“Bertemu dengan Rainer Griffin? Ah, Nona Milan jangan bermimpi.” ucapnya diakhiri dengan sebuah dengusan pelan seperti sedikit mengejek, “dia bahkan terus menolak telepon dariku.”
“Saya kira, Nona membawa saya kemari untuk kemudian dipertemukan dengan Tuan Griffin,” lirih Olivia Milan menunduk lesu. Ia merasa bersalah sempat beranggapan jika bosnya itu merupakan pria yang kurang waras. Nyatanya, memang ada hal aneh yang masih belum terungkap seluk-beluknya.
“Maaf, sepertinya Nona Milan mulai kelewat percaya diri.” gumam Sabrina datar, matanya kini menelisik tajam pada sosok gadis sederhana yang sedang bersamanya.
“Maaf?”
Melihat tatapan lugu Olivia Milan, keramahan yang tadinya sempat menghiasi wajah Sabrina Bullock perlahan-lahan memudar.
“Aku membawamu ke sini, semata-mata demi membuka matamu, bahwa, jika memang ada perhatian-perhatian khusus yang Rain berikan kepadamu, itu semua semu! Rain belum bisa membedakan antara perempuan di mimpinya
Lampu mobil yang berlalu lalang terlihat bak kunang-kunang yang melesat berkejar-kejaran di mata Olivia Milan. Saat itu, ia tengah berdiri menyadarkan tubuhnya pada sebuah pagar di balkon apartemen milik Rainer Griffin. Satu fakta aneh yang sedang menimpa Rainer Griffin sedikit banyak juga membuat Olivia Milan penasaran dan tertarik untuk terlibat menyelidikinya. Atas sebab itulah Olivia Milan setuju untuk diajak mengobrol bersama dengan Rainer Griffin di apartemen pria itu. “Kau yakin tak pernah menyerahkan fotoku kepada paranormal, heh?” selidik Rainer Griffin yang saat itu sedang duduk menikmati teh hangat. Pria itu memandangi rambut Olivia Milan yang terbang disapu angin malam. Sejenak, pria itu tersenyum tipis. Bahkan, rambut si gadis di dalam mimpinya juga sama persis dengan rambut Olivia Milan di dunia nyata. “Tuan Griffin, saya sudah menjawab lebih dari sepuluh kali untuk pertanyaan yang sama. Dan, saya kira jawaban saya juga masih sama.” ucap gadis itu seray
Di malam sebelumnya, Rainer Griffin dan Olivia Milan telah menandatangani kontrak kerja sama. Kerja sama terkait dengan kesediaan kedua belah pihak dalam upaya mengungkap misteri sosok gadis di mimpi Rainer Griffin. Olivia Milan bersedia mengambil kontrak tersebut karena ia tak ingin dituduh melakukan hal-hal mistis kepada Rainer Griffin. Sementara itu, Rainer Griffin membuat kontrak tersebut sebenarnya semata-mata agar ia punya alasan untuk tetap dekat dengan Olivia Milan. Pagi itu, adalah hari pertama Olivia Milan untuk memulai kehidupan sesuai dengan yang tertera di dalam surat kontrak. Ia datang pagi-pagi dengan membawa satu koper berisi pakaian-pakaian ganti dan beberapa barang pribadi yang ia perlukan dalam tiga bulan masa berkemah di apartemen Rainer Griffin. Entah berjodoh entah apa, Olivia Milan bertemu dengan Harry di dalam lift ketika gadis itu hendak naik ke lantai apartemen Rainer Griffin berada. “Hei, Kau lagi, Nona Milan! Bagaimana bisa kita se
“Buatkan aku Ful Medames, aku ingin mencicipi Ful Medames buatanmu!” tukas Rainer Griffin sambil berlalu pergi. Pria itu bahkan belum memberi ucapan selamat datang pada Olivia Milan, atau sekadar menunjukkan ruangan di mana Olivia Milan bisa meletakkan koper besarnya. “Tuan Griffin, apa itu Ful Medames?” tanya Olivia Milan sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. “Kembaranmu di mimpiku, pernah membuatkan Ful Medames yang sangat tidak enak. Mari kita lihat apakah dirimu juga sama dengannya!” Hanya itu. Hanya itu yang disebutkan oleh Rainer Griffin sebelum akhirnya ia pergi entah ke mana, barang kali ke kamar, atau juga ke balkon. Olivia tak sempat melihat kepergian Rainer Griffin sebab ia segera membuka mesin telusur di ponselnya. Ia mengetik, “Ful Medames”. “Hidangan asal Mesir dari kara oncet yang dimasak dan disajikan dengan minyak sayur, jintan putih, dan ditambah dengan potongan paterseli, bawang Bombay, bawang putih, perasan lemon dan cabai??!!
