Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Sopir Bapak / 141. Yang Tersimpan dalam Diam

Share

141. Yang Tersimpan dalam Diam

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-10-05 23:32:15

Kartu as apa yang kalian bicarakan?"

Aku dan Bram tiba-tiba saja terlonjak saat sesosok muncul di balik pintu yang tengah terbuka. Rupanya aku terlalu senang dengan berita ini hingga tak sadar ada yang menguping pembicaraan rahasia ini.

Bayu berdiri di ambang pintu yang setengah terbuka, menatap kami dengan tatapan penuh selidik.

​Aku segera melipat kembali kertas hasil tes itu dengan gerakan cepat dan memasukkannya ke dalam laci mejaku. Bersikap setenang mungkin meski jantungku berdebar kencang. Rahasia ini tidak boleh bocor, setidaknya untuk saat ini.

​"Bukan apa-apa," jawabku, berusaha terdengar sesantai mungkin. "Bram hanya membahas strategi baru untuk menghadapi Cipta Karya. jika suatu waktu, mereka menyangkal. Sepertinya Pramudya punya kartu as karena setahuku masih ada beberapa bukti yang tak semua dia berikan!"

​Bayu berjalan masuk, matanya menyipit, jelas tidak sepenuhnya percaya. "Kartu as? Sejak kapan Bram jadi ahli strategi perusahaan?"

​Bram, yang juga panik
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Magda
ayolah masa fatih terperdaya lagi sama aryani....semoga tidak berharap fatih menyelesaikan urusannya dengn aryani
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   153. Waktu yang Jujur

    Entah berapa lama waktu berlalu. Yang kutahu, aku segera bernafas lega saat akhirnya aku bisa melepaskan diri dari Fatih. Dengan tergesa-gesa, aku merapikan kembali pakaianku, juga pashminaku. Begitu pula dengan Fatih. Meskipun tak bisa kupungkiri jika jantungku masih berdebar kencang, karena rasa yang tertinggal yang disertai dengankepanikan. "Takut banget sih. Sama suami sendiri juga!" Fatih segera merogoh kunci yang masih ada di saku celananya. "Bukannya takut. gak enak aja!" Jawabku asal. "APA? JADI TADI GAK ENAK?" Fatih membalikkan badan dan menatapku dengan tatapan aneh. "Ish, bukan itunya. Gak enak buat orang nunggu tau!" Aku segera meralat ucapanku. "Yah, salah sendiri, bertamu gak tau waktu!" Aku terdiam. Mengekorinya turun ke bawah dengan perasaan was-was. Sementara Fatih tampak jauh lebih santai, dengan senyum puas yang tak lepas dari wajahnya. ​Kami turun ke bawah bersama-sama, berusaha terlihat senormal mungkin. Namun, pemandangan di ruang tengah membuat langk

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   152. Pembalasan Suami

    Aku berjalan keluar dari lift dengan perasaan puas yang luar biasa. Masih terbayang wajah Fatih yang merah padam karena menahan kekesalan, membuatku tersenyum sendiri. Permainan ini memang melelahkan, tapi harus kuakui, ternyata menyenangkan juga mempermainkan suami sendiri. "Kok sendirian, Mbak. Mas Fatih mana?" Tanya Bram yang sudah bersandar santai di kap mobil, menunggu di area parkir basement yang mulai lalu lalang pegawai yang berniat pulang. "Ntar juga nyusul, tunggu aja Mas Bram!" Jawabku tanpa banyak penjelasan. ​"Tumben gak bareng?" tanyanya sambil membukakan pintu untukku."Udah gak papa, Mas. Ditunggu aja dulu," jawabku sambil melirik jam tanganku. "Sepertinya CEO lkita lagi butuh waktu ekstra untuk... menenangkan diri." ​Bram menatapku dengan bingung, tapi tak bertanya lebih jauh. Ia hanya mengangguk lalu membuka pintu kemudi. Kami menunggu dalam keheningan sambil memainkan ponsel masing-masing,. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit kemudian, pintu lift akhi

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   151. Permainan Sang CEO

    Tanpa kusadari, aku telah masuk dalam jebakan yang telah Fatih atur. Semua itu arena kesepakatan yang kubuat dengannya pagi ini. Dan ternyata adalah awal dari sebuah penyiksaan Fatih dengan gaya baru. Fatih benar-benar kembali ke wujud aslinya. Di kantor, ia adalah sang Raja, CEO yang tegas, perfeksionis, dan tidak kenal kompromi. Aura kepemimpinannya begitu kuat hingga semua orang, termasuk aku, justru merasa berjalan di atas paku! ​Ia memang menepati janjinya. Hari ini juga, ia membuatkanku sebuah ruangan tepat di seberang ruangannya. Melihat posisinya yang strategis, memungkinkan Fatih untuk mengawasiku setiap saat. Dan ia, memang benar-benar pintar. Dia cukup tahu bagaimana memanfaatkanku dengan caranya. ​"Safira, tolong buatkan ringkasan laporan keuangan kuartal ini. Aku butuh sebelum jam makan siang." Lihat saja, ia cukup berteriak saat melihatku yang baru saja berdiri. Huf, aku membuang nafasku dengan perlahan. Sabar Safira, sabar. Aku mengelus dadaku. Aku kembali dudu

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   150. Syarat karena Kecemburuan

    Beberapa hari di rumah, membuat Fatih tak ingin membuang waktunya percuma. Saat ini, Dipta yang menjadi dunianya. Hampir satu tahun Dipta bermanja dengan Bayu, sosok pemgganti ayahnya yang selalu ada untuk Dipta. "Sehari gak nampakin muka napa sih, udah tahu aku lagi sama Dipta!" Fatih memasang wajah kecut saat Dipta yang sedang ada dakam pelukan Fafih, berlari memeluk Bayu yang baru saja masuk bersama Bram. Sejak pulang dari rumah sakit, aku dan Fatih memang ambil cuti selama beberapa hari. Dan praktis, urusan kantor menjadi tanggung jawab Bayu dan Pak Ibrahim. "Terus. ini salahku gitu? Salah sendiri pakai amnesia segala!" Bayu melirik Fatih lalu tertawa lebar saat menatap Dipta yang terkikik geli berayun di lengan Bayu. "Sudah, sudah. Om Bayu lagi capek. Dipta sama Papa aja!" Fatih tak sabar menunggu. Dia segera bangkit dan menarik Dipta kembali ke pelukannya. "Papaaa!" Dipta masih bergelayut manja di lengan Bayu dan mencoba berteriak kala Fatih menarik tubuhnya menjauh.

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   149. Hati yang Besar

    Seperti yang diinginkan Fatih, hari ini, kami berkumpul di ruang tengah dengan Pramudya. "Wah, wah, wah… lihat siapa yang sudah kembali ke setelan pabrik,” kata Pramudya sambil menepuk pundak Fatih. Ia kemudian menatap Fatih dengan ekspresi pura-pura sedih. “Jujur saja, kawan, aku tidak sepenuhnya bahagia dengan kembalinya ingatanmu. Rencanaku untuk merebut istrimu jadi gagal total.” Pramudya membuka kancing jasnya sambil melirik Fatih. Fatih hanya bisa memukul lengan sahabatnya itu dengan gemas. “Dasar tidak berubah. Kau bilang ingin insyaf saat menemukan wanita yang tepat. Tapi kapan kamu menemukannya kalau tiap hari kau keluar masuk diskotik saja!" Pramudya tak mengelak tapi justru tertawa terbahak-bahak. "Menikah saja. Jangan suka permainkan anak gadis orang!" Fatih merangkul bahuku, bukannya diam, Pramudya semakin keras tertawa. "Kau tahu, justru mereka yang ingin menjebakkan dirinya padaku. aku sih gak ada niatan merusak anak gadis orang, tapi kalau mereka yang ingin dir

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   148. Sebuah Kebenaran dari Kejadian

    Hari ini, aku dan Fatih akhirnya bisa pulang. Kalau biasanya kami akan diam dengan pikiran masing-masing, kali ini sedikit berbeda. Meskipun aku dan Fatih masih diam tapi tangan Fatih tidak pernah lepas dari genggamanku, ibu jarinya terus-menerus mengusap punggung tanganku dengan lembut. Berkali-kali aku meliriknya. Sungguh besar pengorbanan yang harus kuberikan untuk membuatnya sadar kembali. Meskipun, vas itu hanya berukuran 2 atau 3 kilogram saja tapi jika di lempar dengan kekuatan penuh, tetap saja membuatku terluka! Lemparan vas Aryani membuatku harus mengalami luka robek di kulit kepala sepanjang lima sentimeter juga pembengkakan di jaringan bawahnya. kecil di otak, sebab itulah aku pingsan selama dua hari penuh. Begitu kami turun dari mobil, Dipta, yang berada dalam gendongan Bayu, langsung merentangkan tangannya ke arah Fatih. "Papa!” Panggilan itu, untuk pertama kalinya diucapkan dengan kesadaran penuh, membuat Fatih membeku sesaat. Matanya langsung berkaca-kaca. Tanpa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status