“Lalu, aku tidak menggunakan pengharum badan?”Kendrick menatap Vindry yang duduk di ranjang dengan bersidekap dada dan menyipitkan mata kepadanya. Istrinya itu lebih sensitive daripada biasanya, dan Kendrick tidak mempermasalahkan.“Ya. Memangnya parfum sepenting itu?” tanya Vindry dengan tidak santai, ia kesal karena dari jam tiga pagi sudah tidak bisa tertidur karena laper terus hingga saat ini, sedanngkan tadi Kendrick sudah memasak untuknya.Kendrick menatap Vindry dengan melipat lengan kemejanya dan memfokuskan atensinya hanya kepada Vindry.“Aku selalu bertemu dengan orang penting, jika aku tidak menggunakan parfum membuatku terlihat tidak keren, Vindry.”Vindry turun dari ranjang, dan menghampiri suaminya untuk membantu merapihkan pakaian Kendrick. Setelah rapih, ia tersenyum manis, “Kau sudah keren,” ucapnya. Ia menghirup aroma tubuh Kendrick, “Wangi kok tanpa kau pakai pengharum badan,” lanjutnya.Kendrick memikirkan satu hal, jika ia tidak menggunakan parfum akan dicurig
“Apa? Minta ijin buat datang besok?”Vindry mengangguk semangat, tersenyum manis kepada suaminya yang sedang menyeruput kopi buatannya. Ia harus datang besok untuk melihat secara langsung talent yang berhasil masuk ke babak dua.“Boleh yayaya? Audisinya juga di kantor saja, tidak pindah-pindah tempat. Setelah selesai, aku langsung pulang.”Kendrick hanya bergeming, tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh istrinya. Ia memilih untuk menatap layar ponselnya, lalu menyipitkan kedua matanya saat sebuah pesan masuk dan terletak paling atas diantara pesan yang lainnya.Vindry mengerucutkan bibirnya, “Kendrickk, boleh yaa?” tanyanya, masih berusaha untuk membujuk suaminya agar mengijinkan dirinya untuk datang ke kantor esok hari.Kendrick membuka pesan tersebut, menaikkan sebelah alisnya lalu terbit smirk smile. Tentu saja membuat Vindry menyipitkan kedua matanya, perubahan ekspresi Kendrick membuat Vindry menaruh curiga.Vindry melirik ke layar ponsel milik Kendrick, tetapi seketika layar t
“It’s okay, Kendrick. Hanya sedikit luka goresan saja, nanti juga sembuh.”Vindry mencoba untuk menenangkan suaminya yang sedang menghubungi seseorang untuk mencari pelaku pemecah kaca rumahnya. Sebuah batu cukup besar sengaja dilemparkan kea rah jendela dekat ruang makan, posisi meja makan yang cukup dekat dengan kaca, membuat serpihan kaca mengenai lengan Vindry.Erlangga duduk di sisi ranjang, memperhatikan perban pada lengan kiri sang adik, memang tidak terlalu parah, tetapi cukup membuat semua orang khawatir. Bagaimana tidak? Mereka takut jika itu akan membahayakan nyawa Vindry dan calon bayi.“Kau tidak merasakann apapun?” tanya Erlangga, memperhatikan Vindry yang sedang menatapnya saat ini. Adik satu-satunya itu mengangguk dan tersenyum manis.“Tidak, kak Erlangga. Ya seperti saat aku sedang belajar sepeda, lalu aku terjatuh. Rasanya seperti itu, ya … sedikit perih sih, tapi semuanya okay,” ujar Vindry dengan lembut. Kedua iris mata hazelnya memperhatikan keempat orang dewasa
“VINDRY YEMA YUMNA!”Kendrick menggertakkann giginya karena tidak menemukan Vindry di kamar. Raganya sudah lelah menghadapi situasi di kantor, dan pada saat dirinya tiba di rumah, Vindry menghilang.“Tuan mencari nyonya Vindry?” tanya Bibi pas bertemu dengan Kendrick di tangga, jujur saja … sebenarnya ia takut untuk berbicara dengan Kendrick, lebih tepatnya berhadapan dengan Kendrick yang sedang dalam keadaan tidak bisa disenggol.“Ya. Bibi melihatnya?” tanya Kendrick, menatap wanita paruh baya yang sudah bekerja dengannya hampir lima tahun.“Tadi saya lihat ke arah kolam renang, Tuan.”Kendrick segera melangkahkan kakinya untuk ke kolam renang, sedangkan Bibi hanya menggelengkan kepala, memaklumi sikap tuannya yang terkadang memang membuatnya harus mengelus dada.Kendrick berdiri di ambang pintu, kedua matanya menajam untuk memperhatikan punggung Vindry yang terduduk di pinggir kolam renang dengan kedua kaki masuk ke dalam kolam renang.“Kau sedang apa di sini?” tanya Kendrick dari p
