Share

Hak Seorang Suami

last update Last Updated: 2023-07-05 19:07:32

Keringat membasahi kemeja yang Amisha pakai. Dari apartemen Anggara hingga kampus dia harus berjalan kaki. Padahal jaraknya lumayan jauh. Amisha sampai terlambat masuk jam kuliah pertama.

Wanita itu kini tengah duduk di taman kampus sendirian. Matanya terpejam dengan menyelonjorkan kakinya. Napasnya masih terdengar tidak beraturan. Dia tengah merasakan lelahnya berjalan jauh.

"Hai, Sha! Tumben gak masuk?" Lastri menghampiri sahabatnya. Dia menatap Amisha dengan tatapan heran.

"Kamu habis ngapain, Sha? Keringetan gini?" Lastri mengeluarkan tisu dari dalam tas dan memberikannya pada Amisha.

"Aku habis nyari kerjaan, Las," jawab Amisha.

"Lah, kok, kerja? Emang Kak Dito gak ngasih uang? Suami ka–?" Amisha membekap mulut Lastri. Matanya celingukan takut ada yang mendengar obrolan mereka.

"Jangan sebut kata suami di sini, Las. Aku takut Salman denger." Amisha bicara dengan berbisik.

"Maaf," ucap Lastri tidak enak.

"Kamu tahu sendiri semua fasilitas dari Kak Dito sudah kukembalikan dan masalah pria itu, dia tidak mungkin mau memberiku uang. Kulkas saja dipakai tulisan supaya aku gak menggunakan apa pun yang ada di dalam kulkas." Lastri merasa iba dengan nasib sahabatnya. Semua berubah drastis. Amisha yang biasanya hidup bak putri di istana, kini berubah menjadi Upik Abu.

"Dapat gak kerjaannya?" tanya Lastri. Amisha menggelengkan kepalanya dengan lemas.

"Tidak jauh dari sini ada yang lagi nyari pegawai untuk laundry. Kerjaannya enteng, cuma ngirim barang yang sudah dicuci saja. Motor sudah termasuk fasilitas yang diberikan. Kalau kamu tertarik, nanti aku antar ke sana." Tanpa menunggu lama, Amisha langsung menjawab mau. Dia bersedia bekerja di sana.

Lastri akan mengantar Amisha selesai kuliah. Tempatnya tidak terlalu jauh dari kampus mereka. Cukup dengan berjalan sepuluh menit saja, mereka sudah sampai.

"Memangnya kamu gak capek kuliah sambil kerja?" tanya pemilik laundry.

"Tidak, Bu. Saya bisa atur waktunya," jawab Amisha dengan semangat.

Pemilik laundry menerima Amisha sebagai karyawan. Dia akan bekerja pagi-pagi untuk mengantarkan pakaian bersih ke konsumen. Setelah selesai, dia baru akan kuliah. Beruntung pemilik laundry mau mempekerjakan dirinya sebagai pekerja paruh waktu.

"Makasih, ya, Las. Berkat kamu, aku dapat kerjaan." Amisha merasa beruntung memiliki sahabat seperti Lastri yang selalu peduli padanya. Persahabatan mereka tidak diragukan lagi. Saling mengenal sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Jangan segan jika kamu butuh bantuan. Sebisa mungkin aku akan bantu kamu." Amisha memeluk Lastri.

Keluarga Lastri memang tidak sekaya keluarga Amisha, tetapi jika berurusan membantu orang apalagi dia adalah Amisha, Lastri akan berdiri di garda terdepan.

Setelah urusan mereka selesai, Amisha dan Lastri langsung pulang. Mereka berpisah di pertigaan jalan. Jalan yang mereka tempuh berbeda. Sebelum pulang, Amisha membeli makanan untuknya. Dia juga membeli beberapa makanan ringan sebagai pengganjal perutnya di malam hari. Dia sudah menyakinkan dirinya untuk tidak makan makanan yang ada di apartemen Anggara.

"Tumben sudah pulang? Sudah tobat, ya?" sindir Anggara.

Di mata Anggara, apa pun yang Amisha lakukan selalu salah. Wanita itu mengabaikan perkataannya. Dia berlalu begitu saja.

"Wah, kayaknya dapat mangsa besar. Banyak bener belanjaannya." Kembali Anggara mencibir Amisha.