“Oh ya, kembaranmu di mimpi itu, dia tak pernah mau kusuapi Ful Medames. Bagaimana denganmu?” goda Rainer Griffin dengan senyuman sedikit nakal ketika melihat wajah Olivia Milan yang masih masam.“Sialan, mengapa dia tersenyum sangat manis!” batin Olivia Milan dengan napas tertahan, ia merasa sedikit aneh ketika menyadari bahwa senyuman Rainer Griffin menjadi sangat manis saat disuguhkan dengan cara seperti itu.“Telingamu kumat tuli lagi?” Rainer Griffin mengerutkan alisnya, memicingkan mata ke arah Olivia Milan yang terlihat diam dengan ekspresi yang ganjil.“Ah, saya sama seperti dia, Tuan. Saya tidak ingin menerima suapan dari Tuan Griffin! Tapi tentu saja, itu tak membuktikan bahwa kami adalah orang yang sama!” celetuk Olivia Milan cepat. Ia sempat khawatit jika pria di depannya itu sempat menangkap ekspresinya yang ‘sedikit’ menikmati senyuman Rainer Griffin. Karena itulah mata Olivia Milan sengaj
“Kecupkan bibirmu ke bibirku, Nona Milan yang sedikit tuli!” ulang Rainer Griffin kembali setelah ia melihat Olivia Milan hanya diam terpaku.“Mengapa saya harus melakukannya, Tuan?” tanya Olivia Milan hampir tanpa suara, tatapannya lurus ke depan tetapi sedikit kosong. Ia menelan ludah beberapa kali seiring dengan jantungnya yang tiba-tiba berdenyut cukup cepat.“Kau bertanya, apa yang harus kau lakukan untuk menghentikan amarahku, bukan? Aku sudah menjawabnya, dan giliranmu yang harus melakukannya,” bisik Rainer Griffin ke sebelah telinga Olivia Milan yang lain. Membuat gadis itu kembali merasakan sensasi geli yang aneh. Sensasai yang mengakibatkan bulu kuduknya berdiri, tapi bukan karena takut.“Melakukan apa, Tuan Griffin?” tanya Olivia Milan dengan masih seperti orang linglung. Ia tahu pertanyaannya hanya sia-sia sebab sejatinya ia telah cukup mengerti apa yang diinstruksikan oleh Rainer Griffin. Tapi tetap sa
“Sudah cukup! Aku khawatir Kau akan kecanduan dengan kegiatan ini, Nona Milan! Ingat, Kau hanyalah pesuruh di apartemenku ini!” Tiba-tiba, setelah kegiatan saling menempel bibir berlangsung cukup lama, Rainer Griffin menghempaskan tubuh Olivia Milan. Tanpa basa-basi sedikit pun, pria itu lantas membalikkan badan dan pergi meninggalkan Olivia Milan yang terpaku diam di tempatnya. “Gawat! Aku tak boleh melakukannya lagi! Jika itu terjadi lagi, aku benar-benar bisa ketagihan! Sialaaaan!” gerutu Olivia Milan seraya mengacak-acak rambutnya yang panjang. Gadis itu tiba-tiba mulai menyadari jika sosok menyebalkan Rainer Griffin ternyata memiliki sisi memukau yang tak bisa ia tolak meski setengah mati ia ingin menolaknya. Rainer Griffin memiliki pola serangan ciuman yang menantang dan menggairahkan! “Ah! Tidak! Apa yang kupikirkan! Sialan! Aku harus berpikir dan bertidak dengan lebih jernih setelah ini!” pekik Olivia Milan lagi setelah batinnya sempat memberi
“Saya? Alat untuk ‘membayar hutang’?” Olivia Milan bersingsut, menghadapkan hampir seluruh tubuhnya pada Harry yang sedang menyetir.Harry mengangguk menanggapi kebingungan Olivia Milan.“Ketika Rainer Griffin dan Adelyn Scarlet resmi dijodohkan, mereka berdua menolak bahkan Adelyn mengancam untuk bunuh diri waktu itu. Akhirnya, orang tua kami membuat keputusan bijak. Mereka memberi waktu selama satu tahun bagi masing-masing orang untuk menemukan jodoh pilihan mereka. Jika mereka tak juga menemukan pasangan pengganti, maka perjodohan akan tetap dilakukan!”“Lalu, bagaimana dengan surat wasiatnya?”“Akan direalisasikan di generasi berikutnya, anak-anak kami. Tapi tentu saja, jika bisa direalisasikan segera, orang tua kami akan melakukannya secepat mungkin. Masalahnya, sepertinya sekarang Adelyn mulai menyukai Griffin, sementara Griffin masih sama, tak menaruh hati pada adikku.”“Oh, b
“Bajingan tengik! Apa maksud dari gadis itu melakukan hal tersebut pada Olivia Milan?!” gerutu Rainer Griffin dari dalam lift.Ting!Pintu lift terbuka. Rainer Griffin melangkah keluar dengan membawa amarah besar bersamanya. Satu tarikan napasnya mengandung satu kemarahan yang ingin segera ia lampiaskan pada Kayla. Sosok gadis yang telah melakukan hal buruk pada Olivia Milan.Beberapa menit berselang, akhirnya, Rainer tiba di ruang apartemen miliknya.Bruakkk!!!!Sengaja, Rainer Griffin membanting pintu. Berharap kedatangannya akan mendapatkan perhatian khusus dari Kayla dan juga Olivia Milan. Benar saja, Kayla yang sedang merekam Olivia Milan tengah tersentak kaget. Saat itu, Kayla tengah merekam Olivia Milan yang ia suruh untuk mengelap heels merahnya yang masih ia kenakan.Setiap beberapa detik sekali, Kayla akan bertanya, dan meminta Olivia Milan yang tengah menunduk untuk mendongak ke kamera.“Hei, gadi