Share

50. Penolakan Keras

Author: Banyu Biru
last update Last Updated: 2025-07-31 17:11:58

Tidak seperti biasanya, sore ini banyak tamu berdatangan ke rumah kakek. Ibu Fatih, datang bersama ayah Fatih yang baru saja datang dari luar negeri. Dan kedatangan mereka bersama Tante Arini dan Om Danu.

Fatih menatapku sesaat lalu mengangguk seakan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja bersamanya juga atas dukungan Kakek Pranata Maulana.

Kami berjalan pelan menuruni tangga dan ikut bergabung bersama Kakek yang sudah lebih dulu menemui mereka.

Seketika, aura dinginl tampak terpancar. Meskipun sebenarnya Tante Arini dan Bu Rahmawati mempunyai tujuan yang berbeda, tapi demi kepentingan bersama, mereka bisa duduk bersisihan dengan mesra, setidaknya itu yang Fatih katakan padaku.

“Akhirnya kalian datang juga,” ujar Kakek Pranata membuka pembicaraan. "Kukira kalian sudah lupa kalau aku masih hidup!" Mereka tersenyum kecut.

"Maaf, Yah. Aku baru pulang. Banyak hal yang harus aku urus!" Laki-laki berwajah mirip Fafih menjawab dengan hati-hati. Sepertinya memang dia ayah F
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   65. Fatih tetap Suamiku

    Malamya, saat kami sedang berkumpul untuk makan malam, Fatih menatapku beberapa kali. Aku mengangguk. Hal yang jauh-jauh hari kami rencanakan. Pindah di rumah kami sendiri. Fatih memang membawaku ke rumah ini awalnya tapi karena saat itu memang khawatir dengan keberadaan Nancy. Sedang sekarangi, Nancy telah menjalani proses peradilan, yang tentu saja tak lagi bisa dengan mudah menyakiti siapapun. Sementara, Tante Arini juga telah menjalani proses perceraian dengan Om Danu. Bagiku dan Fatih, tak ada lagi alasan untuk menyembunyikan diri lagi. Masalah orang tua Fatih. akan kami hadapi dengsn berjalannya waktu. Selepas makan malam bersama, Fatih yang biasanya santai, kali ini terlihat serius. Ia meletakkan sendoknya perlahan, lalu menghela napas. “Tante, Kek,” ucapnya hati-hati. “Aku mau bicara sesuatu. Aku… ada rencana untuk pindah rumah. Jauh-jauh hari aku sudah merencanakan tapi karena saat itu situasinya belum memungkinkan, aku membawa Safira ke sini!" Seketika, sendok yang d

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   64. Aku ingin tahu

    Pagi itu udara terasa lebih dingin dari biasanya. Aku masih berbaring di ranjang ketika terdengar suara riuh di ruang dekat kamar. Suara kursi yang digeser dan riuh orang bercakap-cakap. Aku mengerjap. Aku ingat jika hari ini, bapak dan inu akan kembali. Aku segera beranjak menuju kamar mandi dan bersiap. Saat keluar, memang beberapa ART tampak sibuk menyiapkan oleh-oleh yang Tante Arini belikan. Dari ambang pintu kamar tamu, kulihat Ibu dan Bapak sudah berpakaian rapi. Jaket tipis melekat di tubuh Bapak, sementara Ibu memegang tas kecil yang biasanya ia bawa saat bepergian. Fatih berdiri di dekat mereka, wajahnya hangat namun sedikit sendu. “Harus sekarang pulangnya? Aku kan masih kangen, Bu?" Tanyaku manja sambil bergelayut manja di lengan ibu. Bapak tersenyum lalu mengusap pucuk kepalaku lembut. Ibu menoleh, tersenyum lebar. “Iya, Safira. Bapakmu kan gak bisa cuti lama-lama. Kayak gak tahu aja urusan bapakmu. Ini ada udah ada urusan yang menunggu di rumah!" "Bukan Dam

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   63. Ada Apa dengan Tante Arini?

