Share

7. Sandal Jepit Cinta

Author: Rahmi Aziza
last update Last Updated: 2024-10-19 09:13:27

Ayana menatap bosnya tak percaya. Pak Bas melamarku? Akan memberikan apapun yang kuminta? Pak Bas nggak lagi ngelindur, kan? Atau salah minum obat? Bukannya selama ini ia selalu kesal dengan apapun yang kulakukan, lalu mengapa mau begitu saja menerima permintaan Bu Amanda untuk menikahiku? Semua pertanyaan itu berputar di kepala Ayana. 

“Boleh minta apapun, Pak?" Ia mengulangi apa yang diucapkan bosnya barusan. 

"Ya, apapun," jawab Bas. "Kecuali satu hal, jangan minta aku untuk mencintaimu." 

Astagaaa, bunga-bunga yang sempat bermekaran di hati Ayana seketika berguguran. Menjadi istri orang kaya memang salah satu cita-citanya. Tapi apa artinya kalau tidak dicinta?  Apakah ia bisa bahagia hanya dengan harta. 

“Bagaimana Ayana? Apakah kamu... bersedia? Aku hanya ingin membuat hati istriku menjadi tenang kalau kita menikah."

Ayana menghela napas. "Beri saya waktu, Pak." 

"Baiklah." Bas mengangguk paham. Sama seperti dirinya, ia yakin, Ayana juga berada pada pilihan yang sulit. 

“Beri saya waktu untuk berpikir mau minta apa. Minta dibangunin rumah, dibelikan mobil mewah, perhiasan, boleh, kan, Pak?" Tanpa menunggu jawaban, ia lantas melenggang masuk ke dalam rumah, meninggalkan bosnya yang seketika menganga.

"Dasar, Ayana. Astaga bagaimana mungkin aku menikah dengan bocah ingusan seperti itu? " 

***************

“Buk, nikah itu enak nggak sih?” tanya Ayana ketika ia dan ibunya sama-sama menonton sinetron yang sedang dijeda iklan. Hari ini hari Sabtu, Ayana libur kerja. Tapi tidak setiap Sabtu ia bisa libur. Jika kebetulan Bas ada urusan pekerjaan, Ayana tetap harus masuk menemani Amanda.

“Ya, tergantung nikahnya sama siapa,” jawab Bu Widya-ibunya, sambil memencet tombol remote, mengganti channel, barangkali saja di saluran lain ada sinetron yang sedang tidak iklan.

“Kalo nikahnya sama orang kaya, tampan, dan baik hati?” tanya Ayana lagi. 

“Ya ... semua juga mau dapat suami kaya gitu, Ay,” jawab Ibu yang masih terus fokus dengan televisi di depannya.

“Hmm, tapi ... jadi istri kedua ...” kata Ayana lagi.

Bu Widya menoleh kaget.

“Apa kamu bilang? Kamu mau jadi istri kedua?” Wanita itu lantas menghujani Ayana dengan cubitan.

Ayana melompat dari tempat duduknya menghindar. 

“Nggak, Bu, kan cuma misal.”

“Nggak mungkin! Pasti ada sesuatu yang terjadi, kan? Kenapa? kamu suka sama laki-laki beristri ha?” Ibunya murka.

“Nggak, Bu, nggak.”

“Ayo, jawab jujur!” Sang ibu memukul lengannya cukup keras hingga Ayana berlari menjauh.

"Nggak, Bu, sumpah, nggak!”

“Jangan bohong Ayana! Kita memang miskin tapi jangan jadi perusak rumah tangga orang. Sini kamu sini!” panggil Bu Widya yang kini sudah berdiri di ujung pintu ruang tamu.

“Sini, nggak?” Kali ini tangan ibunya mengangkat sandal di tangan, siap melemparkan ke arah sang anak.

Ayana berteriak kecil sambil berlari keluar. Sementara ibunya yang geram melemparkan sandal ke arahnya.

“Plak!”

Sandal di tangan ibunya melayang dan mendarat tepat di wajah ... Pak Bas!

“Per-mi-si.” Bas menyelesaikan salamnya dengan terbata.

“Bapak?!” Ayana kaget mengapa bosnya tiba-tiba muncul di rumahnya.

“Aduh, Pak, kita ke dokter ya, mau saya telponin ambulans?” tanyanya panik. Tangannya reflek hendak menyentuh kening Bas yang terkena lemparan sandal, tapi Bas dengan sigap menghindar.

“Istri macam apa yang kau pilihkan untukku Amanda?” bisiknya pada sang istri yang berdiri di sebelahnya.

Amanda hanya tertawa. “Dia lucu sekali, kan?”

“Ya ampun, ada tamu. Maaf-maaf, aduh ..., saya nggak sengaja. " Bu Widya tergopoh-gopoh mendatangi Bas.

“Oh, tidak apa-apa, Bu,” jawab Amanda sambil tersenyum.

“Nggak apa-apa gimana?” Bas menggumam pelan." Bisa-bisanya suami dilempar sandal, kamu bilang tidak apa-apa?"

"Ssst." Amanda memberi isyarat agar Bas tidak meneruskan ucapannya. Ia merasa tak enak kalau ibunda Ayana ikut mendengar 

“Masuk-masuk. " Dengan ramah, Bu Widya mempersilakan tamunya. 

“Saya Amanda, Bu. Ini suami saya, Bas. Ayana bekerja di rumah kami. ” Amanda memperkenalkan diri setelah mereka semua duduk di ruang tamu.

“Oh, iya, iya, maafkan saya Pak, Bu. Aduh ... Ayana kok tidak bilang kalau Bapak Ibu mau kemari, kami jadi tidak menyiapkan apa-apa.”

“Kami memang belum bilang sama Ayana kok, Bu. Tiba-tiba saja saya kepikiran ingin ke sini.”

“Ayana, buatkan teh!” perintah ibunya setengah berbisik. Ayana menurut, ia berjalan ke dapur.

“Ayana sering cerita tentang Ibu dan Bapak,” ucap Bu Widya berbasa-basi.

“Katanya, Bu Amanda baik, cantik ... dan ... Pak Bas ...” Ia terdiam sesaat. Ayana selalu bilang kalau bos laki-lakinya ketus, pemarah, menyebalkan. Tapi, mana mungkin hal itu ia ucapkan saat ini.

“Ah, Pak Bas katanya perhatian sekali sama istri." Akhirnya ia menemukan kalimat pujian yang pas untuk Bas.

Amanda tertawa kecil, lalu balas memuji Ayana, “Anak ibu juga bekerja sangat baik. Dia sangat sabar merawat orang sakit dan selalu ceria. Saya suka.”

“Alhamdulillah saya senang mendengarnya, Bu.”

“Oh, iya, Bu. Jadi begini, maksud kedatangan kami ke sini … kami… mau melamar Ayana, Bu.”

Klontang, klontang.

Terdengar suara berisik di dapur. Ayana yang bisa mendengar percakapan di ruang tamu, tak sengaja menjatuhkan sendok dan piring. Kaget, ternyata itu maksud kedatangan kedua bosnya.

“Masya Allah … untuk siapa, Bu? Adik, ponakan, anak tetangga?” Terlihat rona bahagia di raut wajah Bu Widya, tentu saja ia senang kalau anaknya dipersunting orang kaya.

“Untuk ... suami saya.”

Ibu Widya menelan ludah, memandang Bas dan Amanda bergantian.

“Ma-maksud Ibu?”

“Saya ingin Ayana menikah dengan suami saya.”

Saat hening masih menguasai keadaan di ruang tamu, Ayana keluar dengan membawa dua gelas teh di nampan.

“Silakan, Bu, Pak." Sedikit gemetar ia meletakkannya di atas meja.

“Terimakasih Ayana, kau duduklah di sini bersama kami,” ujar Amanda yang lalu bercerita pada Bu Widya tentang penyakitnya, kegundahan hatinya, sampai keyakinannya bahwa Ayana adalah perempuan yang cocok untuk mendampingi suaminya. Sementara Bas hanya diam, sambil menggenggam tangan istrinya erat. 

“Saya harap Ayana mau menerima pinangan suami saya dan Ibu juga mau memberikan restu.”

Ayana menarik napas dan menghembuskan perlahan. Pinangan Pak Bas? Bahkan Bapak tak mengucapkan sepatah katapun, batin Ayana. Pak Bas tidak menginginkannya. Lelaki itu melakukan ini karena mencintai istrinya, bukan mencintai dirinya.

Selepas menghabiskan teh yang disuguhkan Ayana, Amanda pamit pulang. Ia memang belum mendapat jawaban, tapi setidaknya merasa lega sudah mengabarkan ini pada ibunda Ayana. Semoga ibunya bisa meyakinkan Ayana untuk menjadi istri kedua Bas, begitu harapannya.

“Terima saja pinangan bosmu, Ay,” saran Bu Widya selepas mobil Bas hilang dari pandangan. 

“Kata Ibu, Ayana nggak boleh jadi istri kedua? Gimana,  sih?” Ayana cemberut, ibunya plinplan, begitu hatinya berkata.

