Beranda / Romansa / Terpaksa Menikahi Om-Om / Bab 1. Hari Menyebalkan

Share

Terpaksa Menikahi Om-Om
Terpaksa Menikahi Om-Om
Penulis: Hikmdr

Bab 1. Hari Menyebalkan

Penulis: Hikmdr
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-25 08:26:38

Langkah sepatu yang tergesa-gesa. 

Aoi mempercepat langkahnya. Ia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. 

Sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan kendaraan yang membunyikan klaksonnya. 

Sampai ada sebuah genangan air kotor itu mengenai rok Aoi. 

Aoi berteriak histeris. Para pejalan kaki menatapnya aneh. 

"Aaa! Jadi kotor! Siapa yang membuat aku seperti ini?" Aoi mencari pelakunya. Tidak ada. 

Sepertinya mencari pelaku tidak penting. Aoi bisa terlambat ke sekolah. 

Saat sampai di depan gerbang SMA Sakura, bu Dora berkacak pinggang dengan wajah marahnya. 

"Aoi Mianami. Kenapa kamu terlambat lagi? Alasan kesiangan? Macet di jalan? Main sama kucing kesayangan?" tanya bu Dora beruntun. Sudah hafal dengan alasan Aoi. 

Aoi mengatur nafasnya. Lari selama 10 menit itu melelahkan. 

"Maaf ibu. Saya lupa tidak memasang alarm. Jadi terlambat. Apalagi ojekan di daerah saya sangat sulit," jawab Aoi. Sebenarnya ada sopir pribadi, tapi Aoi lebih suka berangkat dengan angkutan kota.

"Lupa memasang alarm? Lalu ibu kamu kemana?" 

Pertanyaan itu lagi. Aoi bingung menjawab apa. Ibunya adalah model terkenal dan designer profesional yang di segani seluruh dunia. Sekali namanya di ketahui banyak orang, dirinya akan tersorot publik dari segala sisi dan aktivitasnya. Dan Aoi tidak suka hal yang ramai.

"E-itu. Ibu saya masih ada di luar negeri," jawab Aoi gugup. Bu Dora pasti akan tanya lebih banyak lagi.

"Ayah kamu?"

"Sama. Di luar negeri juga. Bu, saya ingin masuk. Nanti tidak bisa mengikuti ulangan Matematika," ucap Aoi memohon. 

Bu Dora mengangguk. "Bailah, hari ini saya maafkan. Besok dan seterusnya, ada hukuman dan poin pelanggaran. Faham?" 

Aoi tersenyum. "Makasih banget bu Dora yang cantik." 

Kelas 12 Ipa 1. Aoi memasuki kelas dengan santai. Guru yang mengajar Matematika ramah dan baik. Pasti akan di maafkan. 

Pak Jiro menatap Aoi. Ulangan sudah berlangsung 5 menit yang lalu. Dan Aoi baru datang? 

"Aoi. Kenapa terlambat lagi? Hobi kamu terlambat terus," omel pak Jiro. 

"Kesiangan pak. Hehe," Aoi tersenyum kikuk. 

"Ok. Silahkan duduk. Jangan terlambat lagi. Siapkan selembar kertas. Tulis soal yang ada di papan tulis," ucap pak Jiro. 

Haruka menggeleng heran. Aoi sangat hobi terlambat. 

"Untung saja pak Jiro maafin kamu. Kalau tidak, habis sudah," bisik Haruka menakuti Aoi. 

"Huh. Gara-gara alarm kehabisan baterai. Jadi telat," Aoi menggerutu. 

Satu jam berlalu, ulangan Matematika berjalan dengan lancar. 

Haruka baru menyadari rok Aoi kotor. 

"Renang di lumpur?" tanya Haruka tersenyum. 

"Aduh, lupa. Harus ganti rok baru. Di lemari kelas ada gak?" 

Fumie mengangguk. "Ada. Ambil aja."

Aoi memgambil satu rok putih abu-abu panjang. Sebelumnya ia ragu, karena rata-rata rok di SMA Sakura hanya sampai lutut saja. 

"Aoi. Kalau udah selesai pinjam rok. Kembalikan lagi ya? Jangan sampai di pinjam kelas lain. Nanti gak balik roknya," ujar Hikari sebagai ketua kelas. 

