Beranda / Romansa / Terpaksa Menikahi Sopir Bapak / 103. Bayangan yang Membekas

Share

103. Bayangan yang Membekas

Penulis: Banyu Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-03 22:51:25

Hari pertama menjabat sebagai CEO, aku sudah harus menghadapi kenyataan pahit, menempafi ruangan kerja Fatih. Meja kerjanya kini menjadi mejaku. Aku berkeliling dari sudut ke sudut, mencoba menjejak tilas yang dia tinggalkan. Hingga akhirnya aku kembali ke kursi miliknya.

Tok. Tok.

Tanpa menunggu perintahku, pintu itu segera terbuka. Dan Elinda berdiri di sana, tampak ragu menatapku sesaat.

"Selamat pagi... Safira!" Kata-katanya terdengar manis tapi menusuk. "Ataukah.. aku harus memanggilmu Bu Safira?"

"Pagi Elinda! Silakan duduk!" Jawabku perlahan, mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan emosi.

Ia duduk dengan sikap santai, menyilangkan kaki, seakan terang-terangan menetang. “Sungguh tak pernah kuduga. Dunia ini memang penuh kejutan. Fatih, yang begitu perfeksionis dalam memilih orang, ternyata menyerahkan perusahaan sebesar ini kepada… istrinya yang bahkan tak tahu cara membaca laporan keuangan.”

Kata-katanya seperti pisau yang tajam. Aku hanya tersenyum kecil dan mencoba
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Magda
fatih belum meninggal kan?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   104. Badai dalam Tenang

    Bulan-bulan berikutnya adalah sebuah proses tempa yang sesungguhnya. Aku menenggelamkan diriku dalam pekerjaan, mempelajari seluk-beluk dunia bisnis dengan bimbingan Tante Arini dan Kakek juga Pak Ibrahim, sementara Bayu kembali menunda keberangkatannya ke Eropa untuk sementara waktu, menjadi tangan kanan dan penasihat strategisku yang tak ternilai. Sedangkan Bram, ia lebih dari sekadar pengawal, karena ia adalah mata dan telingaku, memastikan setiap langkahku aman dari ancaman tak terlihat. Kini, ruang kerja Fatih tidak lagi terasa asing. Perlahan tapi pasti, aku mulai mengisi tempatnya yang kosong dengan warnaku sendiri. Aku tidak pernah mencoba menjadi Fatih, karena aku tak akan bisa menggantikannya sampai kapanpun. Aku memimpin dengan caraku: dengan intuisi, dengan empati, namun tetap dengan ketegasan yang kupelajari dari semuanya. Dan Elinda, meskipun setelah konfrontasi pertama selalu mencoba menjaga jarak tapi ia selalu melakukan pekerjaannya dengan profesional, dan aku sel

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   103. Bayangan yang Membekas

    Hari pertama menjabat sebagai CEO, aku sudah harus menghadapi kenyataan pahit, menempafi ruangan kerja Fatih. Meja kerjanya kini menjadi mejaku. Aku berkeliling dari sudut ke sudut, mencoba menjejak tilas yang dia tinggalkan. Hingga akhirnya aku kembali ke kursi miliknya. Tok. Tok.Tanpa menunggu perintahku, pintu itu segera terbuka. Dan Elinda berdiri di sana, tampak ragu menatapku sesaat. "Selamat pagi... Safira!" Kata-katanya terdengar manis tapi menusuk. "Ataukah.. aku harus memanggilmu Bu Safira?" "Pagi Elinda! Silakan duduk!" Jawabku perlahan, mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan emosi. Ia duduk dengan sikap santai, menyilangkan kaki, seakan terang-terangan menetang. “Sungguh tak pernah kuduga. Dunia ini memang penuh kejutan. Fatih, yang begitu perfeksionis dalam memilih orang, ternyata menyerahkan perusahaan sebesar ini kepada… istrinya yang bahkan tak tahu cara membaca laporan keuangan.” Kata-katanya seperti pisau yang tajam. Aku hanya tersenyum kecil dan mencoba

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   102. Hari Berdiri demi Cinta

