"Ngapain nangis? Bukankah ini yang kamu inginkan, Wanita Jalang?" "Jaga ucapanmu! Aku bukan wanita seperti itu!" bantah Amisha. Anggara hanya tersenyum kecut. Amisha, gadis itu, dia telah terjebak dalam jebakan yang dibuatnya sendiri. Pernikahan yang tak diinginkan itu terjadi. Niat hati ingin memisahkan lelaki itu dari kakak iparnya demi melindungi hati kakaknya, berakhir dengan dia yang sebagai korbannya. Namun, apakah dengan semua pengorbanannya telah menyelesaikan semua masalah? Atau bahkan semua akan semakin rumit? "Akan kubuat kamu menyesal sudah mengganggu rumah tangga kakakku," gumam Amisha.
Lihat lebih banyakAmisha hanya bisa menangis dalam diam. Keputusannya menikah dengan pria yang belum dikenalnya mungkin salah besar, tetapi jika mengingat pernikahan itu bisa menyelamatkan pernikahan kakaknya, dia rela berkorban.
Raisya, kakak ipar yang sangat disayanginya itu ketahuan berselingkuh oleh Amisha. Berkali-kali dia melihat kakak iparnya jalan berdua dengan pria lain dengan bergandeng tangan. Bahkan Amisha pernah melihat mereka keluar dari kamar hotel."Ngapain nangis? Bukankah ini yang kamu inginkan, Wanita Jalang?" Mendengar pria yang sudah sah menjadi suaminya memanggil dengan sebutan hina seperti itu, Amisha berdiri dan menatap Anggara dengan penuh amarah. Dia mengepalkan tangannya dan menghampiri pria itu."Jaga ucapanmu! Aku bukan wanita seperti itu!" bantah Amisha. Anggara hanya tersenyum kecut.Tidak ingin terus berdebat, Anggara meninggalkan Amisha sendirian di kamar apartemen. Dia butuh udara segar.Amisha mengabaikan kepergian Anggara. Dia mengunci pintu kamar dan masuk ke kamar mandi. Badannya terasa lengket dengan keringat karena terus berdebat dengan pria itu.Amisha memutuskan untuk berendam agar suasana hatinya sedikit membaik. Sengaja matanya dipejamkan supaya lebih rileks. Bukannya rileks, Amisha malah terbayang kejadian tadi siang. Di mana dia tertangkap basah berduaan dengan Anggara di kamar hotel.Amisha sebenarnya sengaja menjebak Anggara supaya datang ke kamar itu. Dia ingin terlihat Anggara mengkhianati kakak iparnya supaya hubungan mereka renggang dan berakhir. Siapa sangka, jebakan Amisha malah membuat dirinya terjebak sangat dalam. Saat Anggara masuk ke kamar hotel, pria itu langsung memeluk Amisha yang tengah berdiri membelakangi pintu kamar.Tanpa kata, Anggara langsung memeluk Amisha yang dikira Raisya. Pria itu tidak tahu kalau itu bukan kekasihnya. Sepintas Amisha dan Raisya memang terlihat sama jika dilihat dari belakang.Dobrakan di pintu kamar yang membuat mereka harus melangsungkan pernikahan hari itu juga. Tanpa Amisha tahu, Dito juga ada di hotel yang sama. Dia sedang menemui rekan bisnisnya. Dito sendiri adalah suami Raisya, yang berarti kakaknya Amisha."Maafkan aku, Kak," gumam Amisha dengan suara lirih. Dia menyesal sudah mengecewakan kakaknya.Anggara sendiri tidak tahu siapa Dito. Senadainya dia tahu pria itu adalah suami Raisya, entah apa jadinya. Selama berhubungan dengan Raisya, Anggara belum pernah melihat wajah Dito. Padahal bisa saja dia melihat di internet, wajah Dito sering muncul sebagai pengusaha muda yang sukses.Amisha langsung tertidur selesai membersihkan tubuhnya. Saking nyenyaknya, dia tidak mendengar Anggara yang menggedor pintu kamar."Dia tidur atau mati?" gerutu Anggara.Apartemen miliknya hanya memiliki satu kamar. Dia enggan jika harus tidur di ruang televisi. Apalagi Anggara tidak terbiasa tidur tanpa selimut, sementara semua selimutnya berada di lemari kamarnya."Dasar Wanita Jalang! Akan kubuat kamu menyesal sudah menjadi istriku." Anggara masih terlihat kesal. Dia terus menyalahkan Amisha atas pernikahan