Share

5.

Melvin masih memejamkan mata, mengabaikan Kanza yang menunggu jawaban atas apa yang telah di ucapkannya barusan.

โ€œTuan, tolong jawab. Tuan tahu darimana masalah saya itu?โ€

โ€œPilihanmu hanya dua. Menikah denganku sebagai pertanggung jawabanmu, atau menikah denganku dan kamu bisa kembali kuliah seperti dulu. Dan saya pastikan tidak akan ada lagi yang bisa mengusik kamu disana.โ€

โ€œApa Tuan ini seorang dukun?โ€

Melvin membuka matanya, menatap lurus pada Kanza dengan tatapan dingin.

Melihat itu, Kanza hanya bisa mengembuskan nafas kasar.

Sore itu terasa amat panjang bagi seorang Kanza, terlebih ada Melvin yang selalu menatap pada dirinya.

โ€œBeri saya jawaban malam ini, dan besok pagi kamu bisa kembali bertemu dengan teman-temanmu di kampus.โ€

โ€œTapi saya belum ingin menikah, saya masih ingin mengejar cita-cita saya.โ€ Cicitnya.

โ€œSaya tidak akan menghalangi apapun yang menjadi cita-citamu itu.โ€

โ€œTuan berjanji?โ€

โ€œHm.โ€

โ€œBaiklah kalau begitu.โ€

Melvin memicingkan mata, melirik Kanza yang tertunduk di seberang sana.

โ€œJadi?โ€ tanya Melvin.

โ€œSaya bersedia menikah dengan, Tuan.โ€

Melvin tersenyum, senyum yang mungkin hanya dirinya seorang yang dapat merasakannya.

Dan malam itu keduanya tertidur dengan begitu lelapnya.

**

Pagi-pagi sekali, Kanza menerima panggilan dari pak Joni. Dadanya begitu berdebar saat mendengarkan pak Joni berbicara.

โ€œBaik. Terima kasih, Pak.โ€

Melvin menatap Kanza, ia dapat melihat raut bahagia itu walau dengan tetesan air mata.

Bahkan matanya terus mengikuti kemana Kanza melangkah.

โ€œTuan, terima kasih. Saya tahu ini semua pasti karena anda.โ€ Ucapnya begitu tulus.

Dan karena rasa bahagia itu, Kanza berani menggenggam tangan Melvin begitu erat.

โ€œHm, pergilah.โ€

Dengan raut bahagia Kanza meninggalkan ruang rawat Melvin, bahkan sepanjang jalan ia tak henti bersenandung ria.

Bugh.

โ€œMaaf, Tuan. Saya tidak sengaja.โ€

โ€œHem.โ€

Mata Kanza menatap punggung seseorang yang baru saja menabraknya, โ€œOrang aneh.โ€

Namun gadis itu tak mempermasalahkannya, ia dengan langkah riang meninggalkan rumah sakit dan bersiap untuk kuliah.

Setibanya di kampus, Kanza langsung disambut tatapan tak suka dari Tari yang berdiri di ujung koridoor.

Kanza mengabaikannya, ia berlalu menuju kelasnya pagi ini.

Disana sudah ada Nadia yang menunggu di depan kelas dengan wajah ceria.

โ€œKanza,โ€ serunya begitu riang.

Bahkan semua anak kelas menyambut kembalinya Kanza dengan senyuman.

Di rumah sakit, Melvin sudah terlihat rapi. Menanggalkan pakaian pasien dan berganti dengan pakaian formalnya.

โ€œTuan, ini uang yang anda minta.โ€

Menatap amplop coklat yang terlihat begitu tebal, Melvin mengingat kembali sosok Kanza.

โ€œMana ponsel yang saya minta.โ€

Menerima sebuah ponsel yang kemudian ia satukan dengan amplop di sebuah keranjang.

โ€œBagaimana dengan informasi yang saya minta?โ€

โ€œSegera anda terima, Tuan.โ€

Siang itu Melvin pergi, meninggalkan Kanza dengan sebuah surat.

Entah apa yang sedang terjadi, namun hari itu juga Melvin meninggalkan negaranya.

Sore harinya, seperti biasa Kanza kembali ke rumah sakit untuk menjaga Melvin disana.

Namun ketika masuk ke dalam kamar, ia tak menemukan keberadaan suami palsunya itu.

โ€œKemana ya?โ€ gumamnya setelah mencari.

Kanza melihat sebuah keranjang asing di atas nakas, tangannya terulur dan mengambilnya dalam pangkuan.

โ€œApa ini?โ€

Matanya terbelalak melihat isi amplop yang ada dipegangnya.

Sebuah surat menarik mintanya, meletakkan kembali uang itu ke tempatnya.

โ€˜Aku pergi, segera kembali dan kita akan menikah. Ingat kamu sekarang memiliki calon suami, jadi jaga sikap dan tingkahmu.โ€™

Kanza mengendikkan bahu, ia tak ingin ambil pusing dengan kepergian Melvin ini. Sebaliknya ia merasa senang karena bisa kembali dengan semua rutinitasnya.

Ting.

Sebuah pesan masuk, namun bukan dari ponsel milik Kanza melainkan dari ponsel lain yang juga berada di keranjang tadi.

Hm?

โ€˜Di depan ada supir yang sudah menunggumu. Ikut dengannya dengan patuh dan jangan banyak bertanya.โ€™

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 17.

    Melvin memesan puding juga es krim untuk dirinya juga Kanza. Namun saat hendak kembali ia merasakan perutnya melilit, dengan buru-buru ia mencari toilet di sekitarnya.Namun saat di toilet, ia mendengar suara orang di luar yang tengah mengobrol.Samar-samar ia mendengar jika orang tersebut tengah menceritakan pertengkaran di area restoran.“Kayak nggak ada tempat lain aja, malu-malu in.” Selorohnya.“Cukup Tar, lo udah kelewatan.” Sentak Kanza pada akhirnya. Ia sudah lelah dengan teriakan juga caci maki dari Tari.“Haha.”Plak.Kanza terkejut, begitu juga beberapa orang yang tengah menatap pada keduanya.“Tamparan itu bahkan nggak sebanding dengan kejahatan lo sama gue.”Mengibaskan rambutnya, Kanza menatap kesal pada Tari yang sudah mulai di luar kendali.Gadis itu begitu kesetanan menyerangnya, ia pun sampai bertanya-tanya apa lagi kesalahannya.

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 16.

    Masih di balkon kamar, dua anak manusia saling mendengarkan dan mencerna. Lebih tepatnya Melvin yang tengah mendengarkan istrinya, tentang rasa sedih dan luka yang lagi dan lagi terbuka.“Aku bahkan nggak ngerti dengan apa yang mereka bicarakan. Tapi ibu itu malah terus menuduhku, memaksa rektor untuk mengeluarkanku dengan ancamannya.”“Dia mengancam apa?”“Jika pihak kampus tidak mengeluarkanku, maka dia akan mencabut semua bantuan untuk kampus.”Telinganya dengan seksama mendengar, matanya dengan teduh menatap juga tangannya yang selalu sigap menghapus air mata.Melvin benar-benar manis pagi ini. Bahkan di tengah rasa sedihnya, Kanza masih bisa berdebar dengan perlakuan manis tersebut.“Gimana nanti kalau saya benar-benar di keluarkan, Tuan?”Tangannya terulur, menyelipkan anak rambut yang menutupi indah wajah sang istri.“Apa kamu lupa dengan apa yang saya katakan sehari

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 15.

    Kanza terbangun karena kantong kemihnya terasa begitu penuh, ingin ia segera bangkit dan membuang semuanya.Namun tidak semudah itu, sesuatu kini tengah membelit tubuhnya.“Astaga, sejak kapan?” menatap tangan kokoh yang saat ini memeluknya dengan posesif.Kanza begerak dengan begitu pelan, berusaha menyingkirkan tangan kokoh itu dengan sangat pelan.“Jangan bangun ya, maaf. Maaf ya, tidur lagi.” Gumamnya.Jantungnya seakan berhenti saat melihat suaminya menggeliat dan berpindah posisi.Nyatanya Melvin tak terbangun, ia hanya mengubah posisi atau mungkin tengah mencari posisi nyamannya.Melihat itu membuat Kanza segera berlari menghindar, menuntaskan apa yang sudah seharusnya di lakukannya pagi itu.Keluar dengan wajah segar, Kanza memilih duduk di balkon kamar.Semilir angin menemaninya menikmati pagi, menerbangkan rambut yang basah terkena air.Pikiran nya melayang, mengingat tentang huku

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 14.

    Kanza begitu lahap menyantap makan malamnya, hanya makanan sederhana namun nampak sangat nikmat.Melvin mengikuti jejak istrinya, ia juga ikut menikmati makan malam yang sebenarnya sudah sangat kemalaman itu.Bagaimana tidak jika mereka baru merasa lapar ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah satu malam.Dan disinilah keduanya, sebuah warung pinggir jalan yang nampak ramai dengan pengunjungnya.Walau sederhana namun Melvin begitu menikmatinya.Entah memang karena makanan yang sesuai dengan seleranya, atau karena ada Kanza bersamanya.Sesekali Melvin melirik dengan penasaran, namun sebisa mungkin di tahannya.Ia tak ingin istrinya kehilangan selera makan.Kanza melirik minuman milik suaminya, ia pun dengan tanggap memberikan minuman miliknya.“Minum ini, nanti seret.”Begitu patuh, Melvin meneguk minuman langsung dari botolnya.Mata Kanza membola, tak percaya.“Tuan, itu kenapa

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 13.

    Nadia menunggu dengan cemas di depan ruang rektor, berkali-kali ia mencoba mengintip lewat jendela namun tak satupun yang dapat dilihatnya.Dan tak lama pintu terbuka, Kanza keluar dengan wajah sendu.“Gimana? Apa kata rektor?” cecar Nadia cemas.Kanza menghela nafas, ia pun menatap Nadia dengan tatapan iba.“Jangan bikin panik deh, cepat jawab.”Tiba-tiba saja ibunya Dewi keluar dengan wajah bersungut-sungut.Sempat berhenti sejenak di dekat Kanza sebelum akhirnya pergi membawa kemarahannya.“Za?”Kanza melangkah pergi, diikuti Nadia yang masih penasaran dengan hasil di ruang rektor.Bukan hal biasa saat ia bisa melihat sahabatnya keluar dari ruang rektor dengan baik-baik saja.Memilih duduk di kelas, Kanza menyibukkan dirinya dengan buku-buku pelajaran.“Za, lo belum kasih tahu gue apa hasilnya?” cecarnya.Melirik sekilas, “Gue di skors satu min

  • Terpaksa Jadi Istri Presdir Dinginย ย ย 12.

    Pagi kembali menyapa, namun hangat sinyarnya tertutup oleh dingin sikap Melvin.Kanza hanya bisa menatap suaminya dari jarak aman, jarak dimana ia masih bisa melihat kegiatan Melvin tanpa harus menampakkan diri.Ia tahu suaminya sedang marah, namun ia tak tahu jika dirinya lah penyebabnya.Melvin melangkah keluar kamar, mengabaikan Kanza yang masih menunggu di sudut ruang.โ€œKenapa marahnya lama banget sih?โ€ gumamnya.Namun tiba-tiba Melvin kembali lagi, berjalan melewati Kanza masuk ke dalam ruang ganti.โ€œTuan, anda mau kemana?โ€Mata Kanza tak lepas dari koper yang ada di tangan Melvin, menyisakan tanda tanya akan diamnya sang suami.โ€œTuan, saya bertanya.โ€โ€œDinas.โ€Singkat, lalu berjalan pergi meninggalkan Kanza yang masih tak mengerti dengan sikap suaminya.Pagi itu menjadi pagi terakhir keduanya bertemu.Sudah lebih dari dua hari Melvin meninggalkan rumah, bahkan tak satu pun kabar ia berikan pada Kanza.Endi berulang kali menegurnya, meminta Melvin untuk bisa menghargai Kanza sebag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status