Share

130. Badai yang Indah

Auteur: Banyu Biru
last update Dernière mise à jour: 2025-09-24 23:47:49

Rasa malu dan penyesalan semalam, benar-benar membuatku mati kutu.

"Mau ke apotik lagi, Mbak Safira?"

Seketika tubuhku menegang dengan kata-kata Bram. Bukan hanya Bayu, bahkan Fatih juga ikut melirikku tajam.

"Bagaimana obat yang kau beli kemaren, Safira? Kayaknya cocok obatnya. Wajah kamu udah gak pucat lagi!" Kali ini, Bayu ikut bersuara. Andai saja mereka tahu apa yang kubeli kemaren, mungkin mereka gak akan banyak berkomentar.

Aku hanya batuk-batuk kecil. Dengan isyarat itu kuharap mereka gak akan memperjelas pertanyaan mereka.

"Kalau memang cocok, beli lagi aja Safira. Akhir-akhir ini kamu kan sering sakit kepala!"

Astaga, Bayu. Aku mengusap wajahku kasar. Ingin rasanya melompat dari mobil dan meninggalkan para laki-laki ini.

"Kemaren udah beli banyak. Udah gak usah banyak tanya lanjut aja ke kantor kayak biasanya!" Aku mendengus lalu kembali menatap gedung-gedung di luar jendela. Tak kuhiraukan Fatih yang mendehem beberapa kali. Udah, gak lagi-lagi pakai obat begituan!

A
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
Azizah
kok samb cuma per bab, tolong di perbanyak dong
goodnovel comment avatar
Magda
berharap fatih sudh ingat safira
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   130. Badai yang Indah

    Rasa malu dan penyesalan semalam, benar-benar membuatku mati kutu. "Mau ke apotik lagi, Mbak Safira?" Seketika tubuhku menegang dengan kata-kata Bram. Bukan hanya Bayu, bahkan Fatih juga ikut melirikku tajam. "Bagaimana obat yang kau beli kemaren, Safira? Kayaknya cocok obatnya. Wajah kamu udah gak pucat lagi!" Kali ini, Bayu ikut bersuara. Andai saja mereka tahu apa yang kubeli kemaren, mungkin mereka gak akan banyak berkomentar. Aku hanya batuk-batuk kecil. Dengan isyarat itu kuharap mereka gak akan memperjelas pertanyaan mereka. "Kalau memang cocok, beli lagi aja Safira. Akhir-akhir ini kamu kan sering sakit kepala!" Astaga, Bayu. Aku mengusap wajahku kasar. Ingin rasanya melompat dari mobil dan meninggalkan para laki-laki ini. "Kemaren udah beli banyak. Udah gak usah banyak tanya lanjut aja ke kantor kayak biasanya!" Aku mendengus lalu kembali menatap gedung-gedung di luar jendela. Tak kuhiraukan Fatih yang mendehem beberapa kali. Udah, gak lagi-lagi pakai obat begituan!A

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   129. Rasa yang Palsu

    Napasnya terdengar berat ditelingaku. Disertai dengan aroma khas dari tubuhnya adalah sesuatu yang kupikirkan dengan jelas sebelum akhirnya duniaku hanyut bersamanya. Ternyata, aku memang merindukannya. Bukan hanya merindukan sosoknya tapi juga merindukan sentuhannya, pelukannya juga keintimannya. Perlawananku yang terasa canggung pada akhirnya melunak, tergantikan oleh desahan yang penuh dengan kepasrahan. Kami tenggelam dalam lautan kerinduan yang telah lama terpendam atau lebih tepatnya... yang kupendam. ​Malam itu, tak ada kata-kata yang menghiasi seperti biasanya dulu. Yang ada hanya sentuhan yang cukup mewakili seluruh kata-kata dengan kulit yang bertemu, dan kerinduan dalam kegelapan. Setelahnya, aku hanya diam dan menatapnya dalam temaram dengan kepuasan. Hingga akhirnya meringkuk dalam pelukan Fatih seperti yang biasanya kulakukan. Hingga akhirnya aku terbangun karena udara yang terasa dingin menyapa kulitku. Perlahan, aku membuka mata. Dan wajah Fatih tergambar jel

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   128. Racun Cinta untuk Suami

