Share

Terpaksa Menikahi CEO Cantik
Terpaksa Menikahi CEO Cantik
Author: Rich Women

Awal Masalah

Author: Rich Women
last update Last Updated: 2023-08-28 14:24:25

"Kapan kamu menikah Zee? Umur kamu sudah 25 tahun, tapi kamu masih betah hidup sendiri?"

Zea Anassya Widyaningrum hanya bisa melipat kedua tangannya di depan dada, ketika sarapan paginya harus terusik dengan kalimat yang terus menerus terucap dari mulut Papa dan Mamanya. Bahkan ia kehilangan nafsu makannya, ketika pertanyaan itu ditujukan padanya.

"Harus berapa kali Zea jelasin sih Pa? Zea masih pengen fokus kerja," balas perempuan berkulit putih itu dengan kerlingan malas.

"Apa sih yang pengen kamu kejar Ze? Karir kamu di dunia bisnis itu udah maksimal. Kamu punya posisi yang bagus di kantor, punya gaji di atas 2 digit, bahkan kamu juga punya bisnis lainnya di luar kantor. Emang itu nggak cukup buat kamu?" Sang Mama yang duduk bersebelahan dengan suaminya ini, ikut angkat bicara. Dia jengah melihat putri satu-satunya terus saja membantah setiap mereka membahas pernikahan.

"Tapi aku ngerasa itu belum cukup Ma. Ada beberapa hal yang masih pengen aku raih."

"Obsesi kamu soal karir itu terlalu berlebihan Zee!" tukas sang Papa dengan nada tegasnya. "Papa dan Mama ini capek harus cari alasan ke saudara yang selalu bertanya mengenai pasangan ke kamu."

"Simpel aja sih sebenernya. Papa dan Mama nggak usah ketemu mereka lagi. Beres kan?" balas Zea acuh.

"Aneh kamu ini!" omel sang Mama. "Mama dan Papa ini juga udah tua Zea. Kita juga pengen liat kamu bahagia, kepengen liat kamu punya pasangan, punya anak. Sama kayak orang tua lainnya."

"Mama..." Perempuan bertubuh ramping dengan blouse warna putih itu menegakkan badannya. "Hidup bahagia itu, nggak ditentuin dari pernikahan atau pasangan. Seperti ini aja, aku udah happy kok. Dan soal anak, aku bisa aja ke panti asuhan buat angkat salah satu dari mereka sebagai anak. Simpel kan?"

Tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh Zea, sang Papa pun reflek menggebrak meja makan dengan cukup keras, hingga membuat suasana di area itu menjadi semakin tegang.

"Kamu ini udah nggak muda lho Zee, temen-temen yang usianya sepantaran kamu juga udah banyak yang nikah lho?" sahut sang Mama lagi. "Bahkan ada juga yang usianya lebih muda dari kamu, tapi udah berumah tangga."

"Ya mereka kan pengangguran Ma. Makanya cari suami biar ada yang nafkahi. Kan aku beda, aku punya kerjaan tetap dan uang yang banyak, jadi ngapain aku buru-buru nikah." Zea membalas dengan nada tak kalah ketus.

"Cukup Zea! Cukup!" hardik sang Papa dengan emosional. "Bisa tidak kamu berhenti membantah ucapan kami?!"

Zea menatap papanya dengan sorot mata yang tampak resah. Ini kali pertama baginya, melihat sang Papa semarah ini kepadanya.

"Kami ini orang tua kamu Zea. Kami pengen yang terbaik buat kamu. Jadi Papa mohon, berhenti mengejar karir kamu dan MENIKAHLAH secepatnya!" tandas sang Papa dengan nada penekanan di akhir kalimatnya. "Oke kalau kamu ngerasa masih muda, tapi kami? Kamu kan tau kalau kami ini udah tua?"

"Tapi Pa, aku—"

"Satu bulan Zea," ucap sang Papa dengan ekspresi serius. "Papa kasih kamu waktu satu bulan untuk mengenalkan pasangan kamu ke Papa dan Mama."

