Share

BAB 6

Author: Icaica
last update Last Updated: 2025-11-07 07:13:54

Angga melajukan mobilnya menjauhi area parkir rumah sakit. Genggaman tangannya di setir terasa erat, jantungnya masih berdebar mengingat adegan pelukan darurat denganku tadi. Wajahku yang memerah, matanya yang terkejut... semua itu terbayang jelas oleh Angga.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama "Mamah Sonya" muncul di layar. Angga menarik napas panjang, senyum kecil tersungging di bibirnya.

“Assalamualaikum Mah, ada apa?” tanya Angga, suaranya berusaha terdengar santai, meski pikirannya masih dipenuhi bayanganku.

“Wa’alaikumsalam,” suara Bu Sonya, ibunda Angga, terdengar ceria.

“Angga, Mamah mau bicara soal Putri” Ucap Bu Sonya

Angga memperlambat laju mobilnya.

“Iya, kenapa Mah? Ada apa dengan Putri?” tanyanya, nada suaranya berubah menjadi lebih serius.

“Angga, Putri itu cantik, anggun, dan dia punya hati yang baik, ya. Mamah senang sekali melihat sikapnya tadi. Pantas kamu dulu tergila-gila sekali dengannya,” Ucap Bu Sonya menggoda Angga.

Wajah Angga seketika memanas. Ia tertawa kecil, merasa malu. “Hehe, iya Mah. Putri memang cantik dan baik,” Ucap Angga memilih kata-kata yang aman, namun rasa bangga tak bisa disembunyikan.

Bu Sonya mengubah nada suaranya menjadi lebih sungguh-sungguh.

“Tapi, feeling Mamah bilang, kamu memang jodoh sama Putri, Ngga. Buktinya, Kamu dipertemukan kembali dengannya setelah sekian lama, dan dalam keadaan yang ‘memaksa’ kalian dekat. Walaupun Putri terpaksa menikah siri denganmu, itu mungkin awal dari takdir besar yang Allah berikan untuk kamu bisa bersamanya” Ucap Bu Sonya.

Mendengar kata-kata itu, hati Angga menghangat. Sebuah harapan besar menyelinap.

“Aamiin, semoga ya Mah. Angga senang sekali dengarnya Mamah ngomong seperti itu. Angga juga merasakan ada yang berbeda sejak bertemu dia lagi.” Ucap Angga

“Nah, itu dia poinnya!” seru Bu Sonya, terdengar antusias.

“Maka dari itu, Mamah ada sebuah permintaan, permintaan yang besar sekali sama kamu. Ini demi masa depan kamu.” Ucap Bu Sonya dengan serius.

Dahi Angga mengerut.

“Permintaan besar apa, Mah? Jangan yang aneh-aneh, ya!” Ucap Angga.

Bu Sonya mengambil napas, lalu menyatakannya dengan lantang dan tegas. “Angga, Mamah mau kamu nikah Sah secara Hukum dan Agama dengan Putri. Bukan hanya nikah siri.”

Angga terdiam, mencerna permintaan itu. Permintaan itu adalah impian terbesarnya, tapi juga mimpi buruk yang rumit.

“Iya, Mah! Angga mau. Angga maunya juga begitu! Tapi bagaimana caranya? Angel pasti tidak akan pernah mau aku menikah Sah secara hukum juga dengan Putri! Itu bisa membatalkan semua perjanjian!” Angga mulai frustrasi.

“Yah, kamu gak usah kasih tahu Angel lah kamu menikah Sah secara Hukum juga dengan Putri! Ini rahasia kita. Kita jalankan secara tertutup!” Ucap Bu Sonya

“Tapi gimana caranya, Mah? Nikah sah itu butuh proses panjang, butuh surat, harus ada Wali! Putri anak yatim piatu, Mah, dia tidak punya siapa-siapa!” tanya Angga, memikirkan semua logistik yang rumit.

Bu Sonya tersenyum penuh rahasia. “Putri anak yatim piatu, kan? Nah, di situ celahnya.”

Angga masih bingung. “Maksudnya?”

“Dengarkan baik-baik. Kamu bilang ke Angel, acara ijab qobul dan semua urusan administrasi biar kamu yang handle. Beri alasan bahwa kamu yang akan mengurus Wali Hakim untuk Putri, karena dia tidak punya wali nasab. Pokoknya, kamu harus bisa mengambil alih kendali penuh acara ijab qobulnya.” Ucap Bu Sonya menjelaskan seperti sedang menyusun strategi perang.

“Angel itu kan tidak peduli detail. Dia hanya peduli drama dan status ‘istri sah’ di mata agama agar kamu bisa mempunyai anak dari Putri,” lanjut Bu Sonya.

“Nanti, di hari H, Mamah yang akan urus sisanya. Mamah akan pastikan dokumen yang kamu tanda tangani adalah dokumen nikah sah secara KUA, bukan hanya surat nikah siri.” Ucap Bu Sonya.

Angga menelan ludah. Rencana ini sangat berani, penuh risiko, tapi juga menjanjikan kebahagiaan sejati.

“Tugasmu hanya satu, Ngga! Pinjam KTP dan Kartu Keluarga nya Putri!” Bu Sonya menekankan.

“Tapi Mah,, Angel pasti curiga kalau aku minta itu tiba-tiba.” Ucap Angga

“Kamu jangan bilang ke Angel. Kamu Minta dengan Putri saja baik-baik. Bilang saja untuk keperluan administrasi kantor atau asuransi atau apapun itu! Pokoknya kau harus dapat! Setelah itu, serahkan KTP dan Kartu Keluarga nya ke Mamah. Mamah akan menyuruh orang untuk mengurus semua surat nikah ke KUA. Mereka akan bekerja cepat.” Ucap Bu Sonya.

Angga menghela napas panjang. Kebohongan ini terasa berat, apalagi melibatkan KUA dan dokumen resmi.

“Angga akan coba, Mah. Angga akan berusaha mendapatkan KTP dan Kartu Keluarga Putri.” Ucap Angga

“Itu baru anak Mamah!” Bu Sonya berseru senang.

“Yasudah kamu masih dijalan kan. Hati-hati dijalan ya, cepat sampai rumah lalu istirahat” Ucap Bu Sonya.

“Iya, Mah. Terima kasih banyak atas ide dan bantuan Mamah. Bye Mah, Assalamualaikum” Ucap Angga lalu mematikan telepon nya.

“Bye Angga. Wa’alaikumsalam,” tutup Bu Sonya.

Angga kembali melajukan mobilnya. Tangannya meremas setir dengan tegang. Di satu sisi, ia merasa bersalah harus berbohong kepada Angel yang lebih besar tentang dokumen pernikahan. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan harapan untuk menikahiku secara sah, menjadikannya miliknya yang seutuhnya, di mata Tuhan dan hukum negara.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 12

    Aku berjalan menuju ruang utama Masjid An Nur, langkahku terasa berat seperti dirantai. Angga sudah duduk di depan penghulu, tampak rapi dengan jas hitamnya. Angel, dengan kebaya mewahnya, duduk di samping Angga, memancarkan aura kemenangan yang dingin. Saat pandanganku menyapu ruangan, aku berhenti. Napasku tercekat. Di barisan tamu, ada sepupu bernama Imam dan di samping Imam (sepupuku), duduklah sesosok pria yang sangat kukenal. Uwa Iwan. Kakak kandung almarhum Ayahku. “Uwa Iwan!” sapaku, segera berjalan cepat menghampirinya, rasa terkejut dan haru membuat tenggorokanku tercekat. Aku langsung mencium tangannya. Tangannya hangat, menenangkan. “Putri…” Uwa Iwan menggenggam tanganku erat. Matanya menunjukkan rasa iba yang dalam. “Uwa... Uwa bisa ada di sini?” tanyaku, bingung sekaligus lega. Bagaimana Angga bisa menghubungi beliau? Angel bilang semua akan siri, tanpa wali resmi! Uwa Iwan tersenyum tipis, “Angga sudah menceritakan semuanya ke Uwa, Put. Dia datang dan menjelaskan

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 11

    Beberapa hari keemudian,Akhirnya Nenekku sudah dibolehkan pulang kerumah. Rasa syukur yang tak terhingga membanjiri hatiku. Aku sangat senang.“Sini, Nek, pelan-pelan. Aku bantu,” ujarku lembut, memapah tubuh ringkihnya yang keluar dari TaksiSetelah Nenek duduk nyaman di sofa, aku langsung bergerak cepat. Aku merapikan semua barang-barang dari rumah sakit, membereskan sisa-sisa kekacauan di kamar.“Pokoknya Nenek harus sehat terus ya, Nek. Janji! Jangan sakit-sakit lagi. Aku cuma punya Nenek doang di dunia ini,” Ucapku, menarik Nenek ke dalam pelukan yang erat dan penuh haru. Air mataku sedikit menetes.Nenek membalas pelukanku, mengusap punggungku perlahan.“InsyaAllah Put, Nenek akan jaga kesehatan. Maaf ya, Sayang... Maaf sudah menyusahkanmu terus,” suaranya terdengar serak.Aku melepaskan pelukan, menatap mata tuanya yang penuh kasih. “Tidak, Ko Nek! Jangan pernah ngomong begitu! Dulu juga hanya Nenek yang merawatku seorang diri, banting tulang buat aku. Sekarang, ini waktunya

