Share

Terpaksa Nikah
Terpaksa Nikah
Penulis: satyacnr

Tuntutan

Penulis: satyacnr
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-21 23:44:28

Lampu gemerlap diskotik dengan dentuman suara musik yang keras sudah membuat pria dewasa berusia 30 tahun itu semakin merasa pusing. Kepalanya berdenyut sejak tadi setelah meneguk hampir 1 botol alkohol yang dipesannya pada seorang bartender kenalannya.

Leovandra Adinata. Pria 30 tahun pemilik paras tampan dan tubuh tinggi tegap dengan segala kelebihan yang dimilikinya pasti akan mampu membuat perempuan yang baru melihatnya takjub senang. Ditambah lagi ia juga baru saja menjabat sebagai seorang CEO di perusahaan milik kakeknya yang diwariskan kepada ayahnya itu sekarang nyaris resmi menjadi miliknya yang menambah nilai plus baginya.

Apapun bisa ia miliki dengan mudah dan cepat jika Leo mau. Meskipun dilihat dari segala bentuk sisi manapun tak membuatnya tampak kekurangan segala hal. Namun perangainya yang terkenal galak dan juga tega saat di kantor sama sekali tak akan berlaku jika saat ia berada di rumah. Apalagi jika harus dihadapkan dengan Bagas Laksana Adinata, ayahnya sendiri yang tak akan bisa ia atasi sama sekali jika sekali saja ia tak menurut akan perintahnya.

Dan satu fakta menarik lainnya mengenai Leo yang patut diapresiasi adalah saat dirinya yang tak pernah bermain gila dengan wanita manapun. Di saat semua rekan atau teman sebayanya yang hobi gonta ganti pasangan ataupun sudah hampir seluruhnya menikah pun tak membuatnya goyah sama sekali untuk tetap single.

Selain tak suka membuang waktu dan juga menghamburkan uang hanya untuk bersenang-senang dengan wanita, lebih baik ia hidup sendiri dan menikmatinya tanpa perlu memikirkan soal asmara sama sekali.

"Cukup, Le. Lo udah minum banyak banget daritadi. Lebih baik lo pulang ke rumah sekarang. Gue anterin sama Liam," ucap Kenan yang sudah kewalahan untuk mengatasi sahabatnya itu.

Bahkan ia harus meminta bantuan Liam sebagai adik kandung Leo untuk datang ke tempat mereka berada sekarang hanya untuk membantunya membujuk pria itu agar bisa berhenti minum.

"Ck, gak. Gue masih betah di sini," tolak Leo saat Liam dan juga Kenan berusaha membantunya bangkit dari duduknya.

"Udahlah, pulang sekarang. Sebelum papa marah besar."

Mendengar perkataan Liam barusan malah membuat Leo tersenyum miring dengan menatap sayup ke arah adiknya itu.

"Kenapa harus marah? Bukannya udah biasa gue begini, hah?"

Dan ya, seperti yang dikatakan oleh Leo barusan. Pria itu memang seringkali pergi ke diskotik dan minum hingga mabuk di setiap kali merasa suntuk ataupun stress dengan segala permasalahan yang sedang menimpanya. Salah satu contohnya seperti sekarang ini.

"Susah ngomong sama lo."

Tanpa basa basi lagi Liam pun langsung menarik tangan kanan Leo untuk diajaknya pergi dari sana dengan bantuan Kenan. Mau tak mau mereka terpaksa menyeret Leo pulang sebelum semuanya semakin kacau.

"Biar gue aja yang nyetir, lo bawa mobil lo sendiri aja."

"Terus mobil lo gimana, Kak?"

"Gampang, nanti gue bisa ambil ke sini lagi setelah anterin Leo pulang."

Alhasil Liam setuju dan sesuai kesepakatan mereka, Kenan menyetir mobil milik Leo di saat sang empunya sendiri terduduk di kursi penumpang karena sudah tak bisa diajak kooperatif karena terlalu mabuk. Sedangkan Liam mengendarai mobilnya sendiri dengan membuntuti mereka dari belakang.

