Share

ASMARA

Author: WAZA PENA
last update Last Updated: 2025-07-05 17:09:07

Dalam keadaan yang kacau balau, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar dan berhenti tepat di depan pintu. Lisna menoleh, degup jantungnya berdetak kencang. Dia sudah mengira jika itu pasti Bayu, sehingga dengan cepat dia menyembunyikan ponselnya karena tidak mau jika Bayu merampasnya.

KLEK!

Mata Lisna membesar mendengar itu, ketegangan itu seketika berubah saat melihat ternyata yang datang itu seorang pelayan hotel.

"Maaf jika saya lancang, Nona. Saya hanya mengantarkan minuman ini," ucap pelayan itu dengan sopan.

Lisna sempat terdiam beberapa detik, dan dia segera bangkit dari duduknya setelah menyadari itu kesempatan untuk bisa kabur dari jerat lelaki yang menurutnya tidak beres.

"Tidak apa-apa, Mas. Taruh aja minumannya di situ. Aku mau keluar, ada urusan penting," ucap Lisna sembari merapihkan pakaiannya dan langsung meraih tasnya.

Pelayanan itu hanya mengangguk kemudian meletakkan dua botol minuman di atas meja kecil. Sedangkan Lisna buru-buru keluar dari kamar itu. Langkah kakinya begitu cepat, dia terlihat cemas sekaligus takut jika sampai Bayu mengetahuinya.

"Aku harus harus hati-hati. Jangan sampai si bajingan itu tahu," gumam Lisna.

Sepertinya nasib baik masih berpihak padanya. Lisna berhasil keluar dari hotel itu. Di sana dia berhenti sejenak, ternyata mobil milik Bayu tidak ada di halaman hotel itu.

"Syukurlah... Aku gak peduli dia mau marah atau apa, yang penting aku harus segera pulang," ucapnya dalam hati. Dia bergegas memesan taxi.

**

Sekitar kurang lebih setengah jam, Lisna kini sampai di depan rumahnya. Dia buru-buru masuk tanpa permisi sama sekali. Dan bahkan saat melihat ibunya duduk di rumah keluarga, Lisna hanya menatapnya sekilas dengan raut wajah masam. Lalu mempercepat langkahnya kembali sebelum akhirnya dia masuk kedalam kamar.

BREGH!

Suara pintu itu dibanting dengan keras. Sontak Bu Ratna pun kaget, dia merasa heran kenapa anaknya pulang sendiri dan seakan marah. Pak Anggara yang sebelumnya ada di kamar, dengan cepat keluar menghampiri istrinya yang ada di rumah keluarga.

"Kenapa, Mah? Siapa yang nutup pintu seperti itu?" tanya pak Anggara.

"Lisna, Pah. Enggak tau dia kenapa, sepertinya dia marah," jawab bu Ratna menatap suaminya.

"Terus Bayu ke mana? Kenapa gak suruh duduk dulu?"

"Aduh... Mamah gak tahu, Pah. Kayaknya Lisna pulang sendiri. Kalo Bayu yang nganterin, gak mungkin dia tidak pamit dulu sama kita," jawab bu Ratna. Raut wajahnya terlihat cemas.

Pak Anggara mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya. Kemudian pak Anggara menyarankan istrinya untuk menanyakan pada putrinya. Bu Ratna mengangguk, karena dia juga penasaran terhadap Lisna yang pulang dengan keadaan murung.

**

Sementara itu. Di kamar hotel dengan cahaya temaram. Rendi dan bu Elsa kini sudah berada di atas tempat tidur. Saat itu Rendi masih terlihat gugup. Sebagai lelaki normal, dia memang tergoda melihat penampilan Bu Elsa yang begitu menarik. Di satu sisi, Rendi masih memikirkan Lisna.

"Kenapa kelihatan gugup gitu sih, Ren? Hmm," ucap bu Elsa mengusap lembut pipi Rendi.

"Apa baru pertama ini kamu menjadi gigolo?"

"Iya, Tante," jawab Rendi singkat. Yang sebenarnya bukan karena itu saja. Dia lebih memikirkan kekasihnya.

"Wah... Beruntung banget dong aku bisa dapetin perjaka, hehe," goda bu Elsa terkekeh.