"Siap bu bos!" Aoi memberikan hormat. "Fumie, ayo ke toilet. Kalau ada yang gosip, biar kamu saja mengatasinya ya?" pinta Aoi. 

Haruka terkekeh. "Hahaha, yang sabar Fumie. Nanti aku bilang ke bu Nene." 

"Makasih Haruka yang cantik," puji Fumie mengedipkan kedua matanya, sangat manis. Siapa saja bisa jatuh cinta dengan paras cantik seorang Fumie Futaba. 

Keduanya berjalan keluar kelas. Toilet sedikit jauh, dan harus melewati kelas 12 Ips 1. Dimana kelas itu terkenal nakal, terutama laki-lakinya menggoda perempuan yang sedang lewat. 

Sepertinya ini kebetulan. Ada 5 laki-laki yang duduk di depan kelas, lebih tepatnya di lantai seperti lesehan. 

Saat Fumie melangkah paling depan, perhatian 5 laki-laki itu beralih. Kedatangan mangsa baru. Saatnya beraksi. 

"Halo? Ada cewek cantik. Mau kemana? Sendirian?" 

"Temanmu juga boleh. Sangat cantik. Seleraku." 

Fumie menatap tajam dua laki-laki genit itu. 

"Permisi. Kita hanya lewat saja." 

Saat Fumie memasuki lingkaran, dengan sengaja mereka menyentuh kakinya. 

Fumie tidak terima. "Memangnya aku ini sabun colek? Mau aku tendang?!" Fumie sudah emosi. Semua laki-laki itu menyingkir memberikan jalan untuk Fumie. 

Aoi tersenyum senang. Fumie sangat pemberani. Bukan berarti dirinya hanya diam saja, tapi ada alasan tertentu untuk tidak terlalu ikut campur. 

Akhirnya sampai juga di toilet. Fumie menunggu, sambil membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Fumie memasangkan jepit di rambutnya. 

Aoi sudah selesai mengganti roknya. 

"Yuk balik ke kelas. Nanti bu Nene bisa marah," ajak Aoi. Fumie mengangguk. 

Namun dari arah berlawanan, ada seorang cowok berlari sekuat tenaga agar terhindar dari hukuman bu Dora. 

Aoi dan Fumie masih mengobrol tentang kecantikan di dunia model. Tidak menyadari akan ada peristiwa tabrakan. Dan pelakunya cowok itu. 

Sampai pada akhirnya...

Bruk!

Aoi terjatuh dan duduk di lantai. Lututnya tergores lantai yang sudah berlubang. 

"Aw! Sakit!"

Fumie membantu Aoi berdiri. "Ya ampun Aoi. Kamu tidak apa-apa?" tanya Fumie khawatir. 

Aoi menatap tajam cowok penabrak itu. 

"Hei! Gara-gara kamu aku jadi terluka!" sungut Aoi emosi. 

Ryuji menunduk. "Biarin!" Ryuji kembali berlari sebelum bu Dora menangkapnya. 

"Malah kabur!" 

"Aoi, ke UKS saja ya? Lukamu itu harus di obati. Nanti bisa infeksi," ucap Fumie memberikan saran. 

Aoi menggeleng. "Tidak perlu. Nanti juga sembuh sendiri. Kita ke kelas saja." 

Hari ini, Aoi selalu saja sial. Rok kotor, dan di tabrak cowok yang tidak menolongnya sama sekali. 

Untungnya bu Nene belum datang. Kelas masih ramai seperti pasar saja. 

"Beneran kamu baik-baik aja Aoi?" tanya Fumie sekali lagi. 

Aoi tersenyum. 

"Aku baik-baik aja kok."

Haruka mengernyit. "Aoi kenapa?" 

"Tadi jatuh, di tabrak sama Ryuji. Cowok nakal kelas Ips satu." 

"Ryuji? Yang sering melanggar peraturan sekolah itu?" tanya Haruka lagi. 

"Gak penting. Nanti juga sembuh. Biasa, luka ringan kok," Aoi berusaha baik-baik saja. Jika Fumie bercerita lebih panjang lagi tentang Ryuji, mungkin sesudah hari Raya selesai. 

Bu Nene memasuki kelas. Pelajaran bahasa Inggris. 

