Share

Chapture 7

“Zubaidah Anggraini?” panggil Riza memecah lamunan Zuzu.

“Iya Gus?” sahut Zuzu.

“Alamatmu belum diisi,” kata Riza.

“Oh iya Gus maaf, tadi terlalu bersemangat mengisi pertanyaan cita-cita,” Zuzu seraya mengambil kertasnya lalu mengisi pertanyaan yang masih kosong.

**

Dua bulan berlalu, perbekalan Zuzu mulai habis. Setiap sore ia akan pergi ke sawah untuk menunggu seseorang yang telah berjanji akan mengunjungi Zuzu.

“Zu?” panggil Imah dan Titi.

“Sedang menunggu kunjungan lagi?” tanya mereka seraya menghampiri Zuzu.

“Iya,” rautnya begitu lesu dan sedih.

“Nih aku beli mi ayam, mau gak?” kata Imah menawari.

“Iya nih aku juga beli bubur ayam tadi, makan bareng-bareng aja yuk,” kata Titi.

“Tidak ah, kalian makan saja,” pandangannya kembali menatap jalanan, berharap aka nada yang datang mengunjunginya sore ini.

Aroma mi ayam dan bubur ayam mereka menyengat hingga membuat Zuzu melirik pada mangkuk di tangan mereka. Tanpa sepatah kata, Zuzu hanya menahan segala inginnya karena takut teman-temannya tidak akan kenyang jika ia ikut makan bersama mereka.

“Zu, aku sudah kenyang, nih habiskan saja,” menyadari Zuzu sepertinya ingin merasakan makanan mereka juga. Imah berpura-pura kenyang dan memberikan mi ayamnya pada Zuzu.

“Iya, terimakasih Mah,”

“Sama-sama Zu,” Imah tersenyum.

“Enak ya?” kata Zuzu saat merasakan suapan pertama mi ayam tersebut.

“Mau coba bubur gak Zu?” kata Titi.

“Tidak usah Ti, ini sudah cukup,”

Setelah makanan habis, mereka kembali ke asrama untuk bersiap jama’ah maghrib.

Langkah Zuzu terasa berat menuju kamar, semangatnya semakin hari kian melemah karena tak ada satupun orang yang mengunjunginya dari kampung, bahkan dia yang berjaji pun hingga saat ini belum ada tanda ia akan datang.

‘tega sekali kamu Kang Jalal, kamu sudah janji akan menemuiku saat bekalku habis, aku sudah menghubungimu melalui telepon pondok, namun tidak ada jawaban pasti yang kudapat’ isak tangisnya menguar di ruang kamar, suara bel berjama’ah pun tak membuatnya terbangun dari isakan.

Kekelaman kembali muncul dalam pikirannya, kehidupan suram, kembali menari dalam bayangnya.

**

“Mau sampai kapan sampeyan hanya  memperhatikan dia dari kejauhan?” suara abah menghentikan Langkah pria tampan nan salih yang baru saja kembali dari sawah pekarangan pesanten untuk memantau wanita cantik bernama Zuzu.

“Tidak tahu  Bah, Riza hanya takut dia akan terganggu dalam belajarnya kalau dia tahu Riza sangat memperhatikannya,” risaunya, sambil mengambil posisi duduk berseberangan dengan sang abah.

“Ya berarti siap saja kalau semisal dia bukan jodoh sampeyan,” pungkas kyai Agil.

“Akan Riza pikirkan caranya Bah,” Riza tak mau kalah. Sementara kyai Agil, hanya tertawa ringan menunggu bagaimana putranya mengatasi dunia asmaranya.

“S2 sampeyan bagaimana? Sudah ada kepastian belum?” kilah sang abah mengalihkan pembicaraan.

“Bulan Januari nanti akan ada tes seleksinya Bah,” jawabnya.

“Harus pergi ke Jakarta?”

“Iya Bah,”

“Yasudah. Fokuskan dulu,”

“Inggih Bah,”

“A. Habis maghrib tolong gantikan Ibu mengajar santriwati ya?” kata sang ibu ditengah obrolan abah dengan anak laki-lakinya.

“Loh Ibu mau kemana?” katanya nerves karena harus mengajar ngaji Al-Qur’an santriwati. Karena cara pengajaran Al-Qur’an di pondok ini berbeda dengan pengajaran di pondok lainnya.

Di pondok ini, benar-benar menekankan makhorijul huruf serta nada baca yang harus pas sehingga tidak menggangku panjang pendek tajwidnya. Banyak sekali yang gagal dalam membaca surat Al-Fatihah. Maka tidak heran, di pondok KHAS, hanya belajar surat Al-Fatihah saja bisa memakan waktu yang cukup lama sampai berbulan-bulan.

“Ibu ada janji mendadak dengan jama’ah Ibu,” kata Nyai Azah seraya membawa diri keluar rumah setelah berpamitan pada keduanya di ruang keluarga.

Selang beberapa menit kemudian, suara santriwati sudah ramai terdengar di teras Ndalem. Mau tidak mau, Riza harus keluar menemui mereka.

KREK

Pintu Ndalem dibuka, seketika menghentikan aktifitas obrolan mereka yang kian riuh sesat sebelum Riza keluar.

DEG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status