Rendi tersenyum menatap perempuan itu, kemudian bu Elsa mendaratkan ciuman. Hingga perlahan-lahan suasana menjadi intim. Rendi seakan larut dalam permainan Bu Elsa. Nafas keduanya memburu menandakan gejolak hasrat yang makin memuncak.

"Hmmm... Ayok, Ren... Puaskan aku," lenguh bu Elsa dengan ekspresi wajah yang begitu menggoda.

Malam itu menjadi malam pertama Rendi merasakan bagaimana melayani wanita. Ada rasa penyesalan bercampur bangga tatkala mendapatkan pujian dari Bu Elsa yang mengatakan jika dia puas dengan apa yang dilakukan Rendi. Terlebih lagi ketika Bu Elsa memberikan beberapa gepok uang.

"Makasih yah, Sayang. Kamu bener-bener perkasa. Aku beneran merasakan kenikmatan yang berbeda dengan permainan kamu, Ren. Ini buat kamu yah," ucap Bu Elsa sembari meletakkan uang itu.

"Andai saja suamiku tidak akan pulang malam ini, aku pasti ingin kita main sampai pagi, hehe."

"Wah, banyak banget, Tante," ucap Rendi terbelalak melihat beberapa gepok uang.

"Itu nggak seberapa, Ren. Jika kita main sampai pagi, aku pasti akan memberimu lebih banyak dari ini. Karena jujur aja aku sangat suka dengan senjatamu itu," jawab Bu Elsa tersenyum genit.

Rendi tersenyum senang melihat tumpukan uang, dia seolah baru percaya dengan perkataan tantenya yang menyarankan untuk menjadi seorang gigolo. Meski demikian, Rendi tidak bisa memungkiri bahwa dia merasa sangat bersalah telah mengkhianati Lisna. Hanya saja, apa yang dilakukannya itu demi mewujudkan impiannya untuk menikahi Lisna.

***

Pukul 08:00 Rendi terlihat duduk di tepi tempat tidurnya. Raut wajahnya terlihat kebingungan setelah ngobrol lewat telepon dengan kekasihnya. Selang beberapa saat, terlihat bu Dewi masuk kedalam kamar itu sambil tersenyum puas.

"Kamu ini kenapa lagi, Ren. Udah pegang uang kok masih kelihatan bingung gitu," ucap bu Dewi. Kemudian ia duduk di dekat ponakannya.

"Aku baru aja ngobrol sama Lisna. Dia menceritakan kejadian semalam. Lelaki yang dibilang bos besar itu membawanya ke hotel dan hampir saja Lisna diperlakukan tidak baik. Tapi untungnya itu tidak terjadi," jawab Rendi menjelaskan.

"Sekarang dia meminta aku untuk secepatnya bisa menikahinya, dan dia minta agar aku bisa membuktikan pada kedua orangtuanya, Tan."

"Ya sudah, itu berarti kamu harus lebih bekerja keras, Ren. Jika dalam satu hari kamu mampu melayani banyak perempuan, maka akan semakin cepat kamu bisa membuktikan pada ortunya Lisna.

Pada saat seperti itu, tiba-tiba suara bel berbunyi.

"Itu pasti temen tante, dia ada perlu. Kamu tunggu di sini dulu yah," ucap bu Dewi kemudian kelar dari kamar itu.

Rendi hanya mengangguk melihat tantenya. Kepadanya sekarang semakin tertekan. Dia ingin secepatnya bisa menikahi Lisna yang hampir dinodai oleh pria pilihan kedua orangtuanya. Sehingga Rendi bertekad untuk menjalankan profesinya itu lebih semangat.

"Apa yang dikatakan tante Dewi benar. Jika aku bisa melayani banyak perempuan dalam satu hari, pastinya aku akan lebih cepat mengumpulkan biaya. Maafkan aku, Sayang. Aku terpaksa melakukan ini," gumam Rendi lirih.

--°--

Sementara di ruang tamu. Bu Dewi terlihat serius mendengarkan temanya yang sedang mengeluh karena persoalan rumahtangganya. Setelah mengetahui masalah yang dihadapi oleh temannya, Bu Dewi berinisiatif untuk menyarankan agar temannya yang bernama Yeni itu memakai jasa keponakannya.

"Kalo memang kehamilan bisa membuat suami kamu tidak marah lagi, aku saranin kamu main sama Rendi aja," ucap bu Dewi pelan.