“Sekarang Ibu tanya, apakah Bu Amanda orang baik?”

Ayana mengangguk. “Baik. Baik banget malah.”

“Kalau begitu, balas kebaikannya. Menikahlah dengan suaminya,” ucap sang ibu seraya membelai kepala putri semata wayangnya.

“Tauk, ah, Bu! Ayana pusing!” Ayana meninggalkan ibunya, masuk ke dalam kamar. Sambil berbaring dan menatap langit-langit kamar, ia kembali mengingat permintaan Amanda. Menimbang-nimbang. Sebaiknya ia tolak atau terima.

Ia lalu teringat akan seseorang. Yudis. Mungkin Yudis bisa dimintai pendapat mengenai hal ini.

Segera ia meraih ponsel. Menekan tuts bertuliskan angka-angka.

“Ayana?” sapa Yudis di sambungan telepon.

“Dis, ada yang mau aku tanyakan,” kata Ayana.

“Tentang Pak Bagas?” tebak Yudis.

“Kamu sudah tahu?”

“Hem ... Ayana, mari bertemu.”

Rahmi Aziza

Yang suka cerita ini kasih vote nya yaaa dan komen yang rameee

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Sumarsih
Menjadi isteri kedua , bukan keinginan banyak wanita
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   33. Bulan Madu Kedua

    Kedua orang di kamar itu kompak menoleh saat Ayana membuka pintu.“Ayana ....” Bas memanggil lirih.Matanya dan Ayana sempat saling pandang beberapa detik sebelum istri kecilnya itu membalikkan badan lalu membanting pintu.Ayana berlari keluar rumah, tangisnya pecah. Baru kemarin Pak Bas mengusirnya dari kamar, menolak ditemani dan disuapinya, tapi perempuan itu, siapa dia? Kenapa Pak Bas bisa dengan mudah menerimanya?“Ayana mau ke mana?”Yudis yang sedang membersihkan mobil langsung melempar kanebo di tangan, begitu melihat ada yang tak beres dengan istri Tuannya.Gegas ia mengejar Ayana. “Minggir Yudis, aku mau lewat!” seru Ayana ketika tubuh tinggi laki-laki itu menghadang di depannya.“Jangan pergi lagi Ayana, semua mengkhawatirkanmu.”“Bohong!”Ayana berusaha melewati Yudis, namun cekalan tangan Yudis menahannya.“Yudis!!!” Sebuah teriakan membuat Yudis dan Ayana menoleh.“Berani kau sentuh lagi istriku?” Bas melangkah dengan cepat dan beringas ke arah mereka. Cepat-cepat Yudis

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   32. Ayana Pergi

    “Kondisi vital pasien semakin melemah, Pak. Hanya keajaiban Allah yang bisa menyelamatkan. Silakan Bapak masuk untuk mentalqin Ibu.”Kalimat dokter barusan membuat Bas tercekat. “Istri saya pasti bisa selamat, Dok. Lakukan apa saja yang bisa menyematkannya, Dok! Tolong!” Bas mengguncang bahu dokter yang sudah dikenalnya cukup baik itu.“Maafkan saya, Pak, hidup mati di tangan Allah.”“Tolong, Dok, tolong!” Kali ini Bas menggenggam erat tangan sang dokter.Ayana mengusap-usap punggung suaminya, mencoba menenangkannya. “Ayo Pak, kita temui ibu mumpung masih ada waktu.”Ia membimbing Bas masuk ke dalam kamar Amanda.“Sayang, bangun Sayang, kita harus membesarkan anak kita bersama!” Bulir bening mulai membasahi pipi Bas yang menggenggam erat tangan sang istri.“Pak, bisikkan kalimat tauhid di telinga ibu, Laailahaillallah…” Ayana mengingatkan.Sudah dua kali ia berada di sisi orang yang sedang menghadapi sakratul maut, yaitu saat meninggal kakek dan ayahnya. Saat itu, selain ia dan ibunya,