    Hari yang tak pernah kubayangkan akhirnya tiba. Hanya dua puluh empat jam sejak keluarga besar berkumpul, kini aku harus berdiri tegak menghadapi dunia yang sama sekali asing bagiku yaitu dunia bisnis, dunia kekuasaan, dunia yang selama ini hanya kutahu dari kejauhan. Dunia yang berbeda dengan yang kumampu. Pagi ini, aku mulai menapakkan kaki untuk yang pertama kalinya di gedung pusat Al Fath yang tampak megah. Bendera perusahaan berkibar setengah tiang, tanda duka yang masih menyelimuti keluarga besar dan seluruh karyawan. Namun, di balik kesedihan itu, roda kehidupan tetap harus berputar. Aku melangkah masuk ke lobi gedung dengan jantung yang berdentum tak karuan. Tante Arini menggandeng tanganku, seolah takut aku akan berbalik arah dan berlari meninggalkannya. Di belakangku, Kakek Pranata berjalan pelan namun penuh wibawa, tongkat kayu di tangannya menimbulkan suara ketukan yang mantap di lantai marmer. Pak Ibrahim berjalan di sisi Bayu yang ikut serta, menatapku dengan senyum

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   101. Aku harus menggantikannya

    Jarak sepuluh jam dari kampung halaman hingga Jakarta benar-benar terasa lama dan menyiksa. Perasaan yang kosong dan kenyataan yang memaksaku menerima semuanya, menambah tubuhku semakin terasa lelah. Hingga aku kembali ke rumah milik Kakek Pranata. Kini. rumah ini menyambutku dengan keheningan yang sepi. Aku berjalan pelan menyusui ruangan demi ruangan yang megah tapi terasa dingin. Setiap sudutnya seakan menyimpan bayangan sosoknya. Laki-laki yang telah menjebakku agar masuk dalam hidupnya. Kubiarkan tangan Tante Arini yang menuntunku untuk langsung masuk menuju ruang kerja Kakek Pranata si lantai dua. Di sana, Kakek sudah menunggu di belakang meja kerjanya yang besar, dan di sofa, duduk Pak Ibrahim. Mereka bergegas bangkit, saat aku masuk bersama Tante Arini. Kakek dan Pak Ibrahim menyalamiku dan memelukku bergantian seakan menyalurkan kekuatan. yang memang kubutuhkan. ​“Duduklah, Safira,” kata Kakek, suaranya berat dan tampak menahan emosi. Tangan keriputnya membantuku men

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   100. Awal Tanpamu

    Aroma minyak kayu putih dan suara isak tangis adalah hal pertama yang menyambutku saat kesadaranku kembali pulih. Kepalaku masih terasa berat. Duniaku masih terasa berputar. "Fatih..." Aku tak bisa mengatakan apapun kecuali menyebut nama itu. Ibu kembali terisak dan memelukku erat-erat. Suara Bram masih terdengar jelas di telingaku. Kecelakaan lalu mobil Fatih yang terbakar habis. Langitku semakin pekat dalam tengah malam yang gelap. "Sabar, Safira. Sabar…” isak Ibu, suaranya parau. Meskipun kata-kata sabar keluar dari mulut ibu untuk menghiburku, tapi aku yakin jika hatinya juga hancur melihatku seperti ini. Aku gak bisa sabar. Aku gak bisa tenang. Aku mencoba untuk duduk, tapi tubuhku sepertinya menolak untuk mengikuti instruksi otak. Rasanya seperti tertindih beban besar yang membuatku sulit bernapas. Fatih, suamiku.. telah tiada? Gak. Ini gak mungkin. Ini pasti hanya mimpi buruk. Di tengah kekacauanku, aku mendengar suara langkah-langkah kaki yang cepat memasuki kamar

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   99. Godaan Baru

    Satu minggu lebih menahan kerinduan pada anakku, Dipta, akhirnya hari ini aku diijinkan pulang. Dengan sabar, Fatih membantuku mulai dari keluar ruang perawatan sampai masuk kamar. "Jangan lakukan apapun sendirian, Safira!" Aku mengangguk mendengar perintah Fatih. Setelah membersihkan diri dibantu Fatih, aku bersandar di ranjang. "Aku ambil Dipta dulu, ya. Kalian pasti kangen!" Fatih mengusap kepalaku perlahan. Tak berapa lama, ponselku berbunyi. Aku sedikit mengeryitkan dahiku. nomor baru. Dengan ragu, aku menerimanya. Menggeser tombol berwarna hijau, dan menempelkannya di telingaku. "Halo, Safira!" Aku sedikit berpikir. Aku tak terlalu mengenali suaranya. "Kau sudah terlalu lama bersamanya, Safira. Harusnya kau paham, tempat Fatih bukan di kampung denganmu!" Aku mencoba mengenali suaranya. "Sudah saatnya Fatih kembali!" Suara ini milik Elinda! "Aku akan membuat dirimu menyadarinya, Safira. Kau bisa membuktikannya jika Fatih tak pernah benar-benar mencintaimu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status