"Bisa diam tidak?" Amisha membungkam mulut Anggara dengan bentakan. Dia tidak menyangka kalau wanita itu bisa marah padanya.

"Lebih baik kamu urus saja pekerjaanmu dari pada mengurus urusanku!" Amisha mendorong dada Anggara hingga kaki pria itu mundur beberapa langkah.

"Waw, menarik juga. Dia cantik kalau sedang marah." Anggara tersenyum. Untuk pertama kalinya dia memuji kecantikan seorang wanita.

Di kamarnya yang sangat kecil, Amisha duduk termenung. Hinaan Anggara sudah tidak bisa ditolerir lagi. Dia tidak masalah dipanggil seperti itu jika memang Amisha seorang wanita hina. Dia marah karena memang tuduhan Anggara tidak sesuai faktanya.

Rasa kesal membuat dia lupa akan perutnya yang lapar. Dia memilih untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Dari ruang televisi, Anggara memperhatikan gerak-gerik Amisha. Tubuh kecilnya terlihat seringan kapas. Bergerak dengan leluasa.

"Bodinya memang tidak seindah Raisya, tapi dia jauh lebih menarik," puji Anggara. Pikiran liarnya mulai beraksi.

Anggara membayangkan bagaimana jika dia menghabiskan malam bersama Amisha. Bibirnya tersungging senyum penuh kelicikan. Dia tidak mau membuat kehadiran wanita itu di apartemennya sia-sia, apalagi status Amisha adalah istri sah.

Mengingat Amisha yang berstatus sebagai istrinya, Anggara merasa berhak atas wanita itu. Dia akan meminta haknya sebagai seorang suami. Mau tidak mau, Amisha harus memberikannya.

Selesai membersihkan tubuhnya, Amisha menikmati makanan yang tadi dibelinya. Dia mengabaikan makanan yang sudah dingin. Yang penting baginya makanan itu bisa meredakan rasa laparnya.

Tanpa Amisha ketahui, Anggara melihat ritual makannya. Entah apa yang membuat Anggara tersenyum saat melihat Amisha yang terlihat begitu menikmati makanannya.

Amisha tersedak. Dia lupa belum membawa air minum. Anggara masuk dan membawakan wanita itu air minum. Amisha menolaknya, tetapi Anggara memaksa dan menyodorkan gelas hingga menempel di mulutnya. Dengan terpaksa dia meminumnya.

"Lain kali kalau mau makan, bawa air sekalian. Jadi kamu gak harus merepotkan orang lain." Amisha merasa geli dengan apa yang Anggara ucapkan. Dia sama sekali tidak meminta pria itu membawakan air minum. Anggara sendiri yang berinisiatif.

"Oh gitu. Emang kapan aku minta kamu bawain air?" Amisha mengangkat alisnya untuk meledek Anggara. Dia tersenyum sinis.

Anggara merasa gemas dengan sikap Amisha, apalagi melihat bibir wanita itu yang ranum dengan warna bibir merah muda. Pikiran liarnya mulai bekerja. Dia sampai membayangkan bagaimana rasanya jika dia mencium wanita itu.

"Jaga otakmu! Jangan biarkan kepalamu membayangkan hal-hal yang jorok." Apa yang Amisha katakan sama dengan yang pria itu pikirkan.

"Jangan mimpi! Aku tidak sudi menyentuh Wanita Jalang seperti kamu!" Apa yang Anggara katakan tidak sama dengan apa yang ada dalam pikirannya. Dia kini malah tengah memikirkan bagaimana caranya supaya bisa menikmati malam bersama Amisha.

"Bibir bisa berbohong, tapi tatapan mata tidak. Jangan harap kamu bisa menyentuhku walau seujung rambut." Amisha bicara sambil mendorong Anggara keluar.

Dia bisa menebak isi kepala pria itu. Amisha merasa perlu hati-hati, apalagi mengingat ruangan yang dipakainya untuk tidur tidak memiliki pintu. Sesuatu bisa saja terjadi padanya di saat dia tertidur.

"Percaya diri sekali kamu. Perlu kamu tahu, seleraku bukan wanita seperti …." Anggara meledek bentuk tubuh Amisha. Dia menatap wanita itu dari atas sampai bawah tanpa minat.

Amisha meninggalkan Anggara yang masih berdiri mematung di ambang pintu. Dia kembali menikmati makanan yang sempat tertunda karena tersedak. Jika bukan karena perutnya yang masih lapar, dia enggan menghabiskan makanan itu.

Anggara berlalu. Dia masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Pikiran kotornya mulai beraksi. Dia membayangkan Amisha berada di atas kasur bersamanya. Menikmati malam dengan beradu peluh dan rintihan.

Anggara merutuki dirinya. Tidak biasanya dia membayangkan hal seperti itu. Jika dia menginginkan hal itu, Anggara tidak harus membayangkannya. Dia tinggal memanggil Raisya, dengan senang hati wanita itu selalu datang padanya.

"Maafkan aku, Raisya. Kamu tidak membuatku tertarik lagi," gumam Anggara.

"Haruskah aku menghampirinya dan …." Senyum tipis penuh muslihat itu mampir di wajahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Mainan Anak Cupu

    Setelah mendesak Marsel, Anggara tidak mendapatkan jawaban pasti. Dia diminta mencari tahu sendiri siapa Arjuna sebenarnya. Orang yang Jon kirim untuk mencari tahu belum juga membawakan kabar terbaru."Menurutmu, mereka ada hubungan apa, Jon?" Terlihat wajah Anggara yang kebingungan. Sejak tadi dia mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri."Ibu dan anak." Tetap jawaban itu yang Jon berikan. Dia bahkan merasa yakin kalau mereka punya hubungan darah.Sementara di rumahnya, Arjuna tengah duduk melamun. Dia memikirkan kejadian yang terjadi di taman. Awalnya dia ingin mempersatukan kedua orang tuanya, tetapi tiba-tiba ada rasa marah saat anak itu melihat ibunya merintih kesakitan. Takut pria itu kembali melukai batin ibunya. Arjuna sebenarnya sudah memberi celah untuk ayahnya masuk. Dia ingin memulai dari awal. Saat main bola, Arjuna bukan tidak tahu kalau itu Anggara. Dia tahu, sangat tahu, hanya saja Arjuna ingin membiarkannya saja. Seandainya Anggara tahu, Arjuna ingin sekali memeluk

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Siapa Arjuna?

    Anggara mencari keberadaan Amisha. Tiba-tiba wanita itu menghilang. Di dalam kerumunan itu, Anggara tidak menemukan keberadaan wanita yang dicintainya ataupun anak yang bersama wanita itu."Cari dia, Jon! Temukan sampai dapat!" titah Anggara. Mereka berpencar mencari keberadaan Amisha. Seluruh tempat tidak lepas dari pencarian mereka, hingga toilet pun mereka telusuri."Bagaimana, Jon?" tanya Anggara. Terlihat raut cemas di wajah pria itu."Maaf. Saya tidak menemukannya." Hanya dalam sekejap mata, Amisha dan Arjuna menghilang dari pandangan mereka. Semua area permainan salju sudah ditelusuri, tetapi hasilnya nihil. Amisha ataupun anak itu tidak ditemukan."Pokoknya Juna gak mau nonton film horor." "Tapi Bubun maunya nonton itu." Anggara dan Jon melirik ke arah suara. Orang yang mereka cari ada di belakang. Bergegas Anggara berbalik, belum saatnya Amisha melihat dirinya.Arah datangnya Amisha dari sebuah tempat makan siap saji. Anggara menduga mereka baru saja makan. Pantas saja di

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Menemui Amisha

    Anggara mengerutkan keningnya, tidak paham dengan yang dikatakan Jon. Tidak mungkin anak itu anaknya Amisha jika anak yang dimaksud sudah duduk di bangku SMA. Amisha pergi dua belas tahun lalu, sementara anak SMA berkisar antara usia enam belas tahun sampai delapan belas tahun. Dia meminta Jon mencari info yang lebih akurat.Perjalanan berjalan dengan lancar. Anggara kini sudah sampai di rumah yang akan ditempatinya. Sebuah rumah minimalis yang tidak jauh dari rumah yang Amisha dan Arjuna tempati. Dia kini butuh waktu untuk istirahat sejenak. Perjalanan dari desa sungguh melelahkan, bukan karena jauhnya, melainkan karena jalan yang belum diaspal.Arjuna terbangun saat terdengar suara teriakan anak-anak dari arah tanah lapang. Dia mengintip lewat jendela. Banyak anak-anak yang tengah bermain bola. Sekilas bibirnya tersenyum, terkenang dengan masa-masa di saat dia seumuran mereka.Setelah menunaikan salat Ashar, Arjuna tertarik untuk menghampiri anak-anak yang bermain di lapang. Duduk d