Dan itu membuat Fumie pusing. Haruka tambah senang. Aoi akan mencatat setiap grammar atau verb yang bu Nene sampaikan. 

"Terjemahkan halaman sepuluh sampai sebelas ya. Dan kerjakan soal selanjutnya," bu Nene kembali mengoreksi kumpulan tugas di buku tulis. 

Fumie cemberut. "Haruka. Aoi. Nanti aku salin jawaban kalian ya? Please," Fumie menyatukan kedua tangannya. 

Haruka mengangguk. "Iya. Tapi kamu diem ya. Jangan mengajak kita gosip. Nanti gak selesai tugasnya." 

Fumie mengangguk. Yang penting tugasnya selesai dan bisa santai. 

Selama mengerjakan, Haruka bertanya beberapa kali ke Aoi. Keduanya kerja sama mengerjakan bahasa Inggris. 

* * *

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 98. Boneka teddy bear

    "Idaman darimana ma? Pasti dia udah punya pacar," tuding Aoi menunjuk wajah Takeru yang sedang bannga itu. "Pacar siapa? Gak ada kok. Aku masih lajang," ungkap Takeru jujur. Sejak dulu ia hanya menyukai Aoi namun tidak berani karena kemarahan wanita itu yang sama saja dengan letusan gunung berapi. Karin tersenyum senang. "Takeru lajang karena dia cinta sama kamu nak. Makannya daridulu gak mau pacaran sama wanita manapun. Betul kan Takeru?" Karin berkedip melempar kode, Takeru terpaksa mengangguk. Aoi berdecak kesal. "Udahlah ma. Aku pulang aja. Bete lama-lama disini," Aoi melangkah pergi. Satu oksigen dengan Takeru membuatnya tidak nyaman sekaligus darahnya bisa mendidih dan tinggi. ***Hikaru mengeluh sedikit pusing. Ia baru saja sadar dari pingsan-nya. Takeru langsung menghampirinya. "Apa ada yang sakit?" Takeru sangat khawatir. Hikaru sakit membuat hatinya tidak tenang. Karin yang melihat interaksi antara Takeru dan Hikaru hanya tersenyuum. Sangat cocok sekali menjadi figur a

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 97. Merawat Hikaru

    Pagi ini Aoi dibuat cemberut lagi, bagaimana tidak? Ayahnya memakai mobil terbang demi mengatasi kemacetan kota Jepang yang semakin meningkat dari tahun-tahun akhir. "Ayah, tapi kan kalau aku pakai mobil sport yang itu lama. Aku lebih suka-""Sstt, jangan membantah. Pokoknya ayah harus pakai mobil terbang itu. Karena sekarang ada rapat penting, ayah gak mau telat," Amschel menyela ucapan Aoi. Ada saja alasannya. "Ayah gak adil," Aoi mengerucutkan bibirnya. Hikaru yang melihat sang mama terkikik geli dengan wajah imut itu. "Mama jangan marah. Lagipula hari ini aku gak ada tugas piket kok."Aoi selalu mengantarkan Hikaru ke sekolah sangat pagi sekali, bahkan jam 6 tepat sudah sampai di sekolah. Semua itu Aoi lakukan hanya demi menghindari si Takeru yang biasanya mengantarkan Aiko setiap harinya sejak kemarin. Mengingat itu kepalanya mengepul. Takeru, pria yang pandai menggombal sekaligus tukang rayu itu berhasil mengambil hati kedua orang tuanya sekaligus Hikaru. Entah apa tujuannya,

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 96. Perhatian om baik

    "Ayo ma!" Aoi berseru, ia sudah siap dengan tampilannya yang sederhana. Hanya makan dengan seseorang yang entah itu siapa tapi mentraktirnya. Karin tersenyum. Betapa cantiknya Aoi sekarang seperti peri yang siap menyihir perhatian Takeru malam ini. ***Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, akhirnya sampai juga di kafe. Karin berpamitan pada Aoi karena harus membantu Amschel di kantornya yang tengah lembur. Aoi merasa tak keberatan. "Semoga kamu suka ya? Mama pergi dulu. Ajak dia ngobrol."Aoi mengangguk. "Siap ma."Aoi ingin tau siapa seseorang yang begitu baik mengajaknya makan gratis? Apakah laki-laki atau perempuan?"Kapan ya dia datang?" Aoi menunggu dengan tidak sabar. Jika mamanya sudah menyuruhnya untuk berkenalan dengan seseorang, pasti baik. Tapi pikirannya melayang pada sosok Takeru, raut wajah Aoi berbubah cemberut. Ia harap bukan pria haus uang itu. Amschel telah mengantarkan Takeru di kafe yang sama dimana Aoi sekarang menunggu. Amchel melihat kafe yang tidak t