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 10

    Aku dan Angga tiba di restoran yang letaknya dekat dengan tempatku bekerja. Suasana tenang, alunan musik lembut mengiringi kami menyantap hidangan yang sudah tersaji. Aku mencoba fokus pada makanan, tapi tatapan mataku selalu berakhir di wajah Angga. Jarak yang sangat dekat ini membuat sarafku tegang.Dia tampan, baik, perhatian, dan aku belum melihat kekurangan apapun yang ada di dirinya. Bahkan aura ‘suami orang’ itu samar-samar. “Tapi, kenapa dia mau menikah siri denganku? Padahal wanita jauh lebih cantik dariku banyak sekali diluaran sana ”batinku.“Mungkin dia memang benar-benar terpaksa karena istrinya yang meminta, tapi kenapa dia memerhatikanku layaknya seperti calon istri sesungguhnya? Tatapannya... itu bukan tatapan keterpaksaan,” pikiranku terus berkecamuk, mencoba mencari celah logika dari situasi ganjil ini.Angga yang sedari tadi sudah menyadari kegelisahan dan tatapan curi-curiku, akhirnya bersuara, memecah keheningan yang makin mencekam.“Kenapa, Put? Kamu enggak suka,

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 9

    Aku sudah berada didepan kantor Angga, setelah berputar dulu mengambil KK dari kontrakan. Gedung yang megah, bertolak belakang dengan kondisi keuangan dan perasaanku saat ini. Aku masuk dengan langkah berat menuju Receptionist.Dan sesuai instruksi, Angga sudah memberitahu Receptionist jika aku datang disuruh langsung diantar ke ruangannya.Seorang karyawan wanita mengantarku ke depan pintu kayu jati besar.Tok tok tok,“Permisi Pak Angga,” Ucap karyawan itu.“Iya,” ucap Angga dari dalam.“Ibu Putri sudah datang, Pak,” Ucap karyawan tersebut.“Silahkan masuk, Bu Putri. Terima kasih,” karyawan itu mempersilakan masuk kepadaku lalu meninggalkanku.Aku melangkah masuk, ruangan Angga sangat luas, elegan, dan terasa mewah. Angga sudah berdiri di balik meja kerjanya.“Siang Pak Angga,” sapaku, jam sudah menunjukkan pukul 11 kurang sedikit.“Iya, siang juga, Putri. Silakan duduk,” Ucap Angga dengan senyuman yang terlalu manis untuk situasiku saat ini.“Bisa saya pinjam KTP dan Kartu Keluarga

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 8

    Aku masih berada di kamar rumah sakit, di sisi ranjang Nenek Ida yang sudah terlihat segar sehabis mandi. Aroma sabun bercampur dengan bau obat-obatan, menciptakan suasana yang intim namun getir. Aku dengan telaten menyuapkan sarapan bubur hangat ke mulut Nenek dan membantu beliau merapihkan pakaian.“Put, kamu tidak kerja hari ini?” Tanya Nenek Ida, matanya yang teduh menatapku penuh perhatian.Aku menyeka sudut bibir Nenek dengan tisu. “Kerja, Nek. Tapi aku masuk siang, jam dua nanti. Sengaja aku ambil shift siang biar bisa menemani Nenek sarapan dan bersih-bersih,” jawabku sambil berusaha menyembunyikan kelelahan yang mulai menjalar di punggungku.Nenek Ida memegang tanganku yang sedang merapikan selimut. Jari-jari beliau yang keriput terasa hangat.“Ya Allah, Putriku. Pasti kamu capek sekali ya, Nak. Harus bekerja keras, lalu pulang ke kontrakan, dan balik lagi ke Rumah sakit untuk menjaga Nenek. Maafkan Nenek ya, merepotkanmu terus.”Mendengar nada kasihan itu, hatiku terasa teri

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua, Ternyata Suamiku Mencintaiku   Bab 7

    Pagi hari yang sangat cerah, cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela, menyinari ruang makan dengan hangat. Angel dan Angga tengah menikmati sarapan pagi mereka. Udara terasa tenang, namun ketegangan samar menyelimuti Angel yang berusaha terlihat santai.“Sayang, Gimana menurut kamu tentang Putri?” Tanya AngelAngga, yang sedang mengupas kulit pisang dengan gerakan lambat dan hati-hati, mengangkat wajahnya.“Putri? Menurutku… dia anak yang baik, Sopan. Kenapa memangnya?” Jawab Angga.“Bagus kalau begitu.”batin Angel tersenyum, senyum yang sedikit terlalu lebar. mencondongkan tubuh sedikit.“Kamu cocok kan sama dia? Maksudku, kamu nggak ada keberatan sama sekali, kan?” Ucap Angel.Angga berhenti mengupas pisang, pandangannya tertuju pada Angel. Jeda sesaat itu membuat Angel menahan napas."Iya, cocok-cocok aja sih," jawab Angga santai, melanjutkan aktivitasnya."Kenapa sih kamu kelihatan tegang banget, Sayang? Aku nggak akan menolak calon yang sudah kamu pilihkan ko" Ucap Angga.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status