Share

140. Bukan Miliknya!

Penulis: Banyu Biru
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-04 22:57:09

​"Safira? Kau tidak apa-apa? Wajahmu pucat sekali."

​Suara Pramudya membuyarkan lamunanku. Pramudya, Fatih, Bayu, dan Bram, masih menungguku kembali.

​"Aku... aku tidak apa-apa," jawabku sambil memaksakan sedikit senyum. "Hanya sedikit pusing."

​"Jangan terlalu dipikirkan, Safira. Kau hampir melewati start!" Pramudya menatapku haru. "Kalau begitu, kau harus mentraktirku! Kau sudah janji! Ingat kan?" seru Pramudya dengan ceria.

​Aku ingin sekali menolak tapi pkiranku sudah terrlalu penuh untuk bernegoisasi, dan menolak hanya akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. "Baiklah," kataku akhirnya. "Sesuai permintaanmu!" Aku memijit pelipisku. Tak sabar rasanya mengetahui semua rahasia tentang Aryani dan laki-laki itu. Tiba-tiba saja, aku ingin menduga segala macam.

​"Bagus! Aku tahu satu restoran Italia yang enak tidak jauh dari sini. Hanya untuk kita berdua," katanya sambil mengedipkan sebelah mata.

​Sebelum aku sempat menjawab, dua suara memotongnya secara bersamaan.

​"Ti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Magda
semoga fatih sudh ingat dan yg menguping pembicaraan itu, jgn biarkan fatih pergi sendirian ada orng yg akan mencelakainya
goodnovel comment avatar
Salasiah JM
kok satu² Thor ngeluarin nya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   154. Terjebak dalam Cerita

    Mandi kali ini, terasa begitu menegangkan. Setiap detiknya terasa seperti satu jam, tak bisa berharap pada waktu agar berhenti sejenak supaya aku bisa menikmati setiap tetes air seperti biasanya. Aku hanya diam tak menanggapi Fatih yang tangannya usil. Membayangkan cara mereka menatapku saja sudah membuatku seakan dikejar dosa tujuh turunan. Apalagi kalau lebih terlambat lagi bergabung bersama mereka. "Buruan, gak usah lama-lama!" Kataku sewot saat tangan Fatih tetap saja menowel sesukanya."Galak banget sih!" Fatih meneruskan mandinya dengan cepat. Tak ada waktu lagi, mau tak mau harus barengan mandi. Aku keluar lebih dulu, dan terburu-buru mengeringkan rambutku dengan handuk lalu kembali mengikat seadanya dengan karet gelang. Tak lupa dengan pashmina dan daster panjang berbahan batik. "Jangan di tinggal dong!" Tanganku terhenti di dada saaf akan memulai gerakam awal sholat. "Makanya buruan!" Aku menatapnya yang sedang terburu-buru mengenakan sarung dan koko. "Gimana, ganteng k

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   153. Waktu yang Jujur

    Entah berapa lama waktu berlalu. Yang kutahu, aku segera bernafas lega saat akhirnya aku bisa melepaskan diri dari Fatih. Dengan tergesa-gesa, aku merapikan kembali pakaianku, juga pashminaku. Begitu pula dengan Fatih. Meskipun tak bisa kupungkiri jika jantungku masih berdebar kencang, karena rasa yang tertinggal yang disertai dengankepanikan. "Takut banget sih. Sama suami sendiri juga!" Fatih segera merogoh kunci yang masih ada di saku celananya. "Bukannya takut. gak enak aja!" Jawabku asal. "APA? JADI TADI GAK ENAK?" Fatih membalikkan badan dan menatapku dengan tatapan aneh. "Ish, bukan itunya. Gak enak buat orang nunggu tau!" Aku segera meralat ucapanku. "Yah, salah sendiri, bertamu gak tau waktu!" Aku terdiam. Mengekorinya turun ke bawah dengan perasaan was-was. Sementara Fatih tampak jauh lebih santai, dengan senyum puas yang tak lepas dari wajahnya. ​Kami turun ke bawah bersama-sama, berusaha terlihat senormal mungkin. Namun, pemandangan di ruang tengah membuat langk

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   152. Pembalasan Suami

    Aku berjalan keluar dari lift dengan perasaan puas yang luar biasa. Masih terbayang wajah Fatih yang merah padam karena menahan kekesalan, membuatku tersenyum sendiri. Permainan ini memang melelahkan, tapi harus kuakui, ternyata menyenangkan juga mempermainkan suami sendiri. "Kok sendirian, Mbak. Mas Fatih mana?" Tanya Bram yang sudah bersandar santai di kap mobil, menunggu di area parkir basement yang mulai lalu lalang pegawai yang berniat pulang. "Ntar juga nyusul, tunggu aja Mas Bram!" Jawabku tanpa banyak penjelasan. ​"Tumben gak bareng?" tanyanya sambil membukakan pintu untukku."Udah gak papa, Mas. Ditunggu aja dulu," jawabku sambil melirik jam tanganku. "Sepertinya CEO lkita lagi butuh waktu ekstra untuk... menenangkan diri." ​Bram menatapku dengan bingung, tapi tak bertanya lebih jauh. Ia hanya mengangguk lalu membuka pintu kemudi. Kami menunggu dalam keheningan sambil memainkan ponsel masing-masing,. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit kemudian, pintu lift akhi

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   151. Permainan Sang CEO

    Tanpa kusadari, aku telah masuk dalam jebakan yang telah Fatih atur. Semua itu arena kesepakatan yang kubuat dengannya pagi ini. Dan ternyata adalah awal dari sebuah penyiksaan Fatih dengan gaya baru. Fatih benar-benar kembali ke wujud aslinya. Di kantor, ia adalah sang Raja, CEO yang tegas, perfeksionis, dan tidak kenal kompromi. Aura kepemimpinannya begitu kuat hingga semua orang, termasuk aku, justru merasa berjalan di atas paku! ​Ia memang menepati janjinya. Hari ini juga, ia membuatkanku sebuah ruangan tepat di seberang ruangannya. Melihat posisinya yang strategis, memungkinkan Fatih untuk mengawasiku setiap saat. Dan ia, memang benar-benar pintar. Dia cukup tahu bagaimana memanfaatkanku dengan caranya. ​"Safira, tolong buatkan ringkasan laporan keuangan kuartal ini. Aku butuh sebelum jam makan siang." Lihat saja, ia cukup berteriak saat melihatku yang baru saja berdiri. Huf, aku membuang nafasku dengan perlahan. Sabar Safira, sabar. Aku mengelus dadaku. Aku kembali dudu

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   150. Syarat karena Kecemburuan

    Beberapa hari di rumah, membuat Fatih tak ingin membuang waktunya percuma. Saat ini, Dipta yang menjadi dunianya. Hampir satu tahun Dipta bermanja dengan Bayu, sosok pemgganti ayahnya yang selalu ada untuk Dipta. "Sehari gak nampakin muka napa sih, udah tahu aku lagi sama Dipta!" Fatih memasang wajah kecut saat Dipta yang sedang ada dakam pelukan Fafih, berlari memeluk Bayu yang baru saja masuk bersama Bram. Sejak pulang dari rumah sakit, aku dan Fatih memang ambil cuti selama beberapa hari. Dan praktis, urusan kantor menjadi tanggung jawab Bayu dan Pak Ibrahim. "Terus. ini salahku gitu? Salah sendiri pakai amnesia segala!" Bayu melirik Fatih lalu tertawa lebar saat menatap Dipta yang terkikik geli berayun di lengan Bayu. "Sudah, sudah. Om Bayu lagi capek. Dipta sama Papa aja!" Fatih tak sabar menunggu. Dia segera bangkit dan menarik Dipta kembali ke pelukannya. "Papaaa!" Dipta masih bergelayut manja di lengan Bayu dan mencoba berteriak kala Fatih menarik tubuhnya menjauh.

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   149. Hati yang Besar

    Seperti yang diinginkan Fatih, hari ini, kami berkumpul di ruang tengah dengan Pramudya. "Wah, wah, wah… lihat siapa yang sudah kembali ke setelan pabrik,” kata Pramudya sambil menepuk pundak Fatih. Ia kemudian menatap Fatih dengan ekspresi pura-pura sedih. “Jujur saja, kawan, aku tidak sepenuhnya bahagia dengan kembalinya ingatanmu. Rencanaku untuk merebut istrimu jadi gagal total.” Pramudya membuka kancing jasnya sambil melirik Fatih. Fatih hanya bisa memukul lengan sahabatnya itu dengan gemas. “Dasar tidak berubah. Kau bilang ingin insyaf saat menemukan wanita yang tepat. Tapi kapan kamu menemukannya kalau tiap hari kau keluar masuk diskotik saja!" Pramudya tak mengelak tapi justru tertawa terbahak-bahak. "Menikah saja. Jangan suka permainkan anak gadis orang!" Fatih merangkul bahuku, bukannya diam, Pramudya semakin keras tertawa. "Kau tahu, justru mereka yang ingin menjebakkan dirinya padaku. aku sih gak ada niatan merusak anak gadis orang, tapi kalau mereka yang ingin dir

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status