dadakannya.Seumur hidupnya, Anggara tidak berniat untuk menikah. Baginya hidup hanya untuk bersenang-senang tanpa harus terikat dengan yang namanya pernikahan. Dia terbiasa hidup bebas tanpa beban.Anggara terbangun karena suara berisik dari dapur. Matanya yang masih ingin tertutup terpaksa dibukanya. Dia menajamkan penglihatannya, seorang wanita dengan rambut yang masih basah berdiri membelakanginya tengah sibuk dengan penggorengan.Anggara baru ingat kalau dia sudah menikah. Dia menghampiri Amisha dan langsung meraih gelas dan mengisinya dengan air mineral."Siapa yang menyuruhmu untuk memasak? Kamu terlalu lancang!" cibir Anggara. Amisha mengabaikan perkataan pria itu. Dia fokus dengan masakannya."Hei, Wanita Jalang! Aku sedang bicara padamu!" teriak Anggara saat dirinya diabaikan.Plaak!Spatula yang Amisha pakai untuk memasak mendarat mulus di tangan pria itu. Amisha kesal dengan panggilan Anggara untuknya. Entah harus menjelaskan dengan cara apa supaya priq itu berhenti menyebutnya seperti itu."Kamu? Awas saja!" Anggara menatap tajam mata Amisha. Sebelah tangannya mengusap bagian yang tadi Amisha pukul. Terasa panas dan sakit.Amisha tidak menyesal sudah melakukannya. Dia kembali fokus dengan masakannya. Baginya, Anggara pantas mendapatkannya bahkan yang jauh lebih dari itu.Kekesalan Anggara bertambah saat di meja makan hanya ada satu piring nasi goreng, itupun tengah dimakan Amisha. Dia mengepalkan tangannya dan berlalu. Suara pintu apartemen yang dibanting menandakan pria itu sudah keluar dengan membawa kemarahan. Amisha hanya tersenyum puas."Akan kubuat kamu menyesal sudah mengganggu rumah tangga kakakku," gumam Amisha.Hari ini Amisha akan menemui sahabatnya. Dia juga harus masuk kuliah karena ada tugas yang harus diserahkan. Kemungkinan dia akan pulang larut malam.Mata Amisha berbinar saat melihat sahabatnya terlihat duduk di taman kampus. Dia melambaikan tangannya saat mata mereka bertemu pandang."Cepetan cerita! Aku penasaran dengan ceritanya." Sahabat Amisha yang bernama Lastri tidak sabar mendengar cerita pernikahan dadakan yang terjadi kemarin."Lu gak hamil di luar nikah, 'kan?" Lastri menatap Amisha dengan tatapan yang sangat tajam."Ya, enggak. Mana mungkin aku melakukan yang begituan sebelum menikah," bantah Amisha.Amisha mulai bercerita saat dia melihat kakak iparnya tengah jalan berdua dengan pria lain. Lastri menutup mulutnya saking kaget. Dia tidak menyangka kalau Raisya bisa mengkhianati kakak sahabatnya.Amisha juga menceritakan bagaimana bisa dia terjebak saat hendak menjebak Anggara. Dengan sengaja Amisha menyadap W******p milik kakak iparnya dan melakukan chatting dengan pria itu. Dia juga menjebak Anggara supaya menemuinya sebagai Raisya dan datang ke kamar hotel.Siapa sangka, jebakan Amisha malah membuat dirinya yang terjebak. Kakaknya sendiri yang menciduk dirinya tengah dipeluk seorang pria.Dito meminta keduanya untuk menikah. Dia tidak mau sampai kehidupan adiknya rusak akibat kejadian itu."Ya, ampun, Sha. Kamu berani sekali melakukannya sendiri. Kenapa gak minta bantuan aku?" Lastri prihatin dengan kejadian yang menimpa sahabatnya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Amisha selanjutnya."Jika pernikahan ini bisa membuat hubungan mereka putus, aku ikhlas." Lastri hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kasih sayangnya pada Dito tidak bisa diragukan lagi. Bagi Amisha, Dito adalah segalanya."Tapi gak harus mengorbankan masa depan kamu, Sha. Apalagi mengingat siapa pria itu. Kamu yakin bisa melewati semuanya?" Lastri benar-benar khawatir dengan Amisha."Aku tahu itu, Las. Aku juga takut, tapi cuma itu yang terlintas