    Setelah dokter memutuskan aku boleh pulang sore itu, Fatih selalu ada di sisiku untuk menemani, membuatku agar selalu merasa nyaman. Ibu dan Bapak juga ikut membantu membereskan barang-barang, sementara Tante Arini sudah lebih dulu menelepon ke rumah untuk memastikan semuanya siap menyambutku. Begitu mobil Fatih berhenti di depan rumah, suasana yang menyambutku membuatku sedikit terkejut. Aroma wangi kayu manis bercampur vanila menyeruak dari dalam rumah. "Kau sudah pulang, Safira?" Kakek menyambutku saat aku masuk. Aku tersenyum dan mencium tangan kakek. "Istirahatlah. Tantemu sudah ribut sejak tadi begiti tahu kau akan pulang!" Tante Arini mendahului dan berdiri dengan kedua tangan di pinggang, memberikan arahan seperti seorang komandan perang di depan kamarku. "Mbak, tolong pastikan kamar Safira wangi, ganti semua sprei dengan yang baru setiap hari. Taruh juga diffuser di sudut ruangan. Oh, dan di meja samping, taruh termos air panas sama teh chamomile, jangan lula roti dan

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   62. Rahasia yang Tersamar

    Sejak kejadian kemarin, ada sesuatu yang terasa berbeda di sekelilingku. Bukan hanya karena kehadiran Ibu dan Bapak yang kini menemaniku di rumah sakit, tapi juga karena cara mereka memandang Fatih. Pandangan yang… entah bagaimana, terasa hangat, penuh kasih, sekaligus seperti menyimpan sesuatu yang berat. Aku memang sudah lama tidak berkumpul bersama mereka. Tapi bahkan dulu, saat aku masih tinggal di rumah orang tua, aku jarang melihat tatapan seperti itu. Sejak pagi, Ibu tak henti-hentinya menanyakan kabar Fatih. Bahkan saat Fatih keluar sebentar untuk bicara dengan dokter, Ibu segera memanggilnya begitu ia kembali. “Safira, Fatih, belum sarapan kan? Ibu bawakan bubur ayam nih. Kamu suka kan? Ayo makan dulu, Fatih biar barengan sama ibu nanti!" katanya, seakan Fatih adalah anaknya sendiri. Aku mengangguk. Mengunyah dan menelannya perlahan sambil terus memperhatikan. Fatih hanya tersenyum dan duduk di kursi, menerima mangkuk bubur dari tangan Ibu tanpa curiga sedikit pun. “

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   61. Kehangatan yang Datang

    Fatih duduk di kursi samping ranjang dengan menggenggam erat tanganku. Matanya masih merah, namun kini tak lagi dipenuhi ketakutan. Setelah kejadian dengan Nancy tadi, suasana memang kacau. Tapi setelah dokter kembali memeriksa kondisiku dan memastikan bahwa aku dan bayi kami selamat, Fatih bisa bernapas lega. Padahal sudah kukatakan berkali-kali jika kondisiku dan janinku baik-bsik saja. “Kamu yakin nggak sakit di bagian perut?” tanya Fatih lagi, seperti kaset rusak yang diputar ulang. Aku tersenyum kecil meski masih lemas. “Enggak. Dokternya juga udah bilang kan?" Jawabku gemas. “Tetap aja...” Fatih mengusap wajahnya, lalu menatapku dengan wajah cemas. “Aku takut. Banget.” Aku mengangkat tangan dan menyentuh pipinya pelan. “Sekarang udah gak apa-apa. Kita aman.” Belum sempat Fatih menjawab, suara ketukan pintu terdengar. Fatih langsung bangkit dan membukanya. Seorang pria berseragam sopan berdiri di depan pintu. “Mas Fatih, tamunya sudah datang,” katanya singkat. Fa

  • Terpaksa Menikahi Sopir Bapak   60. Nancy dan Pengakuannya

    Aku mengangguk sambil menahan tawa. Fatih benar-benar panik. Setelah dia keluar, aku memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. Sejujurnya aku sedikit lelah dengan semua drama keluarga ini. Aku berharap semua segera berakhir, dan aku bisa menjalani hidup yang tenang. Tiba-tiba saja merindukan rumah, ibu juga bapak. Namun, harapan tinggallah harapan. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku mengira itu Fatih, tetapi saat aku membuka mata, sosok Nancy muncul di pintu. Ia menatapku dengan tatapan sinis, lalu tersenyum licik. “Safira… kuat juga kamu ya? Sayang, si Arini itu gak bisa bikin kamu mati sekalian!" katanya dengan nada mengejek. Ia berjalan perlahan ke arah ranjangku, tangannya memegang tas kecilnya. Aku pura-pura memejamkan mata,Tapi tangan kananku bergerak di balik selimut. Dengan hati-hati, aku mengambil ponsel yang ada di nakas, lalu mengaktifkan perekam suara sekaligus mengirimkannya ke Fatih melalui aplikasi pesan. Langkah kaki Nancy terdengar semakin dekat. Sepertinya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status