    Mobil memasuki halaman rumah menjelang sore. Tanpa banyak kata, aku segera memasuki rumah. Aku hanya ingin segera melihat Dipta dan memastikan kondisinya tanpa kekurangan apapun. Sesampainya di ruang tengah, aku nelihat Dipta di taman samping melalui pintu kaca yang terbuka lebar. Dipta sedang tergelak bersama Tante Arini dan Isna. Aku beruntung, Tante Arini dan Isna, benar-benar bisa diandalkan untuk menjaga Dipta. Dipta menoleh. Tangannya melambai sambik terus tergelak karena di gelitik oleh Tante Isna. Hingga akhirnya Tante Arini dan Isna ikut menoleh. Aku berhenti sejenak menghampiri mereka. "Mama udah puyang?" Aku mengangguk dan tertawa mendengar suara cadel Dipta yang berlari mendekat ke arahku. Perlahan, aku memgangkat tubuhnya dan memutar tubuhku sesaat. "Makin berat aja anak Mama!" Kataku. "Iya dong Ma. aku banyak makannya!" Dipta mencoba menjelaskan. "Dipta, ayo sini. Mama baru pulang, banyak debu!" Teriak tante Arini. "Mama main debu?" Tanya Dipta sambil

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   127. Siap Menghadapi

    Setibanya di kantor, aku, Bayu dan Bram berjalan ke ruangan masing-masing. Dan tanpa kutahu, jika ternyata Pramudya telah datang lebih dulu dan menunggu di ruanganku. Ia berdiri di depan jendela yang menghadap ke kota dengan punggung yang tegap dan wajah serius. ​“Pram,” sapaku seketika membuka pintu. ​Ia berbalik, senyum tipis tersungging di bibirnya. “Selamat pagi, Safira. Maaf aku datang pagi ini. Aku punya sesuatu untukmu.” Ia segera duduk di sofa tamu dan membuka map tebal yang tergeletak di meja tamu. Mungkin, Pramudya memang telah menyiapkannya saat datang awal tadi. Tanpa menunda, akupun duduk di dekatnya. “Ini hasil investigasi lengkap dari timku. Laporan forensik digital, kesaksian dari beberapa sub-kontraktor yang mau bekerja sama, dan aliran dana yang kami berhasil lacak. Semuanya ada di sini.” Pramudya mengulurkan dokumen itu padaku, dan dengan segera aku membukanya dengan rasa khawatir. Meski aku tak terlalu paham, tapi sebagian besar berisi bukti-bukti yang bi

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   126. Perseteruan Pagi

    Pagi harinya, aku sengaja turun lebih awal. Sudah saatnya untuk kembali dengan aktifitas yang tertunda. Ingin menikmati secangkir kopi dan sepotomg roti sebagai energi hingga sisng nanti, tapi ternyata, aku melihat Fatih yang sedang duduk sendirian di meja makan, menatap diam secangkir kopi yang mengepul di hadapannya. ​Aku duduk di seberangnya, menatapnya dengan Fatih dengan.sedikit iba. "Selamat pagi.. suamiku!" Fatih menoleh dengan wajah yang sedikit memerah. "Maaf, bikin kamu kaget, ya?" Mau tak mau aku tersipu malu. Hanya saja, aku harus melakukannya. Fatih masih suamiku yang sah. Kalau Aryani saja begitu mudah untuk bermanja dengan Fatih, kenapa aku tidak? "Ehem. Pagi!" Fatih menjawab dengan suara serak. "Fatih, hari ini kamu ngantor ya!" ​Ia tersentak, menatapku dengan kaget. “Kantor? Tapi aku… aku gak ingat apa-apa, Safira. Apa yang bisa kulakukan di sana?” ​“Dicoba saja. Mungkin dengan melihat suasana kantor, membuat ingatanmu cepat pulih!" jawabku lembut. "Ka

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   125. Ada yang Aneh

    Hanya sehari di rumah sakit, aku sudah tak tahan ingin pulang. Aku tak bisa berlama-lama meninggalkan Dipta. Anakku sudah jauh dari sosok ayahnya, aku tak ingin ia juga jauh dari sosok ibunya. Dan ternyata tak hanya aku yang ribut ingin pulang, ternyata Fatih melakukan hal yang sama. Terpaksa Bayu dan Bram yang mengurus adminstrasi kepulanganku dan Fatih. Tak ada percakapan sejak kami keluar kamar. Masing-masing sibuk dengan pikirannya. Hingga kami duduk bersebelahan di mobil. "Terima kasih, Mas Bram!" Kataku saat turun dari mobil. Bram hanya mengangguk sambil melirik Fatih, sayangnya Fatih tak ada respon apapun. Wajahnya masih datar dan berjalan mendahului kami. "Lama-lama gemas juga lihat Fatih!" Sungut Bayu. Aku dan Bram hanya saling pandang. "Namanya juga hilang ingatan!" Jawabku lirih. Bagaimanapun Fatih adalah suamiku. Baik buruknya tetaplah kewajibanku untuk menutupinya. "Pengen nabok. Kali aja jadi bener otaknya!" Aku tertawa lirih. "Dia hanya hilang ingatan Bay

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status