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   31. Bayi Tampan

    Dengan waktu tempuh sekitar dua jam, akhirnya taksi yang ditumpangi Bas dan Ayana tiba di rumah sakit. “Pak, kita sudah sampai.” Ayana berbisik di telinga Bas. Suaminya itu memang sempat tertidur di tengah perjalanan tadi, selepas dokter kandungan meneleponnya dan mengatakan akan melakukan tindakan operasi demi menyelamatkan ibu dan bayi. Bas menurut, apapun yang menurut dokter terbaik, ia pasrah. “Bapak, kita sudah sampai!” ulang Ayana sambil menepuk pelan pipi Bas. “Hah, sudah sampai di mana kita, Ayana?” Bas membelalakkan matanya.“Rumah Sakit, Pak.”Suami tampannya itu tiba-tiba terlonjak, segera turun dari taxi. Yudis yang kebetulan tengah berada di lokasi parkir menghampiri tuannya.“Mana istriku, Yudis?” Bas mengguncang pundak Yudis.“Ibu sudah melahirkan, Tuan.”“Istriku … baik-baik saja, kan?”“Baik Tuan, hanya masih lemas dan belum bisa bangun dari tempat tidur. Saya mau pulang ambil beberapa pakaian Ibu.”“Alhamdulillah." Bas mengusap wajah dengan kedua tangannya, lalu m

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   30. Dua Sejoli

    Pukul lima pagi lebih sedikit. Di luar masih gelap, tapi suara musik yang membangkitkan semangat sudah terdengar. Agenda rombongan piknik hari ini adalah senam pagi.Bas mengulurkan tangan pada Ayana yang baru saja selesai mengikat tali sepatutnya. “Ayo!”Pasangan yang keluar kamar sambil bergandengan tangan itu, menjadi sorotan.“Suit-suit couple of the year udah keluar kamar tuuuh!” kata salah seorang yang sudah berada di pekarangan hotel semenjak tadi disambut sorak sorai yang lain.“Wah Ayana pagi-pagi udah keramas aja. Ngga dingin Ay!” goda seorang yang lain, gatel pengen komen melihat rambut Ayana yang basah.“Namanya juga pengantin baru, kalo perlu sehari tiga kali keramas juga dijabanin!”Semuanya tekekeh. Kecuali Stella tentu saja, yang memandang dua sejoli itu dengan tatapan penuh dengki.Ayana tersenyum canggung, apalagi Bas tiba-tiba mencium pucuk kepalanya di depan orang-orang. “Aaaaakkk." Karyawan cewek pada histeris, uwuw sekali, begitu menurut mereka.“Ngga usah lebay,

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   29. Ciee, I Love You

    “Ciye Ayana, ciyeee …” Office boy dan office girl yang turut serta piknik dan duduk di bagian belakang bus menyoraki Ayana ketika gadis itu nampak berjalan bersama bos mereka. Ayana hanya melambaikan tangan sambil tersenyum. Tak terlalu lama Ayana mengenal teman-teman OB nya itu. Ia hanya bekerja sehari sebagai Office Girl di kantor Bas setelah itu alih profesi menjadi perawat Amanda. Tapi ada satu dua orang yang ia kenal cukup baik, karena selepas keluar dari kantor Bas, mereka masih saling bertukar kabar lewat chat WA.“Maaf, Pak, saya hanya menuruti perintah Ibu Amanda,” ucap Ayana ketika ia dan Bas telah duduk di bus. Ia merasa tak enak hati, takut kehadirannya tak diharapkan Bas.“Tak apa, aku senang kau ikut, aku merasa lebih aman bersamamu.”Bas risih terus-terusan didekati Stella, tapi mau bicara jujur pada Stellapun ia tak tega. Dengan adanya Ayana, pasti Stella jadi tau diri, tak akan pedekate lagi pada Bas, begitu pikirnya.“Ih, Bapak, emang saya satpam!” protes Ayana.Bas m

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Arogan   28. Piknik Kantor

    “Hmm… Harum sekali ....” ucap Bas begitu menginjakkan kaki ke ruang makan. Di sana kedua istrinya sudah berkumpul mempersiapkan sarapan. Ayana memasak sementara Amanda menata meja makan sambil duduk di kursi rodanya.“Ayana masak nasi goreng kemangi Bas,” jawab Amanda yang lalu mendapat satu kecupan Bas di keningnya.“Oh, ya?” Bas lalu beralih menuju dapur di mana Ayana sedang berdiri di depan kompor, mengaduk nasi dengan spatula di atas wajan.“Kelihatannya enak.”Ayana menoleh ketika Bas mengecup pipinya. Semenjak kedatangan Bu Ratih, memang sikap Bas sedikit demi sedikit mulai mencair terhadapnya. Pasti Bu Ratih memberi nasihat yang banyak pada anak lelaki semata wayangnya itu, tebak Ayana.Mencium kedua istrinya adalah rutinitas Bas setiap pagi sebelum berangkat kantor dan sore sepulang kerja. Tanpa perlu disuruh Amanda lagi, Bas akan memberikannya juga untuk Ayana. Terkesan tulus, tak lagi terpaksa seperti sebelumnya.Bas juga tak lagi menjadikan kehamilan Amanda sebagai alasan un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status