dalam pikiranku. Awalnya aku cuma mau jebak dia dengan foto-foto yang kubuat semesra mungkin supaya Kak Raisya memutuskan hubungan mereka." Amisha menangis dalam pelukan sahabatnya."Lalu, apa rencanamu selanjutnya, Sha?" Laras meregangkan pelukannya. Dia ingin tahu bagaimana jawaban wanita itu."Aku akan membuat Kak Raisya putus dulu. Jika perlu, aku akan berpura-pura mencintai pria itu atau apalah. Yang terpenting mereka putus dan pernikahan Kak Dito selamat."Nasi sudah menjadi bubur, Amisha tidak mungkin mundur. Dia akan melanjutkan rencananya supaya hubungan terlarang kakak iparnya dengan selingkuhannya benar-benar berakhir. Setelah semuanya selesai, dia bisa mengakhiri pernikahannya itu. Tidak masalah jika dia harus hidup menjanda di usia muda. Dia bisa memulainya kembali, menata masa depan yang sudah direncanakan. Mungkin rencana untuk pergi ke luar negeri akan dia lakukan jika pernikahannya sudah berakhir."Bagaimana dengan Kak Raisya? Apa dia sudah tahu?" tanya Lastri. Amisha hanya terdiam dengan kepala menggeleng pelan."Dia belum tahu, besok dia akan kembali dari luarkota, entah bagaimana reaksinya nanti." Amisha tersenyum mencibir.Namun kedatangan seseorang tiba-tiba membuat mereka sangat terkejut."Apa ada yang bisa kamu jelaskan, Sha!"Setelah mendesak Marsel, Anggara tidak mendapatkan jawaban pasti. Dia diminta mencari tahu sendiri siapa Arjuna sebenarnya. Orang yang Jon kirim untuk mencari tahu belum juga membawakan kabar terbaru."Menurutmu, mereka ada hubungan apa, Jon?" Terlihat wajah Anggara yang kebingungan. Sejak tadi dia mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri."Ibu dan anak." Tetap jawaban itu yang Jon berikan. Dia bahkan merasa yakin kalau mereka punya hubungan darah.Sementara di rumahnya, Arjuna tengah duduk melamun. Dia memikirkan kejadian yang terjadi di taman. Awalnya dia ingin mempersatukan kedua orang tuanya, tetapi tiba-tiba ada rasa marah saat anak itu melihat ibunya merintih kesakitan. Takut pria itu kembali melukai batin ibunya. Arjuna sebenarnya sudah memberi celah untuk ayahnya masuk. Dia ingin memulai dari awal. Saat main bola, Arjuna bukan tidak tahu kalau itu Anggara. Dia tahu, sangat tahu, hanya saja Arjuna ingin membiarkannya saja. Seandainya Anggara tahu, Arjuna ingin sekali memeluk
Anggara mencari keberadaan Amisha. Tiba-tiba wanita itu menghilang. Di dalam kerumunan itu, Anggara tidak menemukan keberadaan wanita yang dicintainya ataupun anak yang bersama wanita itu."Cari dia, Jon! Temukan sampai dapat!" titah Anggara. Mereka berpencar mencari keberadaan Amisha. Seluruh tempat tidak lepas dari pencarian mereka, hingga toilet pun mereka telusuri."Bagaimana, Jon?" tanya Anggara. Terlihat raut cemas di wajah pria itu."Maaf. Saya tidak menemukannya." Hanya dalam sekejap mata, Amisha dan Arjuna menghilang dari pandangan mereka. Semua area permainan salju sudah ditelusuri, tetapi hasilnya nihil. Amisha ataupun anak itu tidak ditemukan."Pokoknya Juna gak mau nonton film horor." "Tapi Bubun maunya nonton itu." Anggara dan Jon melirik ke arah suara. Orang yang mereka cari ada di belakang. Bergegas Anggara berbalik, belum saatnya Amisha melihat dirinya.Arah datangnya Amisha dari sebuah tempat makan siap saji. Anggara menduga mereka baru saja makan. Pantas saja di