“Kau hari ini memang tidak ada jadwal bertemu dengan klien?”Vindry kembali meyakinkan Kendrick bahwa suaminya itu tidak lupa dengan janji bertemu, ini sudah ketiga kalinya sejak tadi pagi bertanya kepada Kendrick. Sedangkan suaminya itu hanya bergumam sebagai jawaban.“Aku tidak seceroboh itu. Kalau menemanimu, berarti aku sudah memastikan bahwa satu hari itu tidak memiliki janji dengan siapapun,” ujar Kendrick panjang lebar, mungkin sudah bosan dengan pertanyaan dari istrinya itu.Vindry terkekeh, mengusap lengan kekar milik Kendrick, mencoba untuk menurunkan tingkat kekesalan suaminya itu kepadanya.“Aku minta maaf yaa,” ucap Vindry dengan lembut dan tulus, hanya ditanggepi dengan bergumam. Keduanya melangkahkan kaki ke carport, dimana mobil kesayangan Kendrick sudah terparkir di sana.Kendrick membukakan pintu untuk Vindry, dan sang istri segera masuk ke dalam, tidak lupa mengucapkan ‘Terimakasih’. Kendrick menutup kembali pintu mobilnya, tetapi menatap Bibi dan satpam rumahnya.“
“Kendrick, aku ingin berbicara denganmu.”Kendrick menatap Chandra yang melangkah masuk ke ruangannya, hari ini dirinya datang ke kantor untuk mengecek pekerjaan karyawannya, sedangkan Vindry sedang berada di rumah Mommy tentu saja Mamih ada di sana.“Tentang?”Chandra menempati bangku kosong di hadapan Kendrick, memberikan beberapa lembar foto kepada Kendrick yang segera menerima dan menatap foto yang merupakan foto Diana. Chandra menarik nafas terlebih dahulu, sebelum akhirnya berbicara.“Diana Danira, mantan kekasihmu. Aku mendapatkan laporan dari orang suruhan bahwa dia mengikuti kalian kemanapun kalian pergi. Kau tidak ingin bertindak tegas kepadanya?” ujar Chandra, memperhhatikan Kendrick yang menampilkan smirk smile. Ia melihat Kendrick mengangkat 10 lembar foto ke udara.“Kau lupa dengan rencanaku? Atau kau tidak percaya dengan rencana yang sudah aku buat?” tanya Kendrick dengan penuh penekana, ia melempar 10 lembar foto tersebut di atas meja kerjanya.“Kau mempercayai Argant
“Menjijikan sekali mendengar perbincangan kau dan Diana.” Kendrick menatap Argantara yang baru saja memasuki ruangannya, sedangkann laki-laki mendelik karena baru saja membuka pintu ruangan sudah disambut dengan kalimat yang menurutnya dapat membuat bulu tangannya berdiri. Argantara mengunci rapat pintu ruangan Kendrick, lalu menghampiri Chandra yang hanya bergeming menatapnya dengan datar. Ia duduk di bangku kosong sebelah Chandra dan menghela nafas lega karena bisa terlepas dari Diana. “Kalau bukan aku, siapa lagi?” tanya Argantara, kedua matanya menatap Kendrick yang bergumam. “Adikmu bagaimana keadaannya? Sudah lebih tujuh tahun dirawat, harusnya ada perkembangan,” tanya Kendrick, jujur saja dirinya ingin tahu perkembangan dari adik sahabatnya itu. Argantara duduk bersandar, “Ya. Satu bulan lagi akan kembali ke sini untuk melanjutkan pengobatan,” jelasnya, diangguki oleh Kendrick. “Zaiden?” tanya Chandra, memastikan bahwa dirinya tidak lupa dengan Argantara yang memang sudah
“Vindry baru saja tidur. Jadi, lebihh baik kau tidur saja di sini.”Kendrick memperhatikan Vindry yang sedang terlelap tidur, lalu mengalihkan atensinya menatap Mommy dan Daddy. Kedua orangtuanya itu berdiri di dekatnya dengan pandangan serius.“Ya, aku akan menginap satu malam di sini, Besok pagi aku akan pergi ke rumah sakit bersama Vindry,” ujar Kendrick, membuat Mommy dan Daddy menatap satu sama lain.Daddy menatap Kendrick, “Kau sakit?” tanyanya, dijawab dengan gelengan kepala.“Zaiden sedang sakit, Dad. Besok aku dan Chandra akan menjenguknya.”Mommy menaikkan sebelah alisnya, nama tersebut tidak asing ditelinganya. Satu nama terlintas di otaknya, memfokuskan atensinyya hanya kepada Kendrick yang duduk di sisi kanan Vindry.“Zaiden adiknya Argantara?” tanya Mommy, diangguki oleh Kendrick. Ia dan Daddy saling melempar pandang, mereka tidak akan lupa dengan perselisihan yang terjadi antara putranya dan Argantara tiga tahun yang lalu.“Kau dan Argantara?” tanya Daddy, menuntut j