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 95. Rencana makan bersama

    Hari ini Hikaru kembali ke sekolah, diantarkan oleh Aoi langsung karena ia tak mau Takeru terlibat lagi dan berpura-pura baik dengan anaknya itu. Aoi telah berjanji pada Hikaru akan mengantar dan menjemputnya pulang dengan mobil terbang saja daripada manual yang nantinya pasti bertemu Takeru lagi. "Nanti jangan keluar gerbang dulu ya? Biar mama aja yang kesana duluan," pesan Aoi pada Hikaru saat berada di dalam mobil terbang itu. Hanya membutuhkan beberapa menit saja sudah sampai di sekolah dasar sakura yang tak begitu jauh. Hikaru mengangguk patuh. "Iya ma. Aku akan nunggu di kelas aja," Hikaru tau pasti mamanya itu tak ingin ia bersama om baik, padahal ia lebih berharap bisa bertemu pria itu lagi. Namun sifat possessif mamanya begitu kuat.Hanya membutuhkan 10 menit perjalanan akhirnya sampai juga. Aoi mengecup kening Hikaru dan memberikan 1000 ¥en pada anaknya itu untuk uang jajannya. "Aiko jam segini udah nyampe belum?"Hikaru menggeleng. "Biasanya jam setengah tujuh ma. Bentar

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 94. Pembagian saham

    Hari ini, Karin meminta Aoi untuk bersiap lebih awal. Aoi sempat tidak mau tapi setelah mamanya bilang akan diberikan soal harta warisan yang masih belum ada keputusan itu membuat semangat Aoi bangkit kembali. Ya, setelah Makoto tidak ada sekarang harta warisan itu tengah berada di ombang-ambing tidak ada penentuan siapa pemilik keseluruhan kekayaan Amschel Rotschild dengan segala asetnya yang mempunyai cabang dimana-mana. Aoi berharap itu hanya untuk dirinya, bukan dibagikan kepada orang asing dan bukan siapa-siapanya apalagi tidak termasuk anggota keluarganya. Aoi sangat menolak tegas hal itu jika terjadi. "Ma, aku udah siap," Aoi menghampiri mamanya yang sibuk mengetik pesan entah dengan siapa. Yang membuatnya heran, mamanya itu tersenyum! Siapa?"Ayo. Ayah udah di kantor duluan. Hikaru juga ada disana."Sepertinya sangat penting, bahkan hari Senin ini Hikaru tidak masuk sekolah. Aoi hanya berpikir pembagian harta ini pasti hanya untuk Hikaru. Kalau memang begitu, Aoi tak akan mem

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 93. Menutup hati

    Mengobrol di dalam rumah lebih tepatnya ruang tamu. Hanya ada Karin, Hikaru, Takeru dan Aiko saja tapi Aoi lebih memilih mendekam di kamarnya menghindari Takeru. "Hikaru, aku gak bisa lama-lama disini nanti mama nyariin aku," ujar Aiko membuka obrolan. Tapi ia ingin berlama-lama dengan Hikaru, hanya bermain saja. Lain halnya dengan Takeru, sebenarnya ia ingin menyusul langkah Aoi namun ragu ketika wanita itu memasuki kamarnya. 'Ada apa dengan dia? Kenapa tidak mau ikut berbincang disini?' batin Takeru penuh tanda tanya. Aoi sangat menghindarinya sejak pertama kali bertemu beberapa minggu yang lalu, hanya karena satu model perusahaan wanita itu menjauhinya tanpa sebab. "Baiklah, itu terserah kamu aja Aiko. Kita main boneka dulu yuk. Sebentar aja," Hikaru memohon dan Aiko pun setuju. Hanya ada Karin dan Tekeru di ruang tamu. Sedangkan Aoi menguping pembicaraan mamanya dengan pria menyebalkan itu dibalik pintu kamarnya. "Dimana suami Aoi ya?" tanya Takeru penasaran, hanya ingin tau