Anggara mengerutkan keningnya, tidak paham dengan yang dikatakan Jon. Tidak mungkin anak itu anaknya Amisha jika anak yang dimaksud sudah duduk di bangku SMA. Amisha pergi dua belas tahun lalu, sementara anak SMA berkisar antara usia enam belas tahun sampai delapan belas tahun. Dia meminta Jon mencari info yang lebih akurat.Perjalanan berjalan dengan lancar. Anggara kini sudah sampai di rumah yang akan ditempatinya. Sebuah rumah minimalis yang tidak jauh dari rumah yang Amisha dan Arjuna tempati. Dia kini butuh waktu untuk istirahat sejenak. Perjalanan dari desa sungguh melelahkan, bukan karena jauhnya, melainkan karena jalan yang belum diaspal.Arjuna terbangun saat terdengar suara teriakan anak-anak dari arah tanah lapang. Dia mengintip lewat jendela. Banyak anak-anak yang tengah bermain bola. Sekilas bibirnya tersenyum, terkenang dengan masa-masa di saat dia seumuran mereka.Setelah menunaikan salat Ashar, Arjuna tertarik untuk menghampiri anak-anak yang bermain di lapang. Duduk d
Arjuna tertunduk. Dia ketahuan menguping obrolan mereka. Beruntung Amisha belum menceritakan semuanya, kalau tidak, Arjuna akan mendengar cerita yang belum pantas didengar anak seusianya."Maaf, Bun. Juna mengaku salah. Itu tidak akan terulang lagi," ucap Arjuna penuh penyesalan."Bubun gak suka dengan sikap kamu ini, Jun. Ada hal yang tidak bisa Bubun ceritakan. Suatu hari nanti, pasti Bubun cerita setelah usiamu dewasa," terang Amisha. Arjuna mengangguk paham."Sha, jangan marahi Juna. Dia pasti ingin tahu kisah kamu. Apalagi ada sosok Anggara yang belum dikenalnya. Dia pasti penasaran." Salman bersuara.Di saat perbincangan masih berjalan, Marsel menghubungi nomor Arjuna. Bergegas anak itu pamit untuk menjawabnya. "Arjuna mirip sekali dengan Anggara, Sha. Jika suatu hari nanti dia melihat Arjuna bersamamu, aku yakin Anggara pasti tahu siapa Arjuna baginya." Apa yang Lastri katakan memang benar. Itu juga yang membuatnya takut. Meskipun
Amisha duduk di teras bersama tamunya. Dia tidak berani membawa seorang pria masuk ke rumah sementara tidak ada orang lain di sana. Laksmi sedang membeli beberapa kebutuhan di supermarket terdekat."Maaf jika kedatanganku mengganggumu, Sha. Aku juga gak sengaja ke sini. Tadi kulihat kamu lagi nyapu, makanya aku samperin untuk memastikan itu kamu," ucap Salman. "Gak papa. Lastri gak ikut?" tanya Amisha."Dia gak ikut. Aku lagi ada tugas kantor, mengontrol proyek baru. Saat mau pulang, atasanku meminta untuk mengecek proyek di dekat sini." Amisha terdiam. Dia merasa canggung berduaan dengan pria itu, apalagi sekarang Salman adalah suami sahabatnya. Dia takut kebersamaan mereka menjadi fitnah."Apa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan?" Amisha sudah mulai tidak nyaman. "Tidak ada. Aku hanya mampir saja dan memastikan kalau yang kulihat itu beneran kamu, Sha." Untuk sesaat keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Amisha takut putranya segera kembali dan bertanya-t
Arjuna sampai rumah dengan napas terengah-engah dan keringat bercucuran di dahi. Anak itu sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya. Untuk pertama kalinya dia terpisah meskipun hanya dua hari saja."Bubun belum sampai, Den. Mungkin satu jam lagi," ucap Laksmi. Dia bisa menebak alasan anak itu pulang dengan berlari."Kamar Bubun sudah dirapikan, Bi?" Laksmi mengangguk."Makanan sudah siap?" Kembali Laksmi mengangguk."Bunga. Aku mau beli buket bunga buat Bubun." Arjuna berbalik dan hendak pergi lagi."Kenapa gak buat saja, Den? Banyak bunga di taman," saran Laksmi. Arjuna menepuk jidatnya."Bibi bantu aku, ya!" pinta Arjuna. Laksmi mengangguk setuju.Setelah mengganti pakaiannya, Arjuna menghampiri Laksmi yang sudah lebih dulu ke taman. Ada bunga lili putih, bunga kesukaan Amisha. Arjuna tertarik untuk merangkai bunga itu dan diberikan pada ibunya."Apa Bubun akan suka bunga ini, Bi?" Arjuna terlihat ragu. Dia takut kembali mendapat penolakan."Bubun pasti suka, Den. Setahu Bibi, b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen