanpa pesangon.“Lima detik untukmu memutuskan pilihan,” ujar Kendrick dengan tegas, dan tanpa perasaan. Lebih tepatnya julukan sebagai CEO Arogan disematkan untuk seorang Kendrick Milo Intezar.“Satu.”Vindry menatap dari kejauhan dengan perasaan cemas, pilihan yang diberikan oleh Kendrick benar-benar pilihan sulit. Pilihan pertama ; Membayar pinalti cukup menguras kantong, jika dipotong dari gaji, Kendrick akan memotongnya 50%. Pilihan kedua ; Dipindah tugas ke daerah terpencil, sudah d
“Kau tidak jadi bertanya?”Kendrick bertanya kepada Vindry yang sedang bercermin di meja rias, tanpa menatap istrinya. Kedua matanya hanya terfokus kepada ponsel yang sedang menyala, jemarinya tidak berhenti mengetik pada layar.“Tidak.”Vindry mengoleskan cream night, matanya melirik Kendrick melalui pantulan cermin. Suaminya itu selalu serius, bahkan hingga saat ini ia jarang melihat pria yang sedang duduk bersandar di belakang sana tertawa.Kendrick tidak bersuara. Suasana kembali hening, baik Kendrick maupun Vindry tidak ada yang mengeluarkan suara, sibuk dengan aktifitas masing-masing. Kendrick sibuk dengan pekerjaan, sedangkan Vindry sibuk untuk perawatan wajah atau sedang ‘skincare’.“Waktumu sudah habis. Selesai atau tidak, kau harus istirahat,” ujar Kendrick, tatapannya tajam menatap Vindry yang sedang merapihkan kembali perawatan wajahnya.Vindry menatap jam di layar ponselnya, lalu menatap Kendrick melalui pantulan cermin, “Baru pukul sembilan, Kendrick. Kau saja masih si