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 92. Datang ke rumah

    Sudah larut malam, Aoi sulit memejamkan matanya. Pikirannya terlintas tentang Takeru yang memiliki kedekatan dengan Hikaru. Aoi menatap Hikaru yang tidur di sampingnya. Iya, anaknya itu meminta tidur bersama karena tidak ada teman. Sama seperti dirinya yang tidak ada Makoto yang selalu di sisinya. "Mama hanya takut kamu meminta seorang ayah nanti. Padahal ayah kita masih ada disini. Dalam hati," Aoi berbicara sendiri, suaranya tidak mengganggu tidur nyenyak Hikaru. "Jangan meminta mama untuk menikahi om baik itu. Mama masih mencintai ayah dengan baik. Berjanji akan selalu setia sampai akhir hayat mama," Aoi memejamkan matanya, perasaanya mendadak tidak tenang. Ia terkalu berpikir keras, tentu saja karena Hikaru menyukai Takeru karena sikap baiknya. ***"Tau gak omah? Aku kemarin diantar sama-""Itu makan dulu Hikaru, jangan berbicara. Tidak baik," Aoi menyela dengan cepat, jangan sampai Hikaru menceritakan Takeru kepada mama, bisa-bisanya ia kembali dekat dengan Takeru dan menjadi

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 91. Sisi baik

    Ryou menambah kecepatan mobilnya. Di jembatan, kaki Aoi siap mengayunkan untuk terjun dari atas jembatan yang memiliki ketinggian tak main-main, bahkan air di bawahnya mengalir dengan derasnya sehingga jika ia melompat mungkin jasadnya tidak akan pernah di temukan. Satu..Dua..Tiga.."NONA AOI!!" Ryou menarik tangan Aoi dengan sigap ia menggendongnya. "Nona jangan bunuh diri seperti ini. Nyonya mencari-cari dengan cemas bahkan Tuan Amschel pun mengkhawatirkan nona."Aoi menangis sesenggukan. "Aku gak mau pulang. Gak mau," Aoi menggeleng pelan, ia tak ingin bertemu mama lalu di perkenalkan lagi dengan pria itu. Tidak, jangan sampai ada perjodohan lagi. Aoi lelah dengan semua itu. "Nona Aoi, mari kita pulang. Jangan keluar tanpa ada yang menemani nona. Apalagi tadi, nona hampir saja melakukan bunuh diri," Ryou sangat cemas. Entah apa yang akan Amschel lakukan jika dirinya gagal menjaga Aoi, mungkin nyawa juga taruhannya. "Nona, tolong pulang. Karena tuan Amschel sangat mempercayaka

  • Terpaksa Menikahi Om-Om   Bab 90. Lembaran baru

    Setelah kematian Makoto dan omah Ema, Aoi mencoba lebih kuat dan tegar meskipun sedikit tidak rela. "Hari ini kamu mau ikut ke kantor?" tanya Karin pada Aoi, daripada anaknya itu sendirian di rumah dan kembali bersedih. Aoi mengangguk malas. "Ikut ma."Hikaru sudah berangkat beberapa menit yang lalu bersama Amschel. "Jadi model majalah mama ya? Kamu pasti terlihat cantik," Karin akan memberikan yang terbaik untuk Aoi apalagi dari penampilan. "Ma, aku gak bisa banyak gaya," keluh Aoi sedikit cemberut, bahkan foto saja hanya sekali jika ingin memiliki kenangan. Kenangan, kalimat itu mengingatkannya akan Makoto dan omah Ema. Karin yang memperhatikan Aoi mulai melamun pun meraih tangannnya. "Aoi, jangan di pikirkan lagi. Mama gak mau kamu stress terus jatuh sakit," ucap Karin sangat khawatir. Aoi tersenyum hambar. "Hikaru aja kuat masa aku gak? Hehe, ayo ma kita berangkat ke kantor. Aku mau jadi model majalah mama," dengan wajah cerianya Aoi berusaha untuk bahagia hari ini meskipun

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status