"Hah? Maksudnya gimana, Wi?" Bu Yeni mengerutkan keningnya.

Di situ Bu Dewi menjelaskan tentang Rendi. Hingga perlahan-lahan Bu Yeni paham maksud dari temannya itu. Awalnya Bu Yeni kaget saat mendengar jika Rendi menjadi seorang gigolo. Tetapi, setelah Bu Dewi menjelaskan, dia pun akhirnya memahami.

"Jujur aku nggak tahu, Wi. Tapi aku ikuti aja saranmu," ucap bu Yeni pelan dan serius.

"Aku yakin jika kamu main sama Rendi, kamu bisa secepatnya hamil, Yen," balas bu Dewi, tersenyum.

"Tapi bagaimana kalo Rendi nggak mau, Wi?"

"Udah kamu tenang aja, nanti aku yang bilang sama dia. Rendi pasti gak bakalan nolak, karena dia lagi butuh uang banyak," jawab bu Dewi.

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Akhir Yang Indah (END)

    Bulan berikutnya, cuaca cerah seakan menyambut hari yang spesial itu. Langit biru tanpa awan dan hembusan angin lembut membuat suasana semakin tenang."Sayang.., ayo siap-siap," seru Rendi dari ruang depan sambil merapikan kerah kemejanya.Lisna keluar dari kamar dengan bayi mereka yang kini mulai bisa duduk di gendongan kain. "Mau ke mana sih, Mas tumben kamu rapi banget?"Rendi tersenyum penuh misteri. "Pokoknya ikut aja."Lisna mengerutkan dahi, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. "Oke, aku ikut, asal jangan kejutan aneh-aneh.""Tenang, kali ini kejutan manis," ujar Rendi sambil membuka pintu.Perjalanan mereka diiringi canda kecil dan gelak tawa bayi mereka yang sesekali menggumam lucu. Di dalam mobil, suasana hati Rendi terlihat begitu ringan. Ia menggenggam tangan Lisna erat sambil menyetir dengan tangan satunya."Kamu tahu, Sayang…” Rendi membuka suara, matanya menatap ke jalan. "Aku jauh lebih bahagia sekarang."Lisna menoleh. "Iya, aku lihat. Kamu kelihatan lebih tenang a

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Harmonis

    Satu bulan telah berlalu sejak Rendi kembali bekerja di perusahaan lamanya. Kehidupan rumah tangga mereka perlahan membaik. Setiap pagi Rendi berangkat dengan semangat, dan setiap malam ia pulang dengan senyum di wajahnya. Gaji yang layak, lingkungan kerja yang sehat, dan kepercayaan yang mulai pulih dari Lisna, semuanya membuat hati Rendi lebih tenang.Di rumah, Lisna juga merasa lebih damai. Anak mereka tumbuh sehat, dan kini ia bisa menyaksikan sendiri perubahan besar pada suaminya.Suatu sore, setelah menidurkan anak mereka, Lisna duduk di teras bersama Rendi yang sedang menyeduh kopi."Kamu tahu, Mas?" ucap Lisna sambil menatap langit jingga."Apa, Sayang?" Rendi menyerahkan secangkir kopi padanya."Jujur, aku senang… karena akhirnya aku bisa melihat kamu jadi sosok ayah yang baik buat anak kita."Rendi menoleh, sedikit terkejut. "Maksud kamu?"Lisna tersenyum. "Dulu aku sempat takut. Takut kamu gak bisa berubah. Tapi sekarang… aku lihat sendiri. Kamu rajin, kamu perhatian, kamu

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Teman Lama Untuk Mawar

    Namun momen haru itu terpotong oleh tangisan bayi mereka dari kamar sebelah. Rendi dan Lisna saling berpandangan, lalu segera bangkit dan menuju kamar si kecil.Di kamar yang diterangi lampu tidur redup, bayi mereka menangis kencang. Rendi langsung menggendongnya sementara Lisna menyiapkan botol susu."Sini, Mas. Aku kasih susunya," ucap Lisna.Rendi mengangguk dan menyerahkan bayi mereka ke pelukan Lisna. Ia menatap anak mereka dengan tatapan penuh kasih dan rasa bersalah."Maafin Papa ya, Nak… Papa janji bakal jadi ayah yang baik."Bayi itu perlahan tenang setelah menyusu, membuat suasana rumah kembali damai. Rendi duduk di sisi tempat tidur.Beberapa menit kemudian, suara dering ponsel memecah keheningan.Rendi buru-buru mengambil ponselnya dari meja. Di layar tertera nama yang sangat ia kenal: Pak Dimas – CEO perusahaan tempat Rendi dulu bekerja sebelum dipecat.Lisna menoleh sambil mengangkat alis. "Siapa lagi, Mas?" tanyanya menekan."Pak Dimas," jawab Rendi, masih ragu menekan

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Kejujuran Rendi

    Setelah melihat anaknya tertidur lelap, Rendi dan Lisna masih berang di tempat tidurnya. Mereka berdua tengah mengobrolkan tentang usaha. Hal itu membuat Lisna merasa heran dan kebingungan dengan perkataan suaminya. "Kenapa kamu pengen buka usahasendiri? Kan kamu udah kerja, Mas," ucap Lisna menatap penuh suaminya. "Setelah aku pikir-pikir, aku memilih untuk berhenti dari kerjaan itu. Aku enggak mau terus-terusan dihantui rasa bersalah," jawab Rendi pelan.Lisna memandang baik-baik suaminya yang berbaring di sebelahnya. Lisna masih kebingungan dengan perkataan Rendi. "Maksudnya gimana sih, Mas? Apa yang membuat kamu ingin berhenti dari kerjaan itu? Bukankah itu cepet dapet hasilnya?" Lisna merasa heran. "Iya, aku tahu kerjaan itu cepet banget dapet uang. Tapi aku enggak mau terus-terusan membohongi kamu, aku enggak mau mengkhianati kamu. Yang aku inginkan saat ini, kita bareng-bareng ngurus anak, aku pengen buka usaha sendiri entah itu buka toko atau usaha apa, yang jelas aku ing

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Pertengkaran

    Merasa kakinya ditepuk-tepuk akhirnya Rendi terbangun, ia membuka matanya perlahan dan langsung menatap ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya. "Jam berapa sih ini, Sayang?" tanya Rendi dengan nada yang terdengar masih ngantuk. "Udah buruan bangun. Ada yang sudah nungguin kamu tuh," balas Lisna dengan raut wajah yang terlihat marah.Rendi membuka matanya lebar-lebar ketika istrinya menunjukan Handphone-nya dan memperlihatkan isi pesan itu. Sontak Rendi kaget melihat kejadian itu, ia takut kalau istrinya mengetahui profesinya yang seorang gigolo. "Ada bisnis apa kamu sama perempuan itu?" tanya Lisna matanya menatap tajam."Kerja apa kamu sebenarnya? Kamu bilang kalau kamu itu kerja bareng sama paman kamu, terus apa maksudnya dengan perempuan yang nungguin kamu?" Lisna terus mencecar melontarkan pertanyaan yang membuat Rendi tidak bisa berkata banyak. Rendi berusaha untuk membuat istrinya tenang dan tidak memikirkan sesuatu hal yang buruk terhadapnya. "Sayang ... Kamu dengerin d

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Pesan Mencurigakan

    Rendi merasa sudah sangat kelelahan, namun biar bagaimanapun ia tidak mau mengecewakan perempuan yang sudah datang jauh-jauh untuk mendapatkan kepuasan darinya. Hingga akhirnya Rendi berusaha untuk melayani tiga perempuan lagi dan berupaya untuk bisa memuaskan mereka bertiga.Rendi meminta untuk istirahat sejenak karena nafasnya terasa berat. Tante Dewi yang melihat itu, ia sebenarnya merasa kasihan terhadap keponakannya itu, namun Rendi yang sudah menyatakan diri untuk menjadi seorang gigolo supaya bisa mengangkat kembali ekonomi keluarganya. Dengan begitu, maka tante Dewi tidak bisa berbuat banyak selain menenangkan Rendi dan terus menyemangatinya."Istirahat dulu aja, Ren," ucap Tante Dewi."Iya, Tante... Ini gila, mereka hyper semua," jawab Rendi."Gak apa-apa, Ren... Yang penting kamu dapat uang banyak hari ini," balas tante Dewi.Setelah merasa cukup beristirahat dan menikmati minuman, Rendi kembali melayani satu-persatu dari ketiga perempuan itu. Hari semakin sore, stamina pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status