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Bantuan Marsel

    Arjuna tertunduk. Dia ketahuan menguping obrolan mereka. Beruntung Amisha belum menceritakan semuanya, kalau tidak, Arjuna akan mendengar cerita yang belum pantas didengar anak seusianya."Maaf, Bun. Juna mengaku salah. Itu tidak akan terulang lagi," ucap Arjuna penuh penyesalan."Bubun gak suka dengan sikap kamu ini, Jun. Ada hal yang tidak bisa Bubun ceritakan. Suatu hari nanti, pasti Bubun cerita setelah usiamu dewasa," terang Amisha. Arjuna mengangguk paham."Sha, jangan marahi Juna. Dia pasti ingin tahu kisah kamu. Apalagi ada sosok Anggara yang belum dikenalnya. Dia pasti penasaran." Salman bersuara.Di saat perbincangan masih berjalan, Marsel menghubungi nomor Arjuna. Bergegas anak itu pamit untuk menjawabnya. "Arjuna mirip sekali dengan Anggara, Sha. Jika suatu hari nanti dia melihat Arjuna bersamamu, aku yakin Anggara pasti tahu siapa Arjuna baginya." Apa yang Lastri katakan memang benar. Itu juga yang membuatnya takut. Meskipun

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Kembali Bertemu Sahabat

    Amisha duduk di teras bersama tamunya. Dia tidak berani membawa seorang pria masuk ke rumah sementara tidak ada orang lain di sana. Laksmi sedang membeli beberapa kebutuhan di supermarket terdekat."Maaf jika kedatanganku mengganggumu, Sha. Aku juga gak sengaja ke sini. Tadi kulihat kamu lagi nyapu, makanya aku samperin untuk memastikan itu kamu," ucap Salman. "Gak papa. Lastri gak ikut?" tanya Amisha."Dia gak ikut. Aku lagi ada tugas kantor, mengontrol proyek baru. Saat mau pulang, atasanku meminta untuk mengecek proyek di dekat sini." Amisha terdiam. Dia merasa canggung berduaan dengan pria itu, apalagi sekarang Salman adalah suami sahabatnya. Dia takut kebersamaan mereka menjadi fitnah."Apa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan?" Amisha sudah mulai tidak nyaman. "Tidak ada. Aku hanya mampir saja dan memastikan kalau yang kulihat itu beneran kamu, Sha." Untuk sesaat keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Amisha takut putranya segera kembali dan bertanya-t

  • Terpaksa Menikahi Selingkuhan Kakak Ipar    Menjalin Hubungan Baik

    Arjuna sampai rumah dengan napas terengah-engah dan keringat bercucuran di dahi. Anak itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya. Untuk pertama kalinya dia terpisah meskipun hanya dua hari saja."Bubun belum sampai, Den. Mungkin satu jam lagi," ucap Laksmi. Dia bisa menebak alasan anak itu pulang dengan berlari."Kamar Bubun sudah dirapikan, Bi?" Laksmi mengangguk."Makanan sudah siap?" Kembali Laksmi mengangguk."Bunga. Aku mau beli buket bunga buat Bubun." Arjuna berbalik dan hendak pergi lagi."Kenapa gak buat saja, Den? Banyak bunga di taman," saran Laksmi. Arjuna menepuk jidatnya."Bibi bantu aku, ya!" pinta Arjuna. Laksmi mengangguk setuju.Setelah mengganti pakaiannya, Arjuna menghampiri Laksmi yang sudah lebih dulu ke taman. Ada bunga lili putih, bunga kesukaan Amisha. Arjuna tertarik untuk merangkai bunga itu dan diberikan pada ibunya."Apa Bubun akan suka bunga ini, Bi?" Arjuna terlihat ragu. Dia takut kembali mendapat penolakan."Bubun pasti suka, Den. Setahu Bibi, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status