Tak begitu lama mereka sudah tiba di sebuah pelataran rumah megah dan mewah milik keluarga Adinata itu dengan sambutan baik oleh seorang satpam di rumahnya.

"Biar gue aja, Kak. Lo bisa pulang dulu. Sekarang udah larut malem," kata Liam dan berusaha mengambil alih Leo yang sudah hampir tepar.

"Serius? Gue bisa anter sampe dalem dulu baru gue cabut deh."

"Jangan, Kak. Khawatir papa masih belum tidur dan tau dia mabok bisa makin rumit dan lo malah kena imbasnya. Biar gue aja."

Kenan pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Liam barusan. Ia tahu betul jika Bagas pasti akan marah besar setiap tahu Leo pulang ke rumah dengan kondisi mabuk berat seperti sekarang ini. Bisa-bisa ia yang akan dimakan mentah dan terkena amukan pula dari beliau karena sudah membiarkan Leo minum.

"Ya udah deh, kalau gitu bawa dia masuk sekarang. Gue mau cabut duluan."

"Biar gue minta Pak Damar anter lo balik ambil mobil ya?"

"Gak usah, gue bisa naik taxi aja di depan."

Liam mengangguk pelan dan membiarkan Kenan melepas bantuannya.

"Makasih udah bantuin gue bawa dia pulang. Hati-hati di jalan."

"Yoi, santai aja."

Sepeninggalan Kenan dari sana, Liam sedikit tertatih untuk membawa Leo masuk ke dalam rumah. Jalan mereka yang jadi sempoyongan itu mengundang perhatian seseorang yang saat ini sudah duduk di sofa ruang tamu, seakan sengaja untuk menunggu kedatangan mereka.

"Mabuk lagi?"

"Pa?"

Bagas langsung bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat menghampiri kedua putranya itu. Ralat, lebih tepatnya tertuju ke arah Leo yang sama sekali tak bisa sadar sepenuhnya.

"Mau sampai kapan kamu terus-terusan begini, hah?"

Pria paruh baya itu sudah mencengkram kuat rahang Leo agar bisa mendongak menatap wajahnya. Walaupun sang empu setengah sadar, Bagas benar-benar tak pernah mau mentolerir putranya untuk menjadikan hal itu alasan agar bisa kabur dari hukumannya.

"Kenapa sih hobinya marah-marah mulu? Nanti cepet tua tau nggak," ujar Leo secara gamblang yang membuat Liam ketar-ketir saat ini.

Tentu saja kalimat tersebut memancing amarah Bagas yang sudah lama bersabar melihat kelakuan putranya ini. Semakin lama ia biarkan, ternyata malah semakin menjadi.

"Shhh."

Leo mendesis pelan dengan memegangi pipi kirinya yang terasa panas itu akibat tamparan kuat dari ayahnya barusan.

"Pa, udah Pa. Jangan."

"Selama ini papa selalu biarkan kamu melakukan hal apapun yang kamu suka dengan senang hati. Tapi ternyata kebebasan itu malah membuatmu jadi lalai dan selalu seenaknya seperti ini, Leo!" sentaknya dengan suara keras membuat Leo kembali menatapnya.

Sedangkan dari arah belakang ruang tamu sana, Rani sebagai ibu dari Leo serta Liam itu berlari kecil menghampiri suara gaduh yang berasal dari arah sana. Beliau kaget dan bergegas keluar kamar setelah mendengar pekikan suara dari suaminya tadi.

"Papa, kenapa ini? Ada apa?"

Seakan seperti angin lalu saja, pertanyaan Rani sama sekali tak digubris oleh Bagas. Karena fokusnya saat ini masih tertuju pada Leo saja.

"Jika lain kali kamu masih suka bermain-main lagi seperti ini, jangan harap jabatanmu di perusahaan akan baik-baik saja."

"Dan satu hal lagi yang harus kamu ingat, jika 2 minggu lagi kamu belum membawa apa yang papa minta, mau nggak mau kamu akan papa jodohkan!" lanjutnya sebelum beliau melenggang pergi meninggalkan ruang tamu untuk menuju kamarnya.

Liam dan juga Rani yang masih berada di sana langsung menolong Leo yang tiba-tiba saja bersimpuh di lantai. Keduanya tahu betul jika situasi ini membuat Leo tidak baik-baik saja.

Dan masalah tuntutan untuk membawa calon istri pilihannya sendiri yang diberikan oleh Bagas terhadap Leo lah yang ternyata sudah membuatnya memutuskan untuk pergi minum hingga mabuk seperti sekarang ini.

"Kenapa? Kenapa pak tua itu selalu memaksaku?" racau Leo sebelum ia benar-benar ambruk dan tak sadarkan diri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Nikah   Kabar duka

    "Biar saya antar pulang, sekarang sudah larut malam, Sa.""Nggak usah, aku bisa pulang sendiri. Lagian juga rumahku nggak terlalu jauh dari sini," tolak Clarissa mentah-mentah atas tawaran yang diberikan oleh Leo barusan. "Tapi kamu-""Udah lah, Om. Aku bisa sendiri. Lagian Om juga lagi sakit kan? Mending tidur aja sekarang, daripada nganterin aku, aku udah bawa mobil sendiri," potong Clarissa cepat sebelum Leo menyelesaikan kalimatnya. "Kamu yakin?"Sang puan menganggukkan kepalanya cepat. "Ya sudah, kalau begitu hati-hati di jalan ya. Tolong kabari saya kalau sudah sampai di rumah." "Emang harus ya?""Harus, kalau tidak lebih baik saya yang antar." "Ck, iya iya nanti aku kabarin. Udah deh, aku pulang sekarang. Sana masuk aja." Ya, daripada Clarissa harus dibuntuti oleh Leo hingga sampai ke rumah, lebih baik ia menyetujui untuk memberikan kabar jika ia sudah tiba di rumah. "Saya tunggu kamu sampai keluar dulu, baru saya masuk." Tak ada pilihan lagi, Clarissa juga tak berniat

  • Terpaksa Nikah   Makan Malam

    Setibanya di rumah Leo, Clarissa menghentikan mobil di teras rumah setelah dibukakan pintu gerbang oleh Pak Damar sebagai satpam di kediaman keluarga Adinata itu. Segera ia bergegas turun lebih dulu dan membantu pria itu keluar dari sana. Tanpa ia sadari jika perlakuannya saat ini terhadap Leo begitu kentara perbedaannya dari biasanya karena ia terlalu khawatir dengan kondisinya. "Saya hanya sedikit pusing saja, Sa." "Ya emang salah kalau aku cuman mau bantuin?" tanya Clarissa balik. "Saya hanya takut salah paham untuk menilai tindakanmu ini."Clarissa sendiri menghela napas panjang dan menutup pintu mobil setelah Leo keluar dari sana. "Terserah, aku cuman mau bantuin. Yang jelas sekarang cepetan istirahat dan jangan lakuin aktivitas apa-apa lagi." Pria itu tersenyum tipis karena mengetahui tingkah Clarissa yang begitu peduli terhadapnya. Meskipun tak diucapkan olehnya secara gamblang, tetap begitu jelas baginya. "Tunggu.""Apa lagi?""Mana?" Sang puan mengerutkan dahinya bingu

  • Terpaksa Nikah   Menjelang hari H

    Setelah melewati serangkaian proses hukum yang berlaku, Hani dinyatakan bersalah. Dan ia mendapatkan sanksi berupa kurungan penjara sesuai kurun waktu yang sudah ditetapkan berdasarkan kesalahan yang diperbuat. Tentu saja Leo merasa puas dan juga lega karena perempuan itu mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya yang nyaris mencelakai Clarissa. Setidaknya dalam beberapa tahun ke depan hidupnya akan tenang karena tak ada lagi siapapun yang mengusik hidupnya dan juga Clarissa. "Kenapa lo tega banget biarin dia di penjara sih, Kak?" "Tega? Setelah perbuatan dia yang nyaris melukai Clarissa lo bilang gue tega? Harusnya gue yang tanya sama lo, kenapa lo selalu bela dia dari dulu, hah?" "Gue gak belain dia. Gue cuman kasihan, dari dulu dia selalu-""Selalu apa? Selalu pengen dapet perhatian dari lo kan? Udah lah, gue muak denger alasan apapun dari lo. Jangan bahas dia lagi di depan gue, karena gue gak peduli." William menghela napas berat. Leo memang susah sekali untuk memaafk

  • Terpaksa Nikah   Keseriusan Leo

    Clarissa tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Leo sampai ia bisa berpikiran seperti itu. Padahal tak ada sekalipun niatnya untuk berpikir sejauh yang pria itu duga. Apalagi dengan calon adik iparnya sendiri. Ia tak serendah dan semudah itu. Bahkan sejak pertama kali pertemuan dan perkenalannya dengan William, Leo selalu over protect dan sinis setiap kali ia berbicara atau sekedar menyapanya saja waktu sang empu menjenguk Liam setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu. Awalnya ia pikir Leo memang sifat yang mudah cemburu, namun semakin diperhatikan ternyata ada sesuatu yang sedang ditutupi olehnya, mungkin. "Kamu pulang aja kalau ngantuk. Istirahat di rumah, biar besok interview nya maksimal." Leo tahu jika Clarissa sudah sangat lelah karena sudah menemaninya di rumah sakit sejak tadi siang hingga menjelang malam seperti ini. Padahal pria itu sudah melarangnya untuk sering datang karena tak ingin membuatnya kerepotan dan kelelahan, namun Clarissa sendiri tetap bersike

  • Terpaksa Nikah   Janji?

    Clarissa jadi banyak perbedaan di mata Leo sejak perempuan itu menyatakan persetujuannya kemarin lusa untuk bisa menerima lamarannya. Iya, dia jadi lebih perhatian dan tak segan membantu apa saja yang dibutuhkan juga diinginkan oleh Leo saat berada di rumah sakit. Ia juga selalu rutin menjenguknya di sana setiap hari meskipun tak sampai menginap. Namun hal itu saja sudah membuat Leo senang karena sangat dipedulikan olehnya. Bahkan tanpa harus dipaksa atau dikode sama sekali, Clarissa sudah berinisiatif melakukan semua hal yang dulu selalu ia tolak mentah-mentah. Yaitu peduli dan selalu menanyakan bagaimana kabarnya terhadap Leo lebih dulu. "Besok aku ada interview pagi, jadi kalau belum sempet ke sini gak usah nyariin." "Interview? Kamu yakin?" "Kenapa tanyanya begitu? Ya yakin lah, aku pengen kerja. Pengen punya kesibukan dan hasilin uang sendiri.""Maksud saya yakin kamu interview? Atau mau langsung diterima jadi karyawan tetap? Biar saya yang atur semuanya untuk kamu." "Nggak

  • Terpaksa Nikah   Keputusan

    Clarissa tertunduk beberapa waktu, tangannya merogoh ke dalam tas untuk mengambil sesuatu dari dalam sana. Dan ia membuka sebuah kotak beludru berwarna merah pekat itu guna mengambil cincin permata indah yang ia simpan sejak kemarin untuk disematkan sendiri pada jari manis di tangan kirinya. Tanpa kata apapun, ia mengangkat tangannya untuk ditunjukkan pada Leo yang sejak tadi sudah melihat perbuatannya itu. "Sa, itu-" "Iya, aku setuju. Ayo kita menikah," selat Clarissa dengan tegas dan yakin saat mengucapkan kalimatnya. Tentu saja Leo terkejut dengan sikap perempuan itu yang tiba-tiba. Padahal kemarin ia sudah menolak dengan percuma, namun sekarang malah sebaliknya dengan inisiatif sendiri sebelum Leo kembali beraksi. "Kamu serius? Kamu tidak bercanda kan?" tanya pria itu masih belum percaya. "Nggak. Bukannya dari awal aku emang setuju untuk menikah sama om? Dan ini bakal aku anggap sebagai cincin lamaran kita."Leo mulai menerbitkan senyuman manis di wajah pucatnya itu. Ia begit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status