Share

Bab 59: Panggil Aku Romeo

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-09-14 09:51:15

Naila sempat membeku. Jawaban Galih melenceng dari perkiraannya, menyalip segala skenario yang sempat ia siapkan dalam kepalanya. Bayangan Rama tentang Galih, yang selama ini penuh nada sinis, seolah retak di depan matanya.

Betapa tidak? Lelaki itu dulu bahkan menawarkan bantuan mencari pengacara perceraian. Kini, sikapnya justru terasa masuk akal, nyaris menenangkan.

Langit sore mulai berwarna jingga saat mobil mereka menembus jalanan menuju Bogor. Udara lembap bercampur debu, lampu-lampu toko mulai berkelip, dan deretan kendaraan berdesakan menuju keluar Jakarta.

Naila duduk di kursi belakang, matanya tak lepas dari jendela, memperhatikan papan reklame yang bergantian melintas. Samar-samar, aroma bensin dan asap knalpot ikut terbawa masuk ketika sopir menurunkan kaca sedikit.

Sekitar pukul empat, mereka akhirnya sampai. Kawasan bisnis di pinggiran kota itu berdiri dengan deretan gedung kaca modern, seolah berlomba menjulang.

Kontras dengan gunung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 103: Kamu Rela?

    Tatapan Naila berputar di wajah Galih, mencari, menggali, menelisik tiap lekuk ekspresinya. Namun yang ia temukan hanyalah dinding datar, tanpa retakan rasa bersalah. Justru semakin lama ia memandang, semakin perih rasanya, seakan hatinya digores halus tapi terus menerus.Pertanyaan menggantung di benaknya: apakah semua laki-laki yang bersalah pada pacar atau istrinya memang selalu lihai bersikap seolah tak terjadi apa-apa?Ia menundukkan kepala, berusaha menutupi sorot matanya yang panas. Suaranya keluar lirih tapi dingin, membeku di udara.“Tak apa. Aku tak keberatan. Aku mau istirahat.”Galih bergeming sejenak, lalu berkata dengan nada rendah, nyaris hati-hati, “Aku dengar kamu belum makan malam. Jadi aku buatkan sandwich.”Naila buru-buru menggeleng, nada suaranya lebih cepat dari pikirannya sendiri. “Tidak usah, aku tidak lapar.”“Meski tak lapar, sebaiknya tetap makan sedikit,” Galih menc

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 102: Kamu Lebih Tahu

    Malam menutup langit Kemang dengan tabir gelap yang berat, seakan-akan bintang pun enggan menampakkan diri. Lampu-lampu jalan berkilat redup, sementara rumah besar di sudut jalan itu berdiri gagah dengan dinding putihnya yang dingin.Dari jendela besar di lantai dua, cahaya kuning lembut memancar, seolah menandakan ada seseorang yang gelisah menunggu.Naila baru saja sampai, tumit sepatunya beradu pelan dengan lantai marmer ruang tamu yang dingin. Begitu menutup pintu, ia mendapati keheningan rumah terasa lebih pekat dari biasanya. Dadanya berdesir kecil ketika menyadari Galih belum juga pulang.Pandangannya segera jatuh pada ponsel di genggamannya. Jempolnya sempat menyentuh ikon telepon, ragu-ragu menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Tapi sebelum benar-benar menekan, ia menarik napas panjang lalu menurunkan tangannya.Tadi Galih sudah berjanji pulang malam ini, ia mencoba menenangkan diri dengan itu.Ponsel itu akhirnya ia letakkan d

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 101: Jangan Pergi

    Meski hatinya sudah lama tidak bergetar saat mengingat Rama, luka itu masih menempel seperti bekas luka bakar yang sulit hilang. Kadang-kadang ia merasa bekas itu sudah pudar, tapi cukup satu sentuhan kecil, rasa perih kembali menyala.Pengkhianatan Rama membuatnya menutup rapat pintu hati. Ada rasa takut yang tak bisa ia lawan, takut jatuh lagi, takut patah lagi, takut kehilangan dirinya untuk kedua kali.“Aku nggak salahin kamu. Bukan salahmu. Aku saja yang belum cukup,” suara Galih terdengar pelan, nyaris seperti bisikan. Tatapannya lembut, seperti berusaha meraih hati Naila yang bersembunyi di balik dinding tebal ketakutan.Naila menggeleng cepat, bulu matanya bergetar menahan air mata yang hendak pecah. “Tidak. Kamu sudah sangat baik.” Bibirnya gemetar, kata-kata itu terasa pahit begitu keluar dari mulutnya.Kenyataannya berbeda. Naila sadar dialah yang terpenjara oleh rasa takutnya sendiri. Ada bayangan menakutkan dalam pikir

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 100: Jangan Kebablasan

    Masalah itu telah jadi bisik-bisik panas di lingkaran sosialita Jakarta. Seperti api kecil yang jatuh ke tumpukan kertas kering, kabar itu cepat sekali menjalar. Semakin banyak telinga yang mendengar, semakin tinggi taruhannya.Rama, yang baru saja menggantikan Gusti di kursi pimpinan, tahu benar risikonya. Ia tak bisa membiarkan skandal pribadi berubah menjadi alasan para pemegang saham meragukan kompetensinya. Di matanya, reputasi sama berharganya dengan modal.Di ruang tamu yang luas, dengan sofa krem melingkar dan aroma kopi hitam yang sudah mulai dingin di atas meja, ketegangan terasa kental. Tirai tipis berwarna gading hanya membiarkan cahaya sore masuk samar, membuat wajah-wajah yang duduk di sana tampak lebih muram dari biasanya.Naila bersandar dengan tenang, meski matanya menyala penuh kewaspadaan. Alisnya terangkat, memberi isyarat bahwa ia takkan mudah dibujuk. Ia melirik Sinta, yang duduk kaku di seberang. Dari caranya menggenggam tas kecil di pangk

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 99: Aku Tidak Akan Diam

    Naila masih berdiri di sisi ranjang, tubuhnya kaku, seperti ada beban yang menekan dadanya. Nafasnya terasa berat, meski bibirnya tak mengucap satu kata pun. Suara mesin monitor jantung di ruangan itu berdetak pelan, menjadi latar yang mencekam.Di dekatnya, Rena membungkuk sedikit, berbisik nyaris tak terdengar. “Kamu di sini hanya bikin Ayah tambah marah.” Ucapan itu bagai angin dingin yang menusuk.Galih, yang berdiri dengan tenang di sisi pintu, mengangkat sudut bibirnya tipis, bukan senyum penuh, lebih mirip garis dingin yang menenangkan sekaligus menantang. “Tenanglah,” ucapnya pelan, matanya lurus pada Naila.“Aku bisa menghadapinya.”Naila menoleh. Sorot mata itu… selalu saja membuatnya gamang, antara percaya dan takut. Tapi kali ini, hatinya runtuh pada keyakinan pria itu. Ia menarik napas panjang, lalu mengangguk, hampir tanpa suara.“Baiklah.”Dengan langkah tertahan, ia kelua

  • Terpaksa Menikahi Paman Suamiku   Bab 98: Keluar Sekarang

    “Oh, jadi begitu cara kamu bicara pada yang lebih tua?” Suara Galih terdengar tenang, tapi nadanya mengandung sengatan halus yang membuat udara di ruang makan itu seolah mengeras.Rama memukul meja dengan telapak tangannya, napasnya tersengal karena menahan amarah. Wajahnya memerah, urat di lehernya menonjol. “Paman Galih, Anda merebut mantan istriku dan mempermalukan keluarga Santosa. Apa Anda pikir kami akan diam saja?”Mata Galih tak bergeming, dingin bagaikan permukaan danau di malam hari. Senyumnya tipis, seakan mengejek. “Yang mempermalukan keluarga Santosa itu kamu sendiri.”Rama mendesis, matanya menyala penuh benci. “Aku akan ke kantor polisi. Aku tidak mau berdebat lagi. Tapi percayalah, kalian akan menyesal!”Kursi kayu berderit keras ketika ia berdiri terburu-buru. Suara langkahnya menghantam lantai, berat dan penuh kemarahan. Tak ada salam, tak ada pamit. Ia hanya meninggalkan aroma parfum yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status