"Memang Papa pikir mencari suami segampang itu?" Zea adalah Zea. Keras kepalanya memang datang dari gen papanya.

"Apa harus Papa yang nyariin kamu pasangan?"

Zea terperangah ketika mendengar ucapan sang Papa. "Maksudnya, Papa mau jodohin aku, gitu?"

"Iya. Soalnya Papa sama Mama sudah menganggap kamu gagal nyari pasangan. Jadi sudah sepatutnya kan kalau kita turun tangan," balas Papanya santai.

"Gila," desah Zea lirih. "Mana bisa kayak gitu dong Pa?"

"Sudah Zee! Jangan banyak membantah! Bukannya lebih baik kita yang carikan kamu suami kan?" Sang Mama ikut andil.

Zea menggelengkan kepalanya tak terima. "Nggak! Aku nggak mau!"

"Ya sudah, kesempatan kamu cuma satu bulan itu. Jika dalam kurun waktu yang kita tentukan kamu belum juga punya pasangan, Mama dan Papa yang akan ambil tindakan."

Zea mendengkus keras. Ia tampaknya sudah sangat frustasi menghadapi kedua orang tuanya yang semakin hari semakin aneh saja. Dengan perasaan dongkol, gadis itu pergi dari sana menuju ke area garasi. Lebih baik dia pergi ke kantor daripada harus meributkan hal yang sama setiap harinya.

***

Zea mengendarai mobil sedannya dengan hati dongkol. Ucapan kedua orang tuanya tadi, membuat mood paginya menjadi buruk. Bahkan ia sampai tidak fokus saat menyetir tadi.

"Apa sih pentingnya pernikahan?" tanyanya pada diri sendiri. "Aku bisa melakukan semuanya sendiri, jadi buat apa harus punya pasangan segala."

Wajar jika Zea sedikit sombong dengan kehidupannya. Selain cantik dan pintar, Zea tergolong siswa yang cekatan dan mandiri. Sejak sekolah menengah pertama, perempuan yang selalu mendapatkan gelar juara kelas tersebut banyak mengikuti kegiatan di sekolah dari jalur prestasi maupun akademik. Sifatnya yang ambisius bahkan bisa membuatnya lulus kuliah hanya dalam waktu dua tahun saja.

Ditambah fasilitas mahal yang orang tuanya sediakan membuat karir perempuan itu kian cemerlang. Lulus kuliah dengan gelar cumlaude. Belum lagi ia memiliki paras cantik dan body seksi yang menggoda, nyaris semua kaum adam terpikat akan pesonanya. Namun sayangnya, puluhan pria yang mendekatinya sama sekali tidak pernah digubris olehnya.

"Aku sudah punya segalanya. Untuk apa aku menikah? Aku nggak butuh lelaki."

Itulah slogan yang selalu Zea tanamkan di kepalanya hingga saat ini.

Zea memang wanita karir yang mandiri. Kaya, cantik, tegas, dan luar biasa. Bahkan beberapa pria yang sempat dikenalkan olehnya mengaku minder karena prestasi perempuan itu yang cukup cemerlang.

Zea adalah tipe wanita masa kini yang tak begitu tertarik akan percintaan. Hingga beberapa orang berpikir jika perempuan itu menaruh kriteria yang tinggi untuk menemukan calon pasangan. Padahal sebenarnya, dia memang tidak minat saja untuk menjalin hubungan pernikahan yang mungkin akan mengikat kehidupannya yang bebas.

***

Sekitar 20 menit kemudian, Zea tiba di kantornya. Ia langsung bergerak menuju lift dan naik ke lantai 25. Saat masuk ke dalam ruangan tersebut, ternyata ia sudah disambut oleh teman baiknya, Nisha namanya.

"Nisha? Tumben banget kamu udah di sini pagi-pagi?" Sambil berjalan ke arah kursi kerjanya, Zea bertanya demikian.

"Hm. Aku kan emang rajin. Emangnya kamu?" sindir Nisha setengah bercanda.

Zea reflek mendengkus. "Iya-iya, si paling rajin."

Nisha terkekeh melihat perempuan itu mengerucutkan bibirnya. Ada sesuatu yang membuat gadis itu berpikir jika Zea sedang tidak dalam mood yang bagus.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Nisha penasaran. Ia tau temannya ini memang sering uring-uringan apalagi kalau saat PMS sudah dekat. Tapi kalau masih pagi sudah manyun begitu, berarti ada yang membuat gadis itu kesal.

Zea melirik ke arah Nisha dan mengangguk. "Hm."

"Soal apa?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   Percayalah Padaku

    "Semua bakalan baik-baik aja.""Semuanya pasti akan berjalan lancar."Zea berusaha untuk terus berpikir positif. Meskipun di luar sana keadaan sedang tidak kondusif, tapi ia yakin Matteo dan sang Ayah bisa menghentikan pernikahan ini."Bapak ini gimana? Kita ini udah mau tunangan lho? Masa batal gitu aja? Apa kata orang-orang Pak?""Saya lebih baik menanggung malu, Pak. Daripada harus melihat anak kesayangan saya menderita nantinya.""Ini nggak adil, Pak! Kalian harus ganti rugi?!""Ck!" Zea menggigit bibirnya. Belum apa-apa saja calon besannya sudah minta ganti rugi hanya karena masalah seperti ini. Bagaimana jika mereka benar-benar menikah nantinya? Apa Zea tidak harus menanggung banyak beban jika tinggal bersama keluarga arogan dan perhitungan seperti mereka?"Ya Tuhan, semoga aja masalah ini bisa selesai dengan lancar. Semoga nggak terjadi hal-hal yang enggak kami inginkan." Zea merapatkan kedua tangannya dan berdoa.Ia mondar mandir dengan gelisah di dalam kamarnya selama beberap

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   Kedatangan Matteo

    "Udah berapa lama kalian pacaran?"Kini Matteo dan Zea sudah duduk berdampingan dengan Ibu dan Pak Rendra yang berada di hadapan mereka. Kedua orang itu seperti sedang disidang saja."Hampir setahun, Tante," jawab Matteo dengan nada tegas."Setahun?!" Bu Rendra tersentak kaget. "Terus kenapa kalian selama ini nggak pernah bilang?""Waktu itu kami masih sama-sama ragu, Tante. Apalagi saya— saya khawatir karena sedang dalam hubungan jarak jauh.""Tapi Zea kan bisa jujur kalau kalian emang pacaran! Jadi kami nggak repot harus cari jodoh sampai begini?" pungkas Pak Rendra. Dia terlihat kesal karena ulah Zea dan Matteo yang tidak mau jujur mengenai hubungan mereka."I- itu Pa... Kita..."Zea belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika Matteo lebih dahulu menyelama, "Sebenarnya kita memang sempat putus beberapa bulan terakhir Om. Lebih tepatnya break sebentar."Zea menatap ke arah Matteo dengan ekpresi heran. Tapi dia memilih untuk diam dan membiarkan pria di sebelahnya ini untuk melanjutk

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   Kejutan Di Hari Pertunangan

    "Aku takut banget Sha. Aku nggak bisa bayangin harus nikah sama cowok kayak Robby."Nisha yang mendengar ucapan Zea langsung mendekati gadis itu dan memeluknya. Ia hanya bisa melakukan itu guna memberikan sahabatnya kekuatan. "Kamu jangan khawatir, Zee. Tuhan pasti bakal jagain kamu.""Aku pengen nyerah aja, rasanya. Aku nggak paham lagi kenapa Papa dan Mama nggak pernah mau dengerin aku." Manik Zea mulai buram karena air mata. Ia begitu khawatir dengan perjalanan hidupnya setelah resmi bertunangan dan menikah dengan Robby."Boleh nggak sih aku berharap sama Tuhan, di hari H ada kebakaran, gempa atau apapun yang bisa bikin pertunangan kami batal?"Nisha mendelik. "Hush! Jangan bicara gitu Zee.""Aku udah putus ada banget.""Daripada gitu, kenapa nggak berdoa minta di datangkan seorang cowok yang jadi pahlawan penyelamat aja? Yang bisa bantuin kamu bebas dari Robby si playboy itu?"Zea menutup wajahnya dengan lengan kanannya yang bebas dari infus. "Kalau itu, terlalu mustahil menurutku

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   Nasib Buruk Zea

    "Aku kasian deh ama Zea."Suara Nisha barusan membuat lamunan Matteo jadi buyar. Ia tatap perempuan di sebelahnya dengan alis berkerut karena bingung."Kenapa gitu Bu?""Ya bayangin aja, Matt. Dia dipaksa nikah sama laki-laki kasar dan playboy seperti Robby," jawab Nisha yang duduk di sebelah Matteo. "Padahal Zea puluhan kali minta ke mamanya buat batalin pertunangan mereka, tapi orang tuanya masih aja maksa.""Memamgnya, orang tua Bu Zea nggak tau kelakuan calon mantu mereka?" tanya Matteo penasaran."Mereka nggak tau. Nggak mau percaya juga karena si Robby ini anaknteman mereka. Jadi ya, dibandingkan percaya sama Zea, mereka lebih percaya ke si Robby itu." Nisha memperhatikan temannya yang masih tidur itu dengan wajah sendu. Dia tidak menyangka di balik kesuksesan Zea, ternyata ada satu masalah besar yang tengah mengintainya."Sumpah, Aku beneran nggak tega kalau sampai Zea nikah sama Robby. Dia— nggak seharusnya menderita karena pernikahan itu."Matteo tidak mengatakan apapun dan h

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   Merasa Bersalah

    Beberapa minggu berlalu sejak hari terakhir Matteo bertemu dengan bosnya Zea. Setelah pembicaraan penting itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Keduanya sama-sama saling menghindar dan tak bertegur sapa. Mereka bersikap seolah tidak saling kenal satu sama lain. Dan sekarang, Matteo sedang berkumpul dengan teman-temannya di kantin, mereka menikmati hidangan makan siang yang tersedia sambil mengobrol mengenai banyak hal. Tapi entah dimulai dari mana, salah satu teman Matteo tiba-tiba membahas masalah Zea."Tau nggak guys. Aku mendengar kabar kalau bu CEO mau lamaran."Matteo yang sedang menikmati makan siangnya dengan tenang langsung mempertajam pendengarannya, dia mendadak penasaran dengan pembahasan teman-temannya."Oh iya? Kata siapa?""Aku dapat info dari sumber terpercaya.""Wah, bagus dong kalau Bu Zea udah nemuin jodohnya.""Ya bagus sih, tapi masalahnya, jodohnya itu orangnya lebih tua 10 tahun dari Bu Zea lho."Matteo mendelik kaget. Tapi ia berusaha menutupi rasa keterkejutan

  • Terpaksa Menikahi CEO Cantik   10. Jangan Menghindar

    "Matteo! Kamun dipanggil sama Bu CEO tuh! Dia meminta kamu untuk segera datang ke ruangannya."Matteo baru saja bersiap turun ke bawah saat untuk makan siang, seorang HRD datang menghampirinya, dan mengatakan hal tersebut. Matteo menjilat bibir bawahnya. Dia sudah bisa menebak apa yang ingin dibicarakan oleh wanita itu, saat memanggilnya. Tapi sejujurnya, dia belum punya jawaban yang tepat untuk menanggapi tawaran Zea."Hei! Kenapa masih di situ? Buruan sana ke ruangan Bu Zea! Kamu tahu sendiri kan gimana sikap Bu Zea sama orang yang lelet kayak kamu gini?" tukas HRD itu lagi. Memperingati Matteo agar segera pergi ke tempat yang diminta.Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan Zea, Matteo tidak bisa menenangkan degup jantungnya. Dia bahkan terus memikirkan jawaban apa yang harus dia sampaikan pada Zea nanti."Aku bingung banget. Berhari-hari memantapkan hati buat pilih keputusan yang tepat, tapi rasanya susah sekali